Sabtu, 13 Agustus 2011

Master Zen

Samurai dan Gerbang Neraka

Dahulu kala, seorang Samurai bernama Nobuchika menemui master Zen,
Hakui-in, dan bertanya apakah sorga dan neraka benar-benar ada. Sang master bertanya kepadanya, “Siapakah dirimu?” Sang Samurai menjawab, “Aku seorang samurai , Tuan.” “Oh, begitu, ya?, simak sang master Zen yang kemudian berkata, “Engkau tidak nampak seperti samurai; kamu mirip seorang gembel.” Sang Samurai marah dan meraba pedangnya.

Ketika master Haku-in melihat hal itu, ia berkata,”Ah engkau punya pedang. Kelihatannya usang. Apa yang engkau bisa lakukan dengan pedang usang?  ”  Nobuchika menghunus katana-nya dari sarung. Dan master Haku-in berkata lembut, “Lihat gerbang Neraka sekarang terbuka!” Ketika Nobuchika mendengar hal itu, ia tersadar dan surut amarahnya.

Dan sekali lagi, master Haku-in berkata pelan, “Lihat, gerbang Sorga sekarang terbuka!”

Disadur G. Suyasa dari http://www.buddhapadipa.org

Tak Ada Cara Lain, Selain Merasakannya Sendiri

Alkisah menurut Buddha, satu hari Raja, kesal dengan konflik berkepanjangan dari para tokoh dan akademis, yang ngotot mempertahankan pendapatnya. Sehingga semua orang dibikin bingung dengan situasi yang rancu dengan aneka pendapat. Lalu Raja membuat sayembara kecil. 6 orang buta dipanggil dan Raja minta dicarikan seekor Gajah yang paling besar. Kemudian Raja meminta 6 orang itu untuk meraba Gajah dan menceritakan-nya kembali kepada Raja. Menurut mereka Gajah itu bentuknya seperti apa ?


Karena saking besarnya sang Gajah, ke-enam orang buta itu hanya mampu meraba satu bagian dari sang Gajah. Dan ketika ditanya Raja tentang apa bentuk sang Gajah maka ke-enam orang buta itu saling berdebat dan ribut mempertahankan pendapatnya. Orang buta yang kebagian meraba kaki gajah, mengatakan gajah itu seperti pohon kelapa. Yang kebagian meraba buntutnya mengatakan gajah seperti ular. Dan yang kebagian meraba gading gajah, mengatakan gajah seperti alat bajak. Dan seterusnya. Pokoknya tidak ada satu-pun yang tepat.

Diakhir cerita, Raja mengingatkan para tokoh dan akademis yang berdebat dan menimbulkan konflik berkepanjangan, untuk hidup damai, dan lebih toleran dalam menghadapi pendapat orang lain. 

Tidak dapat disampaikan lewat buku Tiada dapat disampaikan lewat kata-kata Hanya dapat ditunjukkan Hanya dapat dialami Itulah Zen (Boddhidharma)


sumber gambar ; http://img2.lln.crunchyroll.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar