Sabtu, 14 April 2012

**MEMBINA MORAL KEBAJIKAN**



Penulis dari Yunani yang bernama Plutarch mengatakan : " Moral kebenaran akan selalu eksis, tetapi kekayaan setiap hari berganti tuan."
Contohnya: uang adalah alat pembayaran yang bergerak , datang dan pergi dalam kehidupan. Majalah keuangan setiap tahunnya pasti akan meneliti siapa orang terkaya didunia, dan urutan namanya selalu berubah-ubah. Di sini jelas membuktikan bahwa kekayaan selalu berganti tuan.
Pengunaan kata "TUAN" di sini sangatlah bagus, ia menandakan bahwa peran harta adalah sebagai budak, seharusnya melayani tuannya. Tetapi ada orang justru terbalik , jelas- jelas memiliki kekayaan, tetapi rela untuk menjadi budak penjaga kekayaan,
Sementara kita membahas kegunaan uang, dalam status sebagai Tuan, apa yang seharusnya kita kejar? Jawabannya adalah kepribadian moral dan pembinaan. Untuk menuju target ini, harus dimulai dari kebiasaan dalam kehidupan.
Seorang filsur Inggris bernama John Locke mengatakan, " Sopan santun adalah hal penting pertama, yang harus dibina secara ekstra hati-hati dan dijadikan sebagai kebiasaan bagi anak muda". Semuanya dimulai dari sopan santun , mulai dari sikap yang baik terhadap orang lain.
Sopan santun berasal dari proses belajar, memerlukan kerjasama dengan kesungguhan perasaan dalam hati, misalnya rasa hormat, rendah hati, dan sebagainya. Seseorang yang memiliki sopan santun tidak hanya bisa mengurangi kesulitan dalam hubungan antar sesama, bahkan dari sini dapat menampilkan kepribadian yang lebih tinggi.
Dalam proses perkembangan, apakah yang menjadi kunci pembentukkan moral dari orang yang mandiri? Yaitu MENGUBAH YANG PASIF MENJADI INISIATIF.Mengubah kelakuan pasif (yang sudah ditetapkan orang lain) menjadi Inisiatif (pilihan sendiri). Dengan begitu kehidupan ini seketika akan menjadi cemerlang . Beethoven -Ludwig Van, 1770-1817, komposer Jerman yang terkenal) mengatakan: "Yang menjadikan orang merasa BAHAGIA adalah prilaku moral, bukanlah uang. {^____________^}

Kamis, 12 April 2012

Faktor Keturunan

Nona Li adalah seorang perawat bersalin di rumah sakit pemerintah, setiap hari membantu persalinan, setelah bekerja bertahun - tahun  segalanya menjadi terlatih dan lancar.

Suatu hari dia bekerja seperti biasanya, membantu persalinan seorang bayi laki - laki yang kuat. Dia dengan santai mengangkat dua kaki bayi tersebut dan bayi pun menangis, kemudian memukul sekali pantat bayi tersebut dan bayi pun menangis. Kemudian dimasukkan ke dalam bak cuci untuk membersihkan darah kotor. Dia memolesi dengan sabun bayi, merendam dengan air hangat. Gerakannya sangat cepat dan lincah, tidak sampai 15 menit  ia memakaikan sarung tangan untuk bayi tersebut dan dibungkus dengan kain untuk di berikan kepada ibunya. Pada saat ini ibu melihat bayinya  langsung lupa penderitaannya tadi. Rasa hangat menembus hati sambil menggendong buah hatinya, sungguh sangat gembira.


Setelah Nona Li mengembalikan bayi kepada ibunya, dia membereskan semua peralatan dan berjalan ke depan cermin. Dengan kedua tangan merapikan rambut, tiba - tiba terkejut dan menemukan cincin berlian di jari manis tangan kanannya hilang. "Kapan kehilangan??" Dia mencoba mengingat kembali, tadi ketika masuk kedalam ruang bersalin masih memakainya, pasti hilang sewaktu memandikan bayi. Kemudian dia buru - buru pergi ke kamar mandi dan mencari ke segala tempat, tetapi tidak dapat menemukan. "Gawat, itu pasti penyedot air otomatis bak mandi, sewaktu membuang air kotor jatuh ke bak limbah. Harus bagaimana ?" Dia cemas hingga menghentakkan kakinya dan hampir menangis. Rupanya cincin berlian itu adalah pemberian dari tunangannya dihadapan orang tuanya sewaktu bertunangan satu bulan lalu. Selain harganya tinggi, dia juga telah memenangkannya dari dokter muda, tampan dan kaya bernama Mu Cao, sungguh tidak mudah. Kini cincin yang merupakan simbol kemenangan pun telah hilang. Harus bagaimana menjelaskannya? Bagaikan seekor lalat yang kehilangan kepala sembarang menabrak. Sebentar ke kamar mandi dan sebentar berlari ke ruang bersalin. Boleh dibilang setiap tempat telah dicarinya.

Disaat seseorang cemas hingga menjadi kacau, akan kehilangan kendali, menjadi kacau dan tidak bisa berpikir, umumnya disebut dengan istilah " Bo Tao Xin/ dewa tanpa kepala".  Tapi nona Li pernah mendapatkan pelatihan psikologis, dalam kondisi kritis hanya berusaha untuk tenang barulah timbul kebijaksanaan. Jadi dia duduk untuk menenangkan diri dan tiba - tiba tercerahkan. Kemudian ia pergi ke ruang bersalin, membuka pintu dan berjalan ke dalam.  Ia mendekati bayi yang baru dilahirkan tadi, membuka kain pembungkusnya, bahkan sarung tangannya dan sarung kaki semua dilepaskan.

Gerakan tiba - tiba membuat ibu bayi tersebut kaget dan bingung, sedangkan bayi kecil tersebut tersenyum samar, tetapi juga sepertinya menertawakan. Dia tidak menghiraukan segalanya, tumpukan kain di obrak abrik, kemudian ia kembali menjadi putus asa. Dalam keadaan putus asa, dia tiba- tiba teringat , sewaktu ia memakaikan sabun ke kepala bayi tersebut, tangan - tangan kecil bayi itu nakal sembarang menarik. Dengan demikian membuka genggaman bayi tersebut dan menemukan cincin berkilau ditangannya.  Nona Li menjadi puas, dalam hati ingin menampar wajah pencuri kecil yang baru lahir tadi, tapi bisa menemukan cincin berlian juga sudah merasa puas.


Hal ini tadinya sampai disini saja, tetapi nona Li yang pintar pergi ke bagian pendaftaran, memeriksa riwayat orang tua bayi tersebut. Rupanya orang tua bayi tersebut tidak mempunyai pekerjaan tetap, masi sangat muda , ayahnya baru berusia 19th, ibunya 20th, keduanya adalah pencopet, sehingga anak yang baru dilahirkan sudah bisa menjadi pencuri.



Sumber : Buku Kisah Nyata Hukum Karma Jilid 2

Minggu, 01 April 2012

**MEMAHAMI MAKNA KEHIDUPAN**






Filsur Inggris yang bernama Francis Bacon(培根 ) mengatakan: " Kita seharusnya jangan seperti semut yang mengumpulkan makanan. Dan juga jangan seperti laba-laba yang hanya mengeluarkan jaring dari perutnya, tetapi harus seperti lebah yang setelah mengumpulkan sari bunga kemudian mencernanya, barulah bisa menghasilkan madu yang harum dan manis."
Ketika kita memamerkan
"pengetahuan jadi" ( yang diperoleh dari pengetahuan yang sudah ada ) kepada orang lain, itu sama halnya dengan semut yang berusaha membuktikan rajinnya mereka dengan menunjukkan stok makanannya. Dan di saat kita menceritakan pengalaman dan pengetahuan pribadi, mengira bahwa kehidupan hanya seperti itu saja, maka sama seperti laba-laba yang hanya bisa merajut jaring kecil saja. Dan pertumbuhan batin sesungguhnya harusnya seperti lebah yang mencerna pengetahuan yang diperoleh membentuknya menjadi kearifan diri sendiri.
Penulis tragedi dari Yunani yang bernama Aeschylus (愛其奇勍土 ) mengatakan: " Dewalah yang selalu membimbing manusia menuju ke jalan yang penuh kearifan. Karena dia telah menjadikan hukum alam yang akan berlanjut selamanya, kearifan diperoleh dengan sendirinya dalam penderitaan dan kesusahan. " Kalau hanya menuntut pengetahuan. belumlah layak disebut kearifan, masih harus melalui berbagai cobaan dalam kehidupan. Pintar tidak termasuk dalam kearifan. Tahu bagaimana caranya mempergunakan kepintaran dan pengetahuan dengan benar barulah disebut Kearifan Sejati.
Filsur Roma yang bernama Marcus Tullius Cicero (西齊羅) mengatakan:
" Orang yang berkearifan jika tidak dapat membuat dirinya

memperoleh manfaat dari kearifannya, maka kearifannya sama dengan nol. " Mendapatkan manfaat disini adalah memperoleh kebahagiaan karena memperkaya kehidupannya dengan pengetahuan yang solid, biarpun ia menghadapi nasib dimana ia tidak bisa memilih, tidak berdaya, tidak tahu apa yang harus dilakukan dia masih dapat mengatur suasana hatinya untuk menghadapi segala kesulitan. Bahkan bisa menciptakan kebahagiaan dalam kesusahan tanpa terpengaruh sedikitpun. Dengan demikian manisnya madu lebah masih tidak sebanding dengan kearifan dan kesadaran batin.