Rabu, 28 September 2011

Cara Menyembuhkan Batuk

Batuk membandel membuat aktivitas terganggu, apalagi jika batuk tak kunjung reda saat malam hari. Di saat sedang merasakan nyamannya istirahat tiba-tiba batuk muncul, tidur pun jadi terganggu.
Mengkonsumsi obat batuk sebelum tidur pun belum menjamin batuk akan reda seketika. Tapi banyak orang memilih cara tersebut untuk lebih cepat terlelap, pasalnya obat batuk umumnya menimbulkan efek kantuk.

Namun ada cara yang lebih alami lagi, dengan mengurangi asupan obat batuk, Anda pun bisa lebih nyaman tidur tanpa harus terganggu oleh sentakan batuk. Sebuah metode telah diuji oleh Canada Research Council, cara efektif menghentikan sentakan batuk saat tidur malam tiba.


Metode ini diklaim sangat aman untuk bayi dan anak-anak, cara alami ini pun terbukti lebih efektif dibandingkan dengan minum obat. Tidur lebih nyaman, tidak berbahaya dan bebas efek samping
Caranya cukup mudah, yakni dengan mengoleskan balsam mint di telapak kaki saat hendak tidur, lalu pakailah kaus kaki. Maka batuk akan berhenti dalam beberapa menit dan Anda pun bebas dari sentakannya (batuk) selama waktu istirahat malam Anda. Selain menghentikan batuk, metode ini bisa membuat badan terasa lebih hangat. Cukup manjur bagi orang dewasa yang mengidap sakit batuk selama berminggu-minggu.


Aman dan mudahkan, selamat mencoba!

Sumber : Cherry worlds 


Selasa, 27 September 2011

Zen Dalam Cangkir Teh

Suatu hari seorang guru besar sebuah perguruan tinggi pergi mengunjungi Nan In, guru Zen dari Jepang untuk meminta petunjuk mengenai Zen. Nan In kemudian mempersilahkan duduk dan menuangkan teh ke cangkir guru besar tersebut. Namun meskipun cangkir tersebut telah penuh, Nan In terus menuangnya, hingga air didalam cangkir meluber keluar.

Merasa aneh Guru besar kemudian bertanya pada Nan In " Guru, teh telah melimpah keluar cangkir, jangan lah menuang lagi." Nan In kemudian menjawab " Engkau persis cangkir ini, penuh dengan pandangan dan cara berpikir mu sendiri. jika tak kau kosongkan cangkir mu itu terlebih dahulu, bagaimana saya mesti menunjukkan Zen pada mu ?"

Guru besar tersebut kemudian tersadar dan merasa malu.

Renungan : Mereka yang dipenuhi pandangannya sendiri akan tuli pada kata - kata bijak dari orang lain. Yang sering terjadi dalam diskusi antara dua orang adalah yang satu akan mendesakkan pandangannya pada yang lain. Akibatnya ia tak belajar apapun kecuali pandangannya sendiri.

Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran

Pencerahan Ombak

Suatu hari Ombak kecil curhat pada Ombak besar.

Ombak Kecil : Ombak besar, saya stres lho. Gelombang lain begitu gagah sedangkan saya begitu kecil. Yang lain begitu kuat sedangkan saya begitu tak berdaya....
Ombak Besar : Kamu merana karena kamu belum melihat hakikat dirimu yang sejati.
Ombak Kecil : Lalu, saya ini apa kalau bukan gelombang?
Ombak Besar : Gelombang hanyalah bentuk sementara dari hakikat dirimu. Sesungguhnya engkau adalah air. Saat engkau sadar bahwa sesungguhnya engkau adalah air, engkau tak akan lagi tertipu oleh bentuk - bentuk gelombang. Dengan sendirinya engkau tak akan merana lagi.
Ombak Kecil : Saya mengerti sekarang. Saya adalah kamu, kamu adalah saya. Kita ini satu.

Renungan : Manusia itu egois, yang satu berpikir bahwa "diri" itu adalah "saya" sehingga lalu membeda - bedakan dirinya dari orang lain, lalu sengsara. Sesungguhnya manusia adalah melainkan satu dari unsur - unsur keagungan alam.

Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran

Laut Itu Apa

Suatu hari di tengah lautan luas, Ikan kecil bertanya pada ikan besar :

Ikan Kecil : Sering saya mendengar ikan berbicara tentang laut. Tetapi laut itu apa sih?
Ikan Besar : Di sekeliling mu itu adalah laut.
Ikan Kecil : Lho, koq saya tidak melihatnya?
Ikan Besar : Engkau tinggal, bergerak dan hidup di laut. Laut juga ada didalam kamu, sekaligus diluar kamu. Laut memberi mu hidup, dan setelah mati kamu akan kembali ke asal mu. Laut Melingkupimu sebagai dirimu sendiri. Mengerti ?
Ikan Kecil : ????

Renungan :

Zhuang Zi berkata : “Ikan hidup di sungai dan di danau dan tidak menyadarinya. Manusia hidup didalam Jalan dan tidak menyadarinya.” Orang tinggal di dalam lautan Zen, pun tidak mengetahui hakikat Zen.

Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran

Senin, 26 September 2011

Enam Pertanyaan Kehidupan

Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. 
Lalu beliau mengajukan 6 pertanyaan :
 
- Pertanyaan 1 : 
Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ? 
 Muridnya ada yang menjawab : 
“orang tua", "guru", "teman", "kerabatnya". 
Ternyata yang paling dekat dengan kita adalah "kematian". 
Sebab kematian adalah pasti adanya.
 
- Pertanyaan 2 : 
Apa yang paling jauh  dari diri kita di dunia ini ?  
Muridnya ada yang menjawab : "negara Cina", "bulan", "matahari".   
Ternyata yang paling benar adalah “masa lalu". Siapa pun kita, 
bagaimana pun kita dan betapa kayanya kita,  tetap kita tidak bisa kembali 
ke masa lalu. 
Sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari-hari yang akan datang.
 
- Pertanyaan 3 : 
Apa yang paling besar di dunia ini ?  
Muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", "matahari".  
Ternyata yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah"nafsu". 
Banyak manusia menjadi celaka karana menuruti hawa nafsunya. 
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi karena
itu kita harus hati-hati  dengan hawa nafsu ini.
 
- Pertanyaan 4 : 
"Apa yang paling berat di dunia ini ?".   
 Di antara muridnya ada yang menjawab : "baja", "besi", "gajah".
Ternyata yang paling berat adalah "memegang janji".
 
- Pertanyaan 5 : 
"Apa yang paling ringan di dunia ini ?".  
Ada yang menjawab "kapas","angin", "debu", "daun-daun”.
Ternyata  yang paling ringan di dunia ini adalah"meninggalkan ibadah".
 
- Lalu pertanyaan 6 : "Apakah yang paling tajam di dunia ini ?.  
Muridnya menjawab dengann serentak... "pedang !"
Ternyata yang paling tajam adalah "lidah manusia" karena melalui lidah, 
manusia dengan mudahnya menyakiti hati, melukai perasaan !
 
" I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand.
 
Sumber : Kompasiana

Minggu, 25 September 2011

Sebutir Beras (Hari ke 4 di Bali)

Hari ke empat kami berencana ke Pura Taman Ayun dan Tanah Lot. Kami sudah bersiap membawa sarung, untuk menghormati adat setempat yang mengharuskan pengunjung berpakaian sepantasnya di pura. Jam makan siang kami berpiknik di pinggiran sawah. Beralaskan sendal dan beratapkan langit, kami makan ditemani oleh kicau burung dan suara desiran angin. Sembari menikmati hidangan santap siang, saya mulai merenungkan, kehidupan para petani yang telah menanam setiap butir nasi yang ada di tangan saya. Betapa lelah dan berpeluh mereka harus dengan sabar menanam bibit padi, kemudian menyirami dan menjaga mereka sampai menguning, setelah di panen pun masih harus diolah hingga menjadi beras. Tetapi kerja keras dan jerih payah mereka hanya di hargai berapa ribu saja perkilonya.

Sedangkan orang jaman sekarang, kalau tidak enak langsung dibuang, bahkan dengan sengaja disisakan nasi dipiring agar terlihat tidak rakus. Mungkin orang - orang ini harus sekali - kali bertukar posisi dengan para petani, barulah bisa menghargai kerja keras mereka.

Selanjutnya kami melanjutkan oerjalanan ke Pura Taman Ayun. Pura ini dibangun dijaman masa kepemimpinan Gusti Agung Putu yang kelak menjadi raja Mengwi. Taman Ayun ini dirancang oleh arsitek berdarah Cina Ing Khang Coew, sahabat sang Raja. Pura ini dikelilingi oleh air dan terdapat Barong disana untuk di pertontonkan. Ada pula yang menjual hiasan yang terbuat dari telur. Bangunan disini mengingatkan saya dengan pagoda sembilan tingkat yang konon mengurung siluman ular putih legenda tiongkok yang termasyur itu.

Akhirnya tibalah kami di Tanah Lot. Disini kami menemukan pantai yang berbeda dengan pantai sebelumnya. Terdapat sebuah pura di pinggir pantai yang kalau tidak ada upacara kami dilarang masuk. didepan pura tersebut menghadap ke laut terdapat barisan karang pemecah ombak yang menurut kawan saya, sengaja diletakkan disana untuk menhindari rusaknya bangunan pura akibat gerusan ombak.

Disini kami menemukan bermacam binatang yang unik serta batu karang yang bentuknya besar - besar. Pasir disini hitam, dan halus. Disini anda dapat menemukan kerang bermacam jenis, karang yang glow in the dark, kumpulan kepiting, bulu babi, siput beracun, serta semacam lipan yang tidak jelas mana kepala dan ekornya. Terdapat pula dua ekor ular yang dijaga pawangnya . Anda boleh melihatnya, tentunya harus membayar dulu.

Sembari menunggu matahari terbenam, kami mengumpulkan aneka kulit kerang dan kepiting. Matahari terbenam disini juga tidak kalah indah dengan pantai Dreamland. Namun anda harus berhati - hati bila menginjak karang. Karna karang disini licin dan berlumut. Secara keseluruhan, hari ke 4 kami sangat menarik.




Rabu, 21 September 2011

Pasar Seni Ubud ( Hari Ke 3 di Bali)

Selalu ada paradoks dalam setiap sisi kehidupan. Perjalanan kali ini saya juga menemukan paradoks yang cukup menyakitkan. Bila pada hari pertama perjalanan kami berlimpahan uang, berbelanja lukisan yang bukan main harganya, mampir ke toko toko batik,Dagadu dan aneka asesoris di Yogya, di Bali kami jatuh miskin. Bahkan untuk makan kami harus kencangkan ikat pinggang. Saya bahkan sudah membayangkan kalau akan membuat semacam kecrekan dari tutup botol yang biasa saya lihat di kopaja ibukota tercinta kita, Jakarta. Saya tidak tega membayangkan teman saya yang kurus hitam memegang kecrekan sambil berteriak serak lalu kita akan menyanyikan lagu yang menyayat hati.. sambil memegang bekas bungkusan permen... oh tidak. Sungguh tragis.



Boleh dikatakan kami adalah orang yang beruntung karna kami menemukan orang yang begitu berbaik hati pada kami. Rekan yang semula hanya saya kenal dari situs jejaring sosial tak disangka telah menjadi pahlawan kami di Bali. Setelah mengetahui bahwa keadaan kantong kami telah mengalami masa kritis, dengan baik hatinya menawarkan untuk membawakan makan siang yang ternyata berikut makan malam. Tuhan telah sangat berbaik hati pada kami. Sampai – sampai saya berjanji pada diri sata sendiri akan memperlakukan orang yang membutuhkan saya layaknya saudara sendiri. Dua turis gembel ini seperti pengembara di gurun sahara yang ditawari sumur air minum oleh warga setempat.. senang bukan main.

Perjalanan di hari ke tiga kami diawali dengan Taman Kera yang berada di Ubud. Dalam perjalanan kami melihat sekumpulan orang mengusung semacam keranda yang belakangan saya ketahui itu adalah tradisi 'Ngaben'. Sesuatu yang sangat ingin saya lihat di Bali dan akhirnya saya temukan. Dalam usungan itu terdapat mayat orang yang akan di bakar jasadnya dalam upacara ngaben. Dalam adat orang Bali, kasta masih sangat kental terasa. Bila orang yang meninggal berasal dari kasta yang tinggi, maka bentuk usungannya juga berbeda dengan kasta dibawahnya. Upacara ngaben tidak dilaksanakan kapan saja. Mereka menunggu hari yang baik. Seseorang yang meninggal dalam adat Bali, akan dikuburkan sambil menunggu hari yang baik baru diadakan upacara ngaben. Terkadang sesosok mayat harus menunggu sampai 6 bulan baru diadakan upacara ngaben.

Sebenarnya saya ingin sekali mengikuti keramaian sampai ke tempat upacara, namun dikarenakan waktu tidak mencukupi, akhirnya kami melanjutkan perjalanan kearah Ubud. Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya sampailah kami ke Ubud. Tempat parkir Ubud seperti halnya tempat parkir Dreamland, ramai dipadati pengunjung. Setelah mendapatkan posisi sejuk untuk kendaraan, tempat pertama yang kami masuki adalah Taman Kera. Di depan pintu masuk terpampang pengumuman bagi pengunjung agar tidak membawa makanan didalam tas, tidak memegang kera
karna reaksinya tidak bisa ditebak, tidak melewati batas wilayah yang diperbolehkan untuk berjalan.

Bila dikalangan para politisi, polisi gocap, anak geng, sampai anak preman dijalanan ada seorang yang di tuakan atau disegani seperti kepala dari kelompok mereka, maka para primata ini pun memiliki kepala kelompoknya sendiri. Saya mulai percaya pada teori Darwis, kalau kaum kita sebenarnya adalah cucu buyut dari kaum primata ini. Berdasarkan informasi dari kawan saya, besar kepala kelompok primata ini bisa sebesar semeter. Ukuran yang lumayan untuk ditakuti.

Setelah tiga hari bersama, kami mulai makin mengenal selera dan pribadi satu sama lain. Memenuhi janji saya pada teman di Jakarta, saya mulai memburu bule asing untuk di ajak berfoto. Hm,,, seperti saya katakan, kawan saya ini ternyata menemukan pria asing yang sesuai selera kami. Hahaha... alhasil selain berfoto dengan para kera disana, kami juga mendapatkan foto eksklusif dengan keturunannya.

Rute selanjutnya kami menelusuri sepanjang jalan Ubud yang terkenal dengan citarasa seninya itu. Memang daerah ini adalah kawasan pasar seni. Dikiri kanan jalan anda dapat temui segala macam karya seni adiluhung hasil ciptaan putra pulau dewata Bali. Mulai dari kulit kerang, bebatuan, karang, kayu, hingga kertas koran ditangan para putra seniman ini telah disulap menjadi karya seni yang mengagumkan.

Puas bermain di Ubud kami lanjutkan perjalanan ke sawah bertingkat yang letaknya tidak jauh dari Ubud. Sawah bertingkat disini perairannya digunakan beramai – ramai dari satu atau beberapa mata air yang dialirkan sedemikian rupa sehingga setiap jengkal tanah dibawahnya memiliki air yang cukup untuk sawahnya. Tidak ada sistem aku dan kamu disini, yang ada hanya kami. Sungguh kontras dengan Jakarta ibukota ku tercinta.

Ditengah – tengah sawah yang menjorok kedalam, terdapat sebuah rumah . Saya tidak bisa membayangkan cara mereka orang daerah mencapai ke ujung jalan sawah bertingkat ini. Luar biasa. Seorang nenek – nenek tua memikul keranjang menghampiri kami dengan senyum indah nan menawan. Tak tampak satupun giginya yang dulu pastinya putih dan bersih itu, yang ada hanya jempol yang diacungkan tinggi – tinggi laksana seorang foto model kawakan membintangi bintang iklan sambel cap Jempol.

Saya dan rekan yang orang Jakarta kurang mengerti maksud nenek ini, tak lama fotografer kami langsung menjepret nenek cantik tersebut. Ternyata nenek tersebut minta di foto dengan imbalan uang tentunya. Kreatif sekali.. foto nenek cantik tersebut akhirnya menjadi koleksi indah panorama Bali yang akan saya bawa pulang Jakarta sebagai oleh – oleh. Indahnya sawah bertingkat mengakhiri perjalanan kami hari ini. Namun keindahan seni dan panorama sawah bertingkat ini sungguh memberikan saya pengalaman tak terlupakan






Selasa, 20 September 2011

Keindahan Pantai Bali (Hari ke 2 di Bali)

Setelah melewati malam pertama nan indah di Bali, tentunya hari ke dua kami tak kalah menarik. Hari ke dua kami di Bali telah dijadwalkan rekan kami agar kami berlibur ke pantai Sanur, Tj Benoa, Nusa dua, Mertasari dan pantai Dreamland. Kawan kami akan menjemput pukul 11an. Bangun dipagi hari saya dan rekan sepakat untuk berjalan kaki dulu ke pantai Seminyak, setelah melihat matahari mulai menampakkan diri, kami pun ikut keluar, tapi kaget bukan main karna kami disambut oleh gonggongan anjing di sekitar kosan.



Hampir sepanjang jalan ke pantai seminyak kami di gonggongi anjing. Ketika agak siang dan ramai, anjing mulai tidak tampak lagi. Ternyata definisi kata dekat bagi orang Bali dan orang Jakarta bagaikan bumi dan langit. Hampir 1 jam kami berjalan baru menemukan pantai Seminyak. Segera saja kami bermain air dan mengistirahatkan kaki yang sedari tadi sudah berteriak kelelahan.



Pantai disini agak berbeda dengan pantai lain di Bali. Karna pantai Seminyak ini memang bukan pantai wisata. Anda akan menemukan banyak orang membawa serta anjng mereka untuk bermain air di pantai ini. Beberapa anjing tampak senang bermain dengan ombak di pantai ini yang tergolong besar. Pelajaran pertama bagi saya di Bali, jangan sekali2 mengambil kerang di sekitar permainan anjing, atau anda akan menemukan harta karun berwarna emas nan berkilau tersangkut di kerang anda.



Setelah puas bermain air dipantai ini kami melanjutkan perjalanan pulang yang tak kalah melelahkan dengan perjalanan pergi kami tadi pagi. Pelajaran kedua bagi saya hari ini, jangan pernah bertanya jarak pada orang Bali.Memilukan.



Pantai pertama yang kami kunjungi adalah pantai Mertasari, kami dapat melihat orang memainkan layangan disini. Pantai ini tak banyak dikunjungi wisatawan. Mungkin karna tidak banyak yang mengetahuinya dan biasanya tour guide jarang membawa turis kesini. Kebanyakan orang datang ke sini untuk bermain layangan atau olahraga air. Ada sebuah pura pinggiran pantai. Dikiri kanan pura tersebut terdapat patung monyet yang dihiasai kain, bunga dan sesajen.



Selanjutnya yang tak kalah menarik adalah pantai Nusa Dua , Tanjung Benoa Dan Sanur. Beberapa pantai yang saya sebutkan diatas kebanyakan berombak besar. Dan kami diajak ke sisi pantai yang tidak terlalu ramai. Masi terdapat banyak rumput laut disana. Pemandangan yang tak akan anda temukan di pantai Kuta.



Setelah mengunjungi pantai sesuai urutan keindahannya , kini tibalah kami pada pantai terindah yang pernah saya temui hari ini. Dreamland. Pantai ini terletak di Pecatu, tidak jauh dari Uluwatu. Saya begitu terpesona dengan keindahan pantai Dreamland. Hamparan pasir dengan celah karang yang indah menambah semarak pemandangan sunset yang kami tunggu – tunggu. Pantai ini merupakan pantai teramai yang saya temui hari ini. Pulau Bali seperti biasa, tempat berkumpul turis dari segala bangsa dan kebudayaan. Baru saja kami temui gadis Tiong Hoa berkulit putih, bertubuh ramping dengan topi melebarnya, tak lama kami harus berhadapan dengan keluarga besar India yang aduhai bodynya. Tuhan telah menciptakan beragam perbedaan lalu kemudian menyatukan mereka di Bali. Sungguh perpaduan yang indah.



Perjalanan pulang dari Dreamland adalah hal yang mengerikan. Jangan mengharapkan lapangan parkir yang nyaman di Dreamland. Karna parkiran disini seperti di jurang saja rasanya. Tikungan mautnya membuat blingsatan tiga umat manusia yang bercokol di mobil katana tua. Tak hentinya kami berdoa agar selamat keluar dari lingkungan parkir. Keluar dari sana masih harus berhadapan dengan barisan barikade  bus pariwisata, jeep, minibus, sedan, sepeda dan pejalan kaki. Macet bukan main.

Layang - layang


Parasailing






Senin, 19 September 2011

Guru Yang Paling Baik

Bertahun - tahun yang lalu, Bu Thomson berdiri didepan siswa kelas V mengucapkan sebuah kata bohong kepada para siswanya dia mengatakan akan mencintai setiap muridnya. Tetapi hal tersebut sebetulnya tak sepenuhnya jujur, karena Teddy yang duduk dibarisan depan adalah seorang anak yang tidak konsentrasi belajar dan kotor. Sebenarnya Bu Thomson sangat ingin dengan pena merahnya menulis diatas rapor Teddy nilai “E”.
 
Pada suatu hari ketika Bu Thomson sedang memeriksa catatan di rapor para muridnya. Dia sangat terkejut membaca komentar para mantan guru Teddy.

Guru di kelas I menulis, “Teddy adalah seorang murid yang cerdas, selalu tersenyum, pekerjaan rumahnya dan catatannya selalu rapi, sangat menghormati orang lain, membuat orang disekelilingnya berbahagia!.”

Guru kelas II menulis, “Teddy adalah seorang pelajar yang sempurna, semua teman-teman menyukainya, tetapi ibunya menderita penyakit kanker, kehidupan dirumahnya pasti sangat susah!”

Guru kelas III menulis, “Kematian ibunya menimbulkan pukulan berat baginya. Dia sangat rajin belajar, tetapi ayahnya tidak peduli terhadapnya, jika tidak  segera diambil tindakan maka kehidupan keluarganya akan segera mempengaruhi pelajarannya. “

Guru kelas IV menulis, “Pelajaran Teddy mulai mundur, dia tidak tertarik kepada pelajaran lagi, dia tidak ada teman lagi, terkadang tertidur di ruang kelas.”

Setelah membaca catatan tersebut, Bu Thomson baru menyadari masalah yang sebenarnya. Dia merasa malu, dan sangat sedih karena pada saat natal, semua muridnya memberi dia hadiah yang dibungkus dengan kertas kado yang cantik, sedangkan Teddy membungkus hadiahnya dengan kertas koran.

Bu Thomson membuka hadiah Teddy, didepan kelas, hadiahnya adalah sebuah gelang berlian palsu dan sebotol parfum yang tersisa ¼ , murid-murid yang lain mulai menertawakan hadiah dari Teddy, tetapi guru Bu Thomson segera mengambil gelang tersebut dipakai ditangannya dan berkata sangat indah dia menyukai hadiah tersebut, lalu menyemprotkan parfum tersebut ke tangannya.

Hari itu setelah lonceng pulang berbunyi, Teddy tinggal dikelas dan berkata kepada guru Bu Thomson, “Guru, hari ini engkau wangi seperti ibuku!.” Setelah Teddy pulang, guru Bu Thomson menangis dengan sedih selama satu jam. Setelah hari itu guru Bu Thomson tidak mengajar “Membaca, menulis dan menghafal dan matematika lagi.” Tetapi dia mengajarkan pendidikan kepada para muridnya.

Mulai hari itu dia memberi perhatian khusus kepada Teddy, mencurahkan kasih sayang seperti seorang ibu kandung, Teddy juga mulai hidup kembali, guru Bu Thomson selalu memberi semangat kepadanya, dia semakin tangkas. Di akhir tahun Teddy menjadi murid yang terpintar dikelasnya. Walaupun guru Bu Thomson mengatakan akan mencintai setiap muridnya tetapi Teddy adalah siswa favoritnya.

Setahun kemudian, guru Bu Thomson menemukan secarik kertas yang ditempel dipintu rumahnya, itu adalah tulisan Teddy yang mengatakan “guru Bu Thomson adalah guru yang paling baik yang dijumpai seumur hidupnya!” Setelah 6 tahun berlalu guru Bu Thomson menerima sepucuk surat dari Teddy yang mengatakan dia sudah tamat SMA, dia mendapat juara 3, dia mengatakan guru Bu Thomson tetap adalah guru yang paling baik seumur hidupnya dan guru favoritnya!

Empat tahun kemudian, Teddy menulis bahwa dia telah tamat S1 dan akan melanjutkan ke S2 dia mengatakan guru Bu Thomson tetap guru favorit dan guru yang terbaik selama hidupnya, dan guru Bu Thomson melihat ada tambahan gelar dokter ditanda tangannya.

Cerita ini belum berakhir, pada musim semi tahun ini, Teddy menulis surat lagi, menceritakan bahwa ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dia sudah menemukan seorang gadis dan akan menikah dengannya, dia meminta guru Bu Thomson sebagai walinya akan disediakan tempat duduk di posisi orang tuanya. Guru Bu Thomson memenuhi permintaan Teddy, pada hari pernikahan dia memakai gelang berlian palsu pemberian Teddy dan menyemprotkan parfum pemberian Teddy, Teddy teringat itu terakhir kalinya dia bersama ibunya merayakan natal dan ibunya memakai parfum ini.

Ketika mereka merangkul satu sama lain, prof. Teddy dengan berbisik ditelinga Bu Thomson mengatakan, “Terima kasih guru Bu Thomson engkau telah mempercayai saya, terima kasih karena engkau membuat saya menjadi orang penting, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri untuk berubah!”

Airmata guru Thomsom mengalir dengan deras, dengan lembut dia berkata, “Teddy, anda salah! Andalah yang mengajari saya, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri untuk berubah, setelah bertemu denganmu, saya baru tahu bagaimana mengajar!”

Sumber : Erabaru.net

Kamis, 15 September 2011

Menggapai Matahari(Malam Pertama di Bali)

Semua orang pasti mempunyai mimpi. Namun bila anda tidak melawan ketakutan anda sendiri, anda tidak akan mencapai apapun dalam hidup anda, termaksud mimpi anda. Sebagai anak rumahan sejak dulu saya senang sekali berpetualang namun belum menemukan rekan yang cocok untuk melaksanakan niat saya. Kali ini bertemu dengan rekan yang cocok tidak saya lewatkan kesempatan ini. Setelah perjalanan saya dan rekan ke Yogyakarta, hari berikutnya kami melanjutkan ke Bali. Dari hotel kami langsung naik becak ke Stasiun Lempuyangan Rp. 20.000,- mungkin bisa lebih murah bila anda pandai menawar harga. 

Kami naik kereta Sritanjung, kereta ekonomi tujuan Banyuwangi dengan tarif Rp.35.000,-. Berdasarkan peta, rute yang kami tempuh mengelilingi pulau jawa dari Jakarta sampai Banyuwangi. Waktu yang kami habiskan dikereta selama +/- 18 jam. Sesampainya di Banyuwangi, kami lanjutkan ke Pelabuhan Ketapang yang jaraknya tidak jauh dari stasiun. Dari sana kami naik Fery yang menyebrang ke Pelabuhan Gilimanuk – Bali. Harga fery Rp. 6.000,- saja. Jarak yang ditempuh berkisar 45 menit – 1 jam. Selanjutnya kami naik Bus ke Terminal Ubung Rp. 25.000,- Jarak dari Gilimanuk ke Terminal Ubung ternyata cukup jauh dan berkelok.

Bila anda melewatinya ditengah malam seperti kami, anda dapat melihat pemandangan seperti di hutan. Dikiri kanan anda hanya akan melihat pepohonan besar yang dahannya pada akhirnya menutupi atas jalan seperti kanopi. Tak lama saya dan kawan mencium wangi dupa. Ternyata kenek bus kami yang menyalakan dupa, mobil kemudian berhenti untuk menyembahyangi stupa yang saya kurang jelas melihatnya. Ditengah jalan mobil berhenti lagi disebuah tulisan “Tanah Suci” untuk sembahyang dan mempersembahkan dupa. Ya,, saya juga ikut berdoa dalam hati menurut keyakinan saya, semoga aman dalam perjalanan. Kenek juga memakai bunga di kiri kanan daun telinganya. Menambah khidmad malam kami. Dibali, anda dapat menemui banyak pohon besar yang ditutupi kain. Lalu kemudian disembahyangi dan diberikan sesajen. Sebuah pemandangan yang tidak akan anda saksikan di Jakarta.

Sesampai di Terminal Ubung, sembari menunggu teman yang akan menjemput kami, kami terlebih dahulu memesan tiket bus Pahala Kencana untuk pulang ke jakarta. Karna musim liburan, harga tiket melonjak dua kali lipat, tak ingin terdesak dalam jalur pulang mudik lebaran, kamipun akhirnya harus merogoh kocek lebih dalam, Rp. 550.000,- Tapi semua itu terbayarkan dengan pengalaman menarik kami di Bali.

Anda tentu tahu Jessica Smith, foto bayinya menghiasi matahari dalam film Teletubbies. Semalaman diliputi perasaan cemas sekaligus gembira, melihat matahari perlahan naik mengingatkan saya akan wajah bayinya dengan senyum merekah.. Ah.. sungguh menghangatkan jiwa yang lelah. Inilah sunrise pertama saya di Bali. Setelah sekian lama menunggu teman kami, akhirnya yang di tunggu – tunggu muncul juga. Dengan badan yang letih dan kusut kami segera mengikuti teman kami yang notabene adalah orang Bali asli. Uang tersisa dikantong saya adalah Rp.1.100.000,- dengan uang yang minim ini saya harus pandai – pandai berhemat.di Bali.

Sebelum saya melakukan perjalanan saya slalu membiasakan diri mengecek rute, hotel, waktu perjalanan dan biaya perjalanan. Perjalanan ke Bali kali ini saya sebelumnya sudah merencanakan untuk menginap di kostan saja. Sebelum berangkat saya telah membooking 2 buah kosan dan 1 buah hotel di Bali. Namun pada kenyataannya ketika kami hampiri, hanya satu yang berkenan dihati. Biaya kost di Bali kami seharga Rp. 25.000,- permalam saja. Murah bukan? Kami hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp. 175.000,- untuk menginap 7 malam di Bali. Bayangkan dengan biaya bila anda menginap di hotel atau homestay biasa yang biaya permalamnya paling minim Rp. 150.000,- permalam dengan fasilitas yang kurang lebih hampir sama. Yang membedakan hotel dengan kosan kami hanyalah breakfastnya saja. Tapi tak mengapa, karna kami bawa persediaan makanan sendiri.

Terkadang dengan semakin majunya teknologi, semakin membawa anak bangsa kearah keterpurukan moral yang kian mendalam. Beberapa bahkan tertipu dalam jejaring sosial hingga harus kehilangan nyawanya. Namun kadang kemajuan teknologi juga membawa efek yang baik dalam kehidupan manusia. Seperti contohnya saya, dengan adanya komunikasi yang tidak disengaja di jejaring sosial, pada akhirnya memberikan keberuntungan tersendiri ketika kami berada di Bali. Dengan bantuan kenalan yang secara tidak sengaja saya kenal dari jejaring sosial, ternyata beliau adalah seorang mantan duta pariwisata yang baik hati. Dengan sukarela bersedia menjemput kami dari terminal Ubung lalu kemudian mengantarkan kami sampai menemukan tempat kost yang nyaman dan murah.

Tour guide kami ini orang yang sangat unik dan tulus. Setelah mengantarkan kami ke kostan, sorenya kami dijemput lagi untuk melihat sunset di pantai Kuta. Pantai yang sudah sejak lama ingin saya kunjungi. Setelah mengetahui bahwa beliau ternyata juga adalah seorang fotographer, maka saya dengan tak segan - segan lagi segera menyerahkan kotak pusaka berwarna merah marun bersarung hitam ditangan saya, kamera digital pocket. Segera saja kami bermain air laksana anak kecil yang diberikan mainan yang telah lama diidam - idamkan  oleh ayahnya.. Wuihh... Kuta... akhirnya kami datang pada mu. Pantai khas Bali. Saya yakin bila kita bertanya pada turis disana, apakah mereka tahu bahwa Bali itu bagian dari Indonesia, kebanyakan dari mereka akan menjawab tidak tahu, Kenyataan yang membuat miris hati.

Kuta adalah pantai yang landai. Dimana tidak terdapat banyak ombak dan pasirnya juga halus. Kebanyakan orang bermain di Kuta untuk menikmati suasana sunset dan ketenangannya pantainya. Tahukah anda, bahkan dipantai, kami juga menemukan sesajen. Tentu saja bagian pemotretan saya serahkan pada ahlinya. Akhirnya kami bermain air hingga malam lalu berjalan kaki menelusuri pantai Kuta. Sambil berbincang kami menikmati suasana malam di Kuta. Walau sudah sepi dan gelap, namun bercengkrama ditemani suara deburan ombak dan angin malam sungguh sangat menenangkan hati. Lelah badan kami selama perjalanan seolah tertelan ombak dan dibawa jauh ketengah lautan luas. Malam itu saya merasa telah mencapai sesuatu yang dulu saya takutkan, berjalan jauh tanpa keluarga.  Sesungguhnya saya merasa telah menggapai matahari. Sungguh malam pertama yang mengasyikkan di Bali.



Senin, 12 September 2011

Journey To Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan Propinsi tertua kedua di Indonesia setelah Jawa Timur. Daerah ini memiliki kewenangan khusus untuk mengatur wilayahnya sendiri.

Kali ini kota tujuan saya adalah Yogyakarta yang akan saya lanjutkan ke Bali. Dikarenakan rencana yang mendadak, kami tidak dapat tiket pesawat murah. Akhirnya  kami putuskan naik bus saja ketimbang naik kereta mengingat tanggal kepergian kami mendekati puncaknya arus mudik. Situasi macet mewarnai perjalanan kami, namun kami tak patah semangat. Karna pengalaman yang akan kami dapatkan juga sebanding dengan pegalnya badan kami.

Kami sampai di Yogya ketika malam lalu menyewa becak untuk mencari hotel. Tukang becak disana rata - rata berwajah ramah dan bersedia mengantarkan anda sampai hotel yang anda inginkan. bila anda kesatu hotel dan belum cocok, dia kemudian akan mengantarkan anda hingga sesuai keinginan anda dengan biaya hanya Rp. 5.000,- saja. Murah bukan? Kemudian sampailah kami ke hotel Pentu Dewo di wilayah Malioboro. Tarif menginap semalam di sini berkisar Rp. 120.000,- dengan fasilitas fan. Kami putuskan untuk menginap 2 malam saja.

Malam pertama di Yogya kami habiskan dengan berkeliling malioboro hingga alun - alun kota Yogyakarta. Tarif becak berkisar Rp. 5.000,- . Lalu kami lanjutkan dengan berkeliling sekitar Malioboro yang sepanjang jalan dipenuhi orang yang berjualan. Rata - rata mereka menawarkan barang - barang bermotif batik, baju dagadu dan kayu2 ukiran.

Diseberangnya anda dapat temui puluhan rumah makan pinggiran yang menyediakan menu khas Yogya. Hal yang paling khas ketika saya berwisata malam di Yogya adalah saya dapat melihat delman dimalam hari. Mengingatkan saya akan lagu ketika saya masih duduk di sekolah dasar.

Pak kusir disini memakai blankon. Mereka layaknya para penarik becak, berbaris berjejer di sepanjang jalan Malioboro sambil menunggu penumpang. Berwisata kuliner disini anda disajikan duduk lesehan dan makan menggunakan tangan. Menu yang disajikan juga kebanyakan makanan khas daerah. Tapi menu saya malam ini jauh lebih nikmat dari hidangan manapun. Sekali anda mencium baunya, seluruh kru drum band di perut anda pasti akan menabuh genderang. Makanan tradisional indonesia dengan menu sederhana dan rasa yang aduhai.. Indomie.

Berhubung jiwa petualangan kami sudah membuncah, pukul 7.30 kami sudah memutuskan jalan - jalan keliling kota Yogya, akibatnya.. banyak tempat wisata belum buka. Rute pertama kami dihari kedua adalah museum Benteng Vredeburg. Benteng ini dulunya dibangun oleh VOC tahun 1765 masehi. Benteng ini dulunya digunakan sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda pada masa itu.

Benteng ini berbentuk persegi dan mempunyai empat menara pantau dikeempat sudutnya.  Asal tahu saja, kami memasuki museum ini gratis. Mungkin karena kami tiba kepagian, sehingga ada beberapa bangunan yang masih ditutup gerbangnya. Kami juga hanya menemukan satu pengunjung yang sepertinya juga kepagian seperti kami. Seorang bapak dengan anaknya yang masih kecil. Dan tentu saja, kami juga ditemani patung - patung disana yang senantiasa memelototi kami.

Selanjutnya kami berpaling ke Museum Sonobudoyo dengan tarif masuk Rp.3.000,- saja. Museum ini didirikan oleh Java Intituut yang memiliki tujuan melestarikan kebudayaan nasional. Anda dapat menemui berbagai keterangan tentang manusia jaman megalithikum dan paleolithikum. Terdapat pula sebuah alquran yang ditulis tangan dengan ukuran yang besar. Ada pula sebuah ruangan yang disebut Ruang Bali. Di museum ini kami menemui banyak sekali benda peninggalan purba dan aneka seni budaya Yogya. Anda dapat menemukan juga alat seni tradisional Yogyakarta disini. Anda bahkan dapat melihat tengkorak utuh peninggalan purbakala. Beragam corak batik dan karya seni juga dipamerkan disini. 

Selanjutnya kami bertolak ke tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono yang telah dibangun sejak 1756 masehi. Bangunan ini tak lain adalah Kraton Yogyakarta. Awalnya bangunan ini ditempati oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati. Bangunan kraton Yogya terdiri dari tujuh bangsal. Masing - masing bangsal dibatasi oleh Regol atau pintu masuk. Biaya masuk kraton Rp. 5.000,- dan untuk kamera Rp. 1.000,- dan anda diharuskan melepaskan topi atau atribut yang tidak sopan lainnya. Di sini anda dapat melihat hasil karya putra putri kraton Yogya. Berbagai cenderamata dan lukisan dapat anda temui di pagelaran seni putra kraton. Kami juga mengunjungi komplek perumahan kraton. Disana terdapat rumah seorang pendopo kraton yang pandai melukis. Bahkan ada lukisan yang dibuat dengan berpuasa terlebih dahulu. Sungguh sebuah karya seni yang agung.

Ketika matahari terasa semakin menyengat, kami putuskan melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan. Anda tidak perlu takut susah kendaraan bila ingin berekreasi sendiri di Yogya. Karna Yogya juga memiliki Bus Trans Yogya yang menghubungkan berbagai lokasi wisata. Anda dapat naik Bus Trans Yogya menuju ke Candi Prambanan. Ongkos masuk Candi Prambanan ketika liburan Rp. 28.000,- Kesan pertama memasuki candi ini seperti habis di bombardir oleh sekutu lalu disusun ulang oleh pemiliknya. banyak sekali reruntuhan batu disekitar candi besarnya. Konon reruntuhan kecil ini adalah candi - candi kecil yang belum selesai pengerjaannya.

Konon ketika terjadi pertempuran antara Balai Putra Dewa melawan Rakai Pikatan, Balai Putra Dewa kalah dan melarikan diri ke Sumatra. Konsolidasi keluarga Rakai Pikatan kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang perlu diresmikan dengan pembangunan gugusan sebuah candi besar. Disisi luar candi anda dapat menemui taman rusa. Rusa didalamnya akan mendekat ketika anda hampiri. Mungkin sudah biasa menerima makanan dari pengunjung.


Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke candi Borobudur. Bila anda naik bus trans Yogya, anda harus turun di terminal Jombor kemudian melanjutkan dengan bus kota arah Muntilan dengan tarif Rp. 10.000,- karna Candi Borobudur terletak di Muntilan, bukan di Yogyakarta. Jarak tempuh berkisar 1 jam. Bagi anda yang memutuskan untuk naik bus sebaiknya datang lebih awal karna bus hanya beroperasi hingga jam 5.30 sore saja.

Candi Borobudur merupakan tiruan dari alam semesta yang terbagi menjadi tiga bagian besar didalamnya.
1. Kamadhatu : sama dengan alam bawah atau dunia hasrat. Dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat, bahkan dikuasai oleh hasrat kemauan dan hasrat nafsu . Relief dibagian ini menggambarkan adegan Karmawibangga yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu : sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam dunia manusia telah meninggalkan segala urusan duniawi dan hasrat serta kemauan.
3. Arupadhatu : sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa, yaitu tempat para dewa.

Nama Borobudur sendiri diambil dari bahasa sansekerta Boro bermakna Vihara sedangkan budur dari bahasa bali "bedudur" yang artinya diatas, Sehingga bisa diartikan Candi Borobudur adalah Vihara/candi  yang berada diatas bukit.

Demikian perjalanan kami di Yogyakarta berakhir sampai disini. Karna waktu yang kami miliki hanya satu hari, masih banyak lokasi wisata di Yogyakarta yang belum kami kunjungi. Semoga pengalaman saya dapat memberikan kontribusi bagi para pembaca yang juga hendak berwisata ke Yogyakarta.


Candi Prambanan
Kraton Yogya

Candi Borobudur
Candi Mendut