Kamis, 21 Juli 2011

Cheng Bersaudara

Cheng Hao dan Cheng Yi, dua bersaudara, adalah filsuf terkenal dan pendidik pada masa Dinasti Song Utara. Mereka berdua "belajar dengan tekun, menyukai sejarah, berpuas diri dalam kemiskinan, dan tetap mempertahankan karakter mulia mereka." Meskipun mendapat pengalaman hidup yang berbeda-beda, mereka terus belajar sepanjang hayat mereka. Mereka terus mengajar dan mengejar cita-cita yang sama. Cheng Hao bekerja sebagai seorang pejabat pemerintah di berbagai wilayah. Dia menulis "Merawat orang-orang seolah-olah mereka adalah pasien" sebagai moto untuk mengingatkan dirinya sendiri. Dia pernah dengan sopan menolak hadiah seratus gulungan sutra halus berkualitas tinggi dari Perdana Menteri Lu Dafang. Pada waktu itu Ia berkata bahwa ia bukanlah satu-satunya orang miskin yang ada, "Ada banyak orang miskin di dunia." Setelah menyelesaikan urusan pemerintahannya, Dia selalu pergi untuk mengajar murid-muridnya. Cheng Yi menjabat sebagai guru kaisar, ia memberitahu Kaisar Zhezong bahwa seorang yang mulia harus memberi perhatian pada "kultivasi karakter dan meningkatkan kebajikan”. Dia suka berada dekat dengan mereka yang memiliki karakter mulia dan berani untuk memberikan nasihat kepada kaisar . Semua ini menunjukkan bahwa dua bersaudara Cheng Hao dan Cheng Yi tidak terpengaruh oleh kemiskinan, dan mereka malahan lebih memperhatikan orang lain daripada kekayaan. Kedua bersaudara ini kemudian menimbulkan kemarahan kaum bangsawan dan dipaksa untuk mengundurkan diri dari posisi mereka dan pulang ke rumah.

Cheng bersaudara menunjukkan karakter mulia dan moral dalam aspek belajar, memerintah, mematut diri, dll Mereka percaya bahwa tujuan tertinggi dari pendidikan adalah agar siswa mengikuti prinsip-prinsip Langit, berbelas kasih kepada orang lain, peduli dengan dunia, dan selaras dengan prinsip-prinsip yang berlaku. Meskipun mereka sering hidup dalam keadaan "tidak memiliki sayuran" untuk dimakan, mereka tidak pernah berhenti mengajar. Karakter mulia mereka dikenal luas. Banyak orang  yang datang untuk belajar dari mereka, bahkan ada yang datang dari tempat dengan jarak ribuan mil jauhnya. 

Cerita klasik terkenal " Cheng (Cheng Yi) Men (pintu) Li (berdiri) Xue (di salju)" dan "Ru (seperti) Mu (mandi) Chun (musim semi) Feng (angin)" (siswa Cheng Hao merasa bahwa saat belajar dari gurunya, mereka seolah-olah sedang bermandikan angin di musim semi) telah menjadi legenda bagi generasi mendatang. 

Cheng Bersaudara menghasilkan banyak karya. Mereka pernah menggambarkan pengalaman mereka sendiri, " Kami belajar di bawah bimbingan Zhou Dunyi. Dia meminta kami untuk menemukan hal yang membuat Konfusius dan Yan Hui berpuas diri, dan kenapa mereka bahagia." Mereka percaya asimilasi dengan Tao (prinsip-prinsip Langit) dan kesatuan langit dan manusia adalah sumber dari kebahagiaan spiritual. Cheng Yi menulis, "Tao Langit dan prinsip-prinsip Langit adalah sebab fundamental bagi penciptaan segala sesuatu di dunia. Mereka berada di dalam segala sesuatu dan juga di atas segalanya. Setiap eksistensi memiliki jalannya sendiri. Mengapa langit tinggi di atas, mengapa bumi rendah di bawah, mengapa segala sesuatu ada secara alami, mereka semua memiliki sebab musabab sendiri ". "Orang bijak mengikuti prinsip-prinsip Langit dan juga ingin semua makhluk hidup untuk mengikuti hal yang sama." Cheng Hao menulis dalam puisinya, "Mengamati semua makhluk hidup dalam keheningan, mereka semua tenang dan damai, segala sesuatu dalam empat musim adalah sama dengan manusia yang memiliki watak dan jiwa yang baik. Tao meliputi langit dan bumi dan melampaui segala keberadaan materi, pikiran yang selalu berubah adalah hal yang tidak terkendali layaknya angin dan awan." Dia mengerti keagungan dan kemuliaan dari Tao. 

Kebahagiaannya terletak pada keberhasilannya menyelami karakter langit dan bumi, mengetahui pikiran dari keberadaan yang tak terhitung jumlahnya, serta segala sesuatu yang ada di alam semesta. Ia juga menulis puisi, "Ia telah terpisah dari dunia sejauh tiga puluh mil. Awan putih dan daun merah mengambang jauh dan dekat "(" Bulan Musim Semi "). Puisi "Gumpalan awan dengan tenang tercermin di permukaan air, suara mata air yang mengalir secara alami datang dalam keheningan " (" Berjalan di Lereng Bulan ") menggambarkan kedamaian batin dari Cheng Hao, ketenangan dan ketidakpedulian terhadap ketenaran dan kepentingan pribadi.
 
Ada sebuah pepatah kuno yang mengatakan, "Hanya dengan tidak mengejar kemuliaan dan kekayaan, seseorang bisa memiliki cita-cita yang luhur, hanya dengan berada di dalam kedamaian hati, seseorang bisa berpikir dan melihat jauh ke depan." Ada banyak individu dengan kebajikan tinggi dalam sejarah. Mereka menjadi pelaku dan penyebar kebenaran dan prinsip-prinsip Langit, serta contoh teladan dari kultivasi diri. Kultivator memiliki kebahagiaan tersendiri dari berkultivasi. Mengkultivasi diri adalah sebuah kebahagiaan bagi mereka. 

Mereka memandang ringan kemiskinan, kekayaan, dan kemuliaan, karena mereka melepaskan segala macam keinginan material dan keterikatan manusia, menjaga kedamaian hati mereka, dan merasa puas serta bahagia. Kebahagiaan mereka terwujud oleh pemahaman akan prinsip-prinsip Langit, menyelami kebenaran alam semesta dan makna hidup, dan tercapainya masa depan yang cerah! Kondisi "Berpuas diri dalam kemiskinan, dengan gembira mencari Tao" melambangkan pencarian mereka terhadap kondisi rohani yang luhur. Terlepas dari situasi yang mereka hadapi, mereka teguh memegang karakter mulia mereka dan mengejar kebenaran tanpa mengendurkan diri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar