Jumat, 12 Agustus 2011

RIWAYAT HIDUP BUDDHA GAUTAMA//SAKYAMONI (BAGIAN 4)



PELEPASAN AGUNG
Pangeran Siddhartta meninggalkan istana
Setelah anak Pangeran Siddhartta lahir.Raja menyelenggarakan pesta untuk cucunya dengan besar

dan meriah.Tetapi pangeran tidak gembira.Pangeran lalu mendekati Raja,dan mohon izin untuk mencari obat
terhadap usia tua,sakit dan mati.Hal ini menimbulkan amarah Raja.(Dalam kutipan dari b
uku Mahavastu II,halaman 1/2)."Ayah, kalau tidak beri izin saya mohon Ayah berkenan memberikan kepadaku delapan macam anugrah"."Ten
tu saja,anakku, aku lebih baik turun tahta daripada tidak meluluskan permintaan"."Kalau begitu, mohon Ayah memberikan kepadaku:
1.Anugerah supaya tidak menjadi tua.
2.Anugerah supaya tidak sakit..

3.Anugerah supaya tidak mati
4.Anugerah
supaya Ayah tetap bersamaku.
5.Anugerah supaya semua wanita yang ada di istana bersama-sama dengan kerabat lain tetap hidup.
6.Anugerah supaya kerajaan ini tidak berubah dan tetap seperti sekarang.
7.Anugerah supaya mereka yang pernah hadir pada pesta kelahiranku dapat memadamkan semua keinginannya .
8.Anugerah supaya aku dapat mengakhiri kelahiran usia tua dari meninggal".
Setelah Raja Suddhohana mendengar pernyataan Pangeran meenjadi kaget n dan kecewa. Raja menjawab ,"bahwa hal-hal diatas tidak mungkin dilakukan dan berada diluar kemampuannnya".Dan Raja masih mencoba membujuk Pangeran dengan mengatakan :"Anakku, usiaku sekarang sudah lanjut. Tunggu saja dan tangguhkan kepergianmu sampai aku sudah mangkat"."Ayah, relakan kepergianku justru sewaktu Ayah masih hidup. Aku berjanji bila sudah berhasil akan kembali ke Kapilavatthu untuk mempersembahkan obat yang telah kutemukan ke hadapan Ayah".Raja tetap tidak memberikan izinnya dan Pangeran tetap bersihkeras untuk terus melaksanakan cita-citanya.Setelah itu,Pang
eran masuk kamar Yasodhara.Untuk memandangi anaknya dengan gembira dan haru,sebab pangeran tidak lama lagi akan meninggalkan anak, istri,dan raja .Pangeran bertekad bulat untuk mencari obat agar orang tidak menjadi tua ,sakit, dan meninggal.Selanjutnya Pangeran masuk ruangan dihibur oleh para gadis penari-penarinya.Karena letih akhirnya Pangeran tertidur ,sehingga tengah malam Pangeran terbangun dan memandang sekelilingnya.Sehingga Pangeran melihat gadis penari-penari tergeletak tidur simpang siur di lantai dalam sikap beraneka ragam. Pemandangan itu, membuat Pangeran jijik dan muak sekali, sehingga Beliau mengambil keputusan untuk meninggalkan istana pada malam itu juga.Lalu Pangeran memanggil Channa dan memerintahkan untuk menyiapkan Kanthaka,kuda kesayangannya.Pangeran kemudian pergi ke kamar Yasodhara untuk melihat istri dan anaknya sebelum pergi untuk bertapa.Setelah itu Pangeran meninggalkan istana dengan menunggang kuda Kanthaka yang berbulu putih diikuti Channa yang memegang buntut kuda. Dalam rencana untuk meninggalkan istana ,Pangeran tidak mengalami kesukaran untuk keluar dari pintu gerbang istana dan juga pintu tembok kota. Sebab seolah-olah udah diatur oleh para Dewa.Tapi pada saat itu, ada Dewa Mara yang jahat mencegat dan membujuk Pangeran untuk kembali ke istana dan ia berjanji bahwa dalam satu minggu Pangeran akan menjadi Raja negara Sakya. Pangeran tidak menggubris bujukannya,dan membuat Dewa Mara marah sehingga mengancam akan terus membuntutinya.
Setelah Pangeran sampai diluar kota Kapilavatthu,untuk terakhir kalinya melihat kota itu.(tempat itu ada sebuah cetya bernama Kanthakanivattanna.Saat itu terang bulan dibulan Asalha dan Pangeran berusia 29 tahun.Parjalanan Pangeran melintasi perbatasan Sakya,Koliya-Malla-satu kali loncatan menyeberangi sungai Anoma.Saat itulah, Pangeran turun dari kuda,mencopot semua perhiasannya dan memberikannya kepada Channa,dan mencukur kumisnya ,dan juga memotong rambut di kepalanya dengan pedang dan melemparkannya ke udara.Dan Rambut tersisa sepanjang 2 Anguli(kurang lebih 2 inchi) semasa hidupnya tetap sepanjang itu dan tidak tumbuh-tumbuh lagi.
Selanjutnya,Brahma Chantikara mempersembahkan kepada Pangeran keperluan seorang bhikkhu yang terdiri dari delapan rupa barang, yaitu : jubah luar,jubah dalam, kain bawah, ikat pinggang, mangkuk makanan, pisau, jarum dan saringan air. Setelah menukar pakaiannnya dengan jubah Bhikkhu, Pangeran memerintahkan Channa untuk kembali ke istana. Tapi Channa ingin mengikuti Pangeran. Pangeran mengatakan kepada Channa,"jangan Channa, bawa pakaian dan perhiasan ini kembali,dan berikan kepada Ayahku, dan sampaikan pesanku kepada Ayah, Ibu dan Yasodhara untuk jangan bersusah hati.Aku akan mencari obat untuk menghentikan usia, tua, sakit, dn mati. Segera setelah aku memperolehnya Aku kembali ke istana untuk memberikannya kepada Ayah, Ibu ,Yasodhara, Rahula, dan kepada semua orang yang ada di dunia ini". Pada saat itulah, Channa memberi hormat kepada Pangeran dan bersiap-siap untuk kembali.Tetapi kuda Kanthaka tidak mau diajak pergi.Sehingga Pangeran mendekatinya, mengusap-usap dan menepok-nepok lehernya dengan penuh kasih sayang sambil berkata: "Ayolah , Kanthaka, ikutlah pulang dengan Channa dan jangan menunggu,aku lagi".Dan kuda itu menjadi sedih sekali da matanya basah dengan air mata.Pada waktu itu, Channa dan kuda Kanthaka baru jalan tidak seberapa jauh.
Setelah sekembalinya Channa dan kuda Kanthaka(tanpa Pangeran didampingi Pangeran) di kota Kapilavatthu. Dengan sambutan oleh Rajadan seluruh penghuni istana dengan ratapan dan tangisan. Yasodhara memeluk leher Kanthaka dan bertanya : "O, Kanthaka, kesalahan apakah yang telah kubuat terhadapmu dan Channa, sehingga engkau berdua membawa pergi Tuanku Pangeran sewaktu aku sedang tidur nyenyak?" Hal ini membuat Kanthaka sedih dan patah hati.Lalu Channa menyerahkan perhiasan, pedang serta pakaian yang titipkan dari Pangeran,Untuk diserahkan kepada Baginda Raja.dan juga Channa memyampaikan pesan dari Pangeran salam perpisahan kepada Raja,Ibunya dan Yasodhara beserta segenap keluarga lainny.Lalu juga memberitahukan Raja sekarang berada di tepi sungai Anomi dinegara Malla.(BERSAMBUNG,,,,)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar