Perjalanan kali ini tidak seberuntung perjalanan pertama. Dikarenakan pengiritan biaya dan info dari teman, kami disarankan naik kereta ke Purwakarta. Namun kereta Argo Parahyangan yang pernah kami tumpangi berangkat pukul 20.00. Memikirkan resiko kemalaman sampai di Purwakarta, kami putuskan naik kereta Ekonomi. Tahukah anda, tiket kereta ini hanya Rp 3.000,- saja. Mendengar harganya saja sudah membuat kami khawatir. Tentunya dengan harga semurah itu dan jarak tempuh sejauh itu, anda dapat membayangkan fasilitas apa yang akan kami dapatkan.
Benar saja apa yang kami takutkan pun terjadi. Kereta ini panjangnya 10 gerbong, dengan fasilitas remang2. Penumpangnya pun terdiri dari pedagang asongan, banci, anak2 jalanan, serta beberapa pegawai yang naik kereta ini sampai Cikarang. Dengan hati was - was saya tak hentinya berdoa agar selamat sampai tujuan. Haha.... Awal perjalanan kami duduk dengan kumpulan pekerja yang akan turun di Cikarang. Sepanjang perjalanan pekerja itu tak hentinya menyuruh kami pindah gerbong. Karna kami duduk di gerbong terakhir yang kalau sudah melewati Cikarang akan kosong dan hanya diisi oleh banci dan preman.
Perjalanan ini sungguh menakutkan. Betapa tidak, setelah turunnya kelompok pekerja itu kami bergegas menuju gerbong depan yang lebih penuh, dan berharap mendapatkan tempat yang aman dan nyaman. Namun kami tidak menemukan 1 gerbong pun yang nyaman dan aman untuk kami. Beruntung kami bertemu kondektur yang mengajak kami ke sebuah gerbong. Lalu kami pun bercakap dengan kondektur tersebut. Sesampai diPurwakarta, kami sudah ditunggu oleh saudara rekan saya.
Kami pun bermalam dirumah saudara rekan saya. Pagi harinya kami memulai perjalanan kami. Sebenarnya saya sudah membuat list tempat wisata di Purwakarta yang hendak kami kunjungi, namun yang terealisasi hanya Danau Cirata saja.
Sisi penampungan Air Waduk |
Danau ini sebenarnya adalah Waduk yang fungsinya untuk PLTA. Disalah satu sisi Jembatan anda akan melihat pemandangan danau yang indah, saya tergoda untuk bersampan disana. Tapi menurut orang setempat ditengah danau terdapat pusaran air sehingga tidak aman untuk dibuat bertamasya. disisi lainnya lagi adalah persawahan dan rumah penduduk. Yang menjadi pembatas adalah tembok dibawah jembatan yang saya pijaki. Saya tidak berani membayangkan bila tembok dibawah jembatan ini jebol.
Sisi Kering Waduk |
Selanjutnya kami pergi ke rel kereta api tertinggi yang pernah saya temui. Rel ini adalah jalur kereta yang biasa dilewati dari Jakarta ke Bandung. Rel ini berdiri diatas jurang yang tinggi sekali. Dari atas rel anda akan mendengarkan suara deburan air dibawah anda. Ditambah tempat pijak yang berupa jaring, anda dapat melihat dasar jurang dibawah kaki anda. Pemandangan ini cukup membuat lemas kaki saya
Hm.. sebenarnya ada pemandangan indah dibawah rel bila anda berani berjalan diatas rel sampai ketengahnya. Namun saya tidak punya keberanian itu. Haha... Selanjutnya kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah saudara rekan saya. Setelah beristirahat beberapa saat, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Sangat disayangkan kesempatan kami untuk berjalan - jalan hanya 1 malam saja, mungkin saya harus melakukan perjalanan panjang ketika musim liburan ini. hahaha.....
Pulangnya kami tidak berminat naik kereta ekonomi lagi, kami pulang dengan bus menuju Jakarta. Saran saya untuk anda yang ingin pergi bertamasya ke Purwakarta, sebaiknya membawa kendaraan pribadi, karna kendaraan umum menuju Danau Cirata sangatlah jarang. Well... Sampai jumpa di lain perjalanan.
Ada yang lagi ritual mandi di bawah ni Gan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar