Kamis, 21 Juli 2011

Pangeran Menjadi Keledai

Pada masa dinasty Ming ada seorang pangeran, tabiatnya sangat jelek. Ibunya ketika dia masih kecil sudah meninggal, pangeran ini biasanya tidak ada kerja, sering bermain-main dengan para kasim dan suka menyiksa orang. Jika selir raja berbuat salah kepadanya, dia akan memanggang besi sampai panas membara, lalu mengambil bara api diletakkan diatas telapak tangan mereka, sampai bara api padam penyiksaan akan selesai, jika berani membuang bara api tersebut akan menjalani penyiksa yang lebih kejam lagi.

Jika kucing atau anjing tidak menuruti perintahnya, maka dia akan mengikat lalu mencambuk mereka. Dia sering meletakan sebuah wajan besar yang berisi minyak panas, menangkap burung dan ayam, digoreng diatas wajan besar dan disantap, sekali santap lebih dari 10 ekor. Pangeran ini belum sempat naik tahta sudah meninggal karena sakit.

Dua tahun setelah pangeran meninggal, pada suatu malam didalam istana ada seorang kepala pengawal bermimpi pangeran datang menjumpainya, rambut pangeran terlihat acak-acak, badannya telanjang, wajahnya terlihat sangat mengenaskan. Kepala pengawal ini bertanya kepadanya selama ini pergi kemana?
Pangeran sambil menangis berkata, “Semasa hidupku terlalu brutal, setelah meninggal disiksa diakhirat. Penyiksaan ini baru saja berakhir, dan dihukum reinkarnasi menjadi keledai. Besok engkau pergilah ke kota xx disebuah pasar engkau akan menjumpai seekor keledai betina yang sedang hamil, dia adalah reinkarnasi dari ibuku, di perutnya adalah aku, memandang hubungan masa lalu kita tolonglah saya, engkau tolong beli keledai betina itu, jika tidak kami berdua akan dijagal, maka budimu akan saya ingat selalu.” Setelah berkata demikian menangis dengan sedih. Kepala pengawal terbangun, dia merasa sangat heran, tidak dapat tertidur kembali.

Keesokan harinya, dia pergi ke kota xx dan dijalan yang ditunjuk pangeran didepan sebuah rumah jagal dia melihat ada seekor keledai betina hamil yang tubuhnya sangat kurus dan warnanya kulitnya sama seperti mimpinya, setelah turun dari kereta berjalan menuju ketempat keledai betina, keledai ini menghela nafas dan airmatanya mengalir dengan deras. Melihat pemandangan ini kepala pengawal juga menangis terharu, lalu dia memanggil pemilik rumah jagal dan berkata, “Apakah keledai ini dijual?””
Kemarin saya membeli keledai ini 5000 Yuan, hari ini mau dijagal dan dijual dagingnya, saya tidak menjual keledai hidup.”Kepala pengawal berkata lagi, “Begini saja, setelah dipotong engkau bisa menjual berapa dagingnya, saya bayar dengan harga 2 kali lipat.”pemilik toko berkata, “Saya melihat hati tuan yang penuh belas kasih, saya nggak bisa menolak lagi, begini saja saya jual kepada tuan 6000 Yuan saja.”Setelah membayar kepala pengawal membawa keledai ini pulang ke istana. Malam itu dia bermimpi lagi, pangeran dan ratu datang mengucapkan terima kasih kepadanya.

Akhirnya kepala pengawal mencari kesempatan bertemu dengan raja dan menceritakan kejadian ini kepada raja. Raja setelah mendengar hal itu menghela nafas panjang, setelah beberapa saat berkata, “Perbuatan mereka memang sudah seharusnya mendapat balasan. Ratu semasa hidupnya juga seorang yang picik penuh dengan rasa iri dan selalu cemburu dan berbuat jahat kepada para selir, sesuai dengan perbuatannya sudah sepantasnya akhirnya mendapat karma. Walaupun demikian, mereka pernah menjadi istri dan anakku maka diluar kota  ada sebuah peternakan dan rumput disana sangat subur, engkau bawa mereka dan tinggalkan mereka disana saja.” Kepala pengawal menuruti perintah raja membawa keledai betina yang sedang hamil ini ke peternakan.

Tidak berapa lama kemudian, keledai betina ini melahirkan anak keledai. Pada suatu hari ketika raja berkunjung kepeternakan, kedua keledai ini datang kehadapan raja dan berlutut dihadapan raja sambil menangis. Raja memanggil nama mereka, mereka berdua mengibas-ibaskan ekor dan berteriak seperti menjawab panggilan raja. Dengan sedih raja pulang ke istana, sampai raja wafat kedua ekor keledai ini masih tinggal dipeternakan.

sumber : erabaru.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar