Sabtu, 16 Juli 2011

Kentut


Suatu hari SU DONG BO menulis surat kepada gurunya yang tinggal di seberang sungai, "Guru, kini murid telah mencapai spiritual tidak goyah oleh goncangan 8 angin. Kini jiwa murid tenang dan tegar bagai gunung, hening bagai air telaga dan seterusnya.

Delapan angin yang dimaksud adalah 8 kondisi hidup yaitu: pujian dan penghinaan, popularitas dan nama buruk, mujur, aman, sejahtera dan bahaya, berkah dan musibah."

Setelah membaca sang guru dengan senyum sabar membalas surat muridnya.

Su dong bo dengan bangga membuka surat gurunya. Dalam surat hanya tertulis 1 kata "kentut (bohong)".
Su dong bo langsung naik pitam, "Guru sungguh bo ceng li selalu negatif thinking, suka curiga prejudis, prasangka buruk, aku harus segera menemui guru, kuajak debat terbuka, akan kubuktikan kalau aku tidak bohong.."

Su dong bo segera mendayung sampan menyeberang sungai. Setelah tiba di seberang sungai, ia bergegas menuju biara gurunya.

Baru mau mengetuk pintu biara, tangannya tertahan, mukanya yg merah padam berubah pucat. Kesombongannya hilang berganti rasa malu. Dgn kepala menunduk, melangkah pelan, kembali ke sampannya, mendayung pulang. Apa yg terjadi?

Di depan pintu biara, gurunya menempelkan secarik kertas: "Katanya tidak goyah oleh goncangan 8 angin, tenyata hanya sebuah kentut, sudah terpukul planting hingga menyeberangi sungai.."

Kebenaran bukan sekedar pemahaman,
pemahaman hanyalah sebuah konsep dan
konsep bukanlah kebenaran itu sendiri.
Kebenaran yg hidup adalah pengalaman langsung jiwa dan prilaku.

Su dong bo hanya berteori, tetapi gurunya mau praktek.
Su dong bo hanya punya pemahaman, sementara gurunya mau muridnya memasuki pengalaman langsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar