Selasa, 16 Agustus 2011

Bodhidharma Melintasi Liang Wu Ti

Kira - kira 500 tahun yang lalu sebuah negeri yang indah serta makmur hiduplah seorang Kaisar yang bernama Liang Wu Ti, tampan parasnya serta memerintah dengan kebaikan dan rakyat merasa bangga punya raja yang begitu bijak.

Kaisar ini juga konon ahli berfilsafat , berpuisi ,dan senang keindahan, dan dimanapun diseluruh pelosok negeri anda akan melihat bangunan ibadah yang megah yang dibangun oleh Kaisar Liang Wu Ti ini. Bahkan dalam keadaan sakitpun Kaisar ini masih tetap mau berkeliling negeri melihat kehidupan rakyatnya.

Tak ada yang bisa melarang beliau untuk berbuat sesuatu yang menurut ia benar ,menurut dia harus , semua bawahan serta Raja negeri tetanggapun tak bisa menasehati beliau, karena mungkin juga malu melihat kejayaan negeri mereka kalah oleh kehebatan kemegahan serta kemakmuran negeri yang di pimpin oleh Kaisar Liang Wu Ti ini.

Suatu hari kemansuran dan kebijakan Kaisar Liang Wu Ti ini terdengar oleh seorang master zen dari negeri jauh yaitu Bodhidharma.

Maka berangkatlah Bodhidharma ini menuju ke negeri ini, untuk menemui Kaisar ini dan ingin mewariskan garis kepatriatan serta mewariskan jubah dan patra suci kepada Kaisar bijak ini.
Sebagai lambang seorang yang sudah paham kebenaran dan pencerahan sejati, serta mempunyai hak memimpin dan mengajarkan pencerahan pada orang lain.

Suatu hari sampailah Bodhidharma ke istana Kaisar Liang Wu Ti yang megah, dan iapun disambut oleh penasehat raja , ketika dipertemukan dengan Kaisar beliaupun menberi hormat pada Liang Wu Ti ini dan Liang Wu Ti kemudian berkata:
“Wahai master bagaimana menurutmu negeriku ini yang indah ,serta aku telah banyak membangun ribuan kuil dan tempat peribadatan ,serta menberikan makan kepada ribuan kaum petapa di negeriku ,menurutmu berapa sudah kebajikanku wahai master, berapa sudah pahalaku, dan aku sudah mencapai tingkat kesucian di level mana ?”

Diam sebentar Bodhidharma pun menjawab dengan agak keras :
“Kaisar”! Aku tak kenal kebajikan, aku tak kenal jasa pahala, aku tak kenal kesucian ,karena bagiku semua itu bohong dan tak ada, yang kutahu hanyalah minum air putih ketika aku haus dan berbuat yang dikatakan orang baik namun bagiku itu hanyalan pancaran watak budha dalam diriku dan kewajiban nuraniku, jadi apa yang perlu dibangakan? Apa yang perlu di sombongkan ? Hidup hanyalah ibarat debu yang akan berlalu dan hilang ditiup angin jadi apa itu kebajikan, apa itu pahala, apa itu kepintaran, semua akan berlalu dalam sekejap, ketika kau tak mengenal diri sejatimu yang damai, hening maka percuma kita hidup”

Dan setelah berkata seperti itu, Bodhidharma pun pamit dan pergi.
Setelah Bodhidharma pergi, Kaisar Liang Wu Ti pun bingung dan merasa kesal dengan kata kata keras dari Bodhidharma, dan iapun bertanya pada penasehatnya ,”hai penasehatku bagaimana menurutmu kata kata yang di sampaikan Master tadi ?”

Penasehat pun menjawab :
“Sebenarya Baginda tak salah menanyakan tentang kebajikan Baginda, namun itu menandakan kesombongan dan tinggi hati Baginda dan didalam kebenaran tertinggi jasa pahala adalah bentuk kemelekatan batin, ia sangat halus perasaan seperti, aku baik, jasaku banyak, aku benar dan lainnya sebenarya adalah kekotoran batin”

Diam sebentar Kaisar Liang Wu Ti merenung dan iapun sadar akan kesombongannya yang halus, dan langsung memutuskan untuk menyusul Bodhidharma, namun sayang master ini telah pergi dan menghilang dalam kegelapan senja.

Tulisan ini mengambil setting kisah nyata 500 tahun lalu ketika master zen patriat Bodhidharma datang ke Tiongkok dan berniat menurunkan inti kebenaran Budhisme Zen pada Raja Liang Wu Ti ,yang terkenal bijak namun sayang belum sampai pada tataran pengertian tertingi dalam kesadaran watak bodhi sejati.

Dan akhirnya beliau memutuskan bertapa di kuil Shaolin disebuah gua selama 6 tahun ,dan mengajarkan ilmu beladiri pada para bikhu di shaolin serta akhirnya mewariskan jubah dan patra kepatriatan kepada patriat ke 2 bumi timur Seng kuang ,seorang pemuda sederhana saja namun mengerti arti watak diri sejati.

Sumber : Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar