Alkisah ada seorang pegulat bernama Gelombang Besar. Ia kuat luar biasa dan menguasai ilmu gulat. Diatas panggungnya sendiri ia begitu kuat sehingga gurunya sendiri dilempar keluar panggung. Tetapi di depan publik, ia begitu kikuk sehingga muridnya sendiri mampu mengalahkannya.
Gelisah akan hal ini kemudian Gelombang besar pergi ke gunung untuk mencari nasihat kepada guru Zen. Setelah menceritakan masalahnya, sang guru kemudian berkata " Namamu adalah Gelombang Besar. Bayangkan bahwa engkau adalah gulungan - gulungan itu yang mampu menyapu bersih semua yang ada didepannya. Engkau adalah Gelombang Besar, bukan pegulat yang takut. Lakukanlah hal ini dan engkau akan menjadi pegulat terbesar didaratan. Tidak akan ada yang bisa mengalahkan mu."
Akhirnya Gelombang Besar tinggal di Vihara itu. Disana Gelombang Besar mulai duduk bersila dan bermeditasi. Dalam hatinya terus menerus berkonsentrasi memikirkan bahwa dirinya adalah ombak. Pada awalnya pikirannya lari kesana kemari. Namun tak lama kemudian.... Ia semakin merasa bahwa dirinya adalah ombak.
Ketika malam tiba, ombak semakin besar. Gelombang besarnya menenggelamkan tempat bunga dan patung Budha.... Lalu Vihara juga disapu bersih... Ombak berlari kesana kemari menyapu semua yang ada dihadapannya. Semakin lama semakin ganas.... Sebelum fajar tiba, tak ada Vihara lagi disana. Yang ada hanya laut yang besar.....
Semakin lama bermeditasi, semakin Gelombang Besar telah melupakan jati dirinya yang dulu dan merasa diri adalah ombak tersebut.. Lalu sang guru segera membangunkannya " Hey.. bangun... Engkau telah berhasil." Ujar sang guru. " Kelak tak ada lagi yang bisa mengusik mu. Engkau akan seperti ombak yang menenggelamkan semuanya." Setelah mengucapkan terimakasih, Gelombang besar kemudian pamit untuk turun gunung dan kembali ke kediamannya.
Sejak saat itu, pada setiap kali pertandingan, Gelombang Besar membayangkan dirinya sebagai ombak. Ia akhirnya menjadi pegulat terbesar di daratan dan tak ada yang bisa mengalahkannya.
Renungan : Sepanjang engkau mengadakan hubungan langsung dengan setiap situasi, engkau akan menjadi benda itu dan benda itu akan menjadi kamu.
Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran.
Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan
Senin, 03 Oktober 2011
Selasa, 27 September 2011
Zen Dalam Cangkir Teh
Suatu hari seorang guru besar sebuah perguruan tinggi pergi mengunjungi Nan In, guru Zen dari Jepang untuk meminta petunjuk mengenai Zen. Nan In kemudian mempersilahkan duduk dan menuangkan teh ke cangkir guru besar tersebut. Namun meskipun cangkir tersebut telah penuh, Nan In terus menuangnya, hingga air didalam cangkir meluber keluar.
Merasa aneh Guru besar kemudian bertanya pada Nan In " Guru, teh telah melimpah keluar cangkir, jangan lah menuang lagi." Nan In kemudian menjawab " Engkau persis cangkir ini, penuh dengan pandangan dan cara berpikir mu sendiri. jika tak kau kosongkan cangkir mu itu terlebih dahulu, bagaimana saya mesti menunjukkan Zen pada mu ?"
Guru besar tersebut kemudian tersadar dan merasa malu.
Renungan : Mereka yang dipenuhi pandangannya sendiri akan tuli pada kata - kata bijak dari orang lain. Yang sering terjadi dalam diskusi antara dua orang adalah yang satu akan mendesakkan pandangannya pada yang lain. Akibatnya ia tak belajar apapun kecuali pandangannya sendiri.
Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran
Merasa aneh Guru besar kemudian bertanya pada Nan In " Guru, teh telah melimpah keluar cangkir, jangan lah menuang lagi." Nan In kemudian menjawab " Engkau persis cangkir ini, penuh dengan pandangan dan cara berpikir mu sendiri. jika tak kau kosongkan cangkir mu itu terlebih dahulu, bagaimana saya mesti menunjukkan Zen pada mu ?"
Guru besar tersebut kemudian tersadar dan merasa malu.
Renungan : Mereka yang dipenuhi pandangannya sendiri akan tuli pada kata - kata bijak dari orang lain. Yang sering terjadi dalam diskusi antara dua orang adalah yang satu akan mendesakkan pandangannya pada yang lain. Akibatnya ia tak belajar apapun kecuali pandangannya sendiri.
Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran
Pencerahan Ombak
Suatu hari Ombak kecil curhat pada Ombak besar.
Ombak Kecil : Ombak besar, saya stres lho. Gelombang lain begitu gagah sedangkan saya begitu kecil. Yang lain begitu kuat sedangkan saya begitu tak berdaya....
Ombak Besar : Kamu merana karena kamu belum melihat hakikat dirimu yang sejati.
Ombak Kecil : Lalu, saya ini apa kalau bukan gelombang?
Ombak Besar : Gelombang hanyalah bentuk sementara dari hakikat dirimu. Sesungguhnya engkau adalah air. Saat engkau sadar bahwa sesungguhnya engkau adalah air, engkau tak akan lagi tertipu oleh bentuk - bentuk gelombang. Dengan sendirinya engkau tak akan merana lagi.
Ombak Kecil : Saya mengerti sekarang. Saya adalah kamu, kamu adalah saya. Kita ini satu.
Renungan : Manusia itu egois, yang satu berpikir bahwa "diri" itu adalah "saya" sehingga lalu membeda - bedakan dirinya dari orang lain, lalu sengsara. Sesungguhnya manusia adalah melainkan satu dari unsur - unsur keagungan alam.
Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran
Ombak Kecil : Ombak besar, saya stres lho. Gelombang lain begitu gagah sedangkan saya begitu kecil. Yang lain begitu kuat sedangkan saya begitu tak berdaya....
Ombak Besar : Kamu merana karena kamu belum melihat hakikat dirimu yang sejati.
Ombak Kecil : Lalu, saya ini apa kalau bukan gelombang?
Ombak Besar : Gelombang hanyalah bentuk sementara dari hakikat dirimu. Sesungguhnya engkau adalah air. Saat engkau sadar bahwa sesungguhnya engkau adalah air, engkau tak akan lagi tertipu oleh bentuk - bentuk gelombang. Dengan sendirinya engkau tak akan merana lagi.
Ombak Kecil : Saya mengerti sekarang. Saya adalah kamu, kamu adalah saya. Kita ini satu.
Renungan : Manusia itu egois, yang satu berpikir bahwa "diri" itu adalah "saya" sehingga lalu membeda - bedakan dirinya dari orang lain, lalu sengsara. Sesungguhnya manusia adalah melainkan satu dari unsur - unsur keagungan alam.
Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran
Laut Itu Apa
Suatu hari di tengah lautan luas, Ikan kecil bertanya pada ikan besar :
Ikan Kecil : Sering saya mendengar ikan berbicara tentang laut. Tetapi laut itu apa sih?
Ikan Besar : Di sekeliling mu itu adalah laut.
Ikan Kecil : Lho, koq saya tidak melihatnya?
Ikan Besar : Engkau tinggal, bergerak dan hidup di laut. Laut juga ada didalam kamu, sekaligus diluar kamu. Laut memberi mu hidup, dan setelah mati kamu akan kembali ke asal mu. Laut Melingkupimu sebagai dirimu sendiri. Mengerti ?
Ikan Kecil : ????
Renungan :
Zhuang Zi berkata : “Ikan hidup di sungai dan di danau dan tidak menyadarinya. Manusia hidup didalam Jalan dan tidak menyadarinya.” Orang tinggal di dalam lautan Zen, pun tidak mengetahui hakikat Zen.
Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran
Senin, 26 September 2011
Enam Pertanyaan Kehidupan
Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya.
Lalu beliau mengajukan 6 pertanyaan :
- Pertanyaan 1 :
Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Muridnya ada yang menjawab :
“orang tua", "guru", "teman", "kerabatnya".
Ternyata yang paling dekat dengan kita adalah "kematian".
Sebab kematian adalah pasti adanya.
- Pertanyaan 2 :
Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini ?
Muridnya ada yang menjawab : "negara Cina", "bulan", "matahari".
Ternyata yang paling benar adalah “masa lalu". Siapa pun kita,
bagaimana pun kita dan betapa kayanya kita, tetap kita tidak bisa kembali
ke masa lalu.
Sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari-hari yang akan datang.
- Pertanyaan 3 :
Apa yang paling besar di dunia ini ?
Muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", "matahari".
Ternyata yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah"nafsu".
Banyak manusia menjadi celaka karana menuruti hawa nafsunya.
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi karena
itu kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini.
- Pertanyaan 4 :
"Apa yang paling berat di dunia ini ?".
Di antara muridnya ada yang menjawab : "baja", "besi", "gajah".
Ternyata yang paling berat adalah "memegang janji".
- Pertanyaan 5 :
"Apa yang paling ringan di dunia ini ?".
Ada yang menjawab "kapas","angin", "debu", "daun-daun”.
Ternyata yang paling ringan di dunia ini adalah"meninggalkan ibadah".
- Lalu pertanyaan 6 : "Apakah yang paling tajam di dunia ini ?.
Muridnya menjawab dengann serentak... "pedang !"
Ternyata yang paling tajam adalah "lidah manusia" karena melalui lidah,
manusia dengan mudahnya menyakiti hati, melukai perasaan !
" I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand.
Sumber : Kompasiana
Kamis, 18 Agustus 2011
Kukuh Akan Jasa Pahala
Alkisah jaman dulu kala ada seorang Pembina yang sangat rajin membina. Namun beliau sangat terikat akan jasa dan pahala. Setiap hari beliau dengan tulus hati membaca parita suci. Hingga begitu banyak jasa pahalanya. Sampai – sampai beliau memiliki ruang khusus untuk berdoa.
Suatu hari seperti biasa dengan khusyuk beliau membaca parita. Ketika asyik membaca parita, tiba – tiba masuklah seeokor babi ke ruangan berdoanya. Babi itu tampak ketakutan dan bersembunyi di belakang tiang. Tak lama masuklah dua orang pemuda, mereka kemudian menanyakan pada pembina “ Pak, apakah ada melihat seekor babi lewat sini? Tadi ketika hendak kami potong, babi tersebut melarikan diri.”
Mendengar penjelasan dua pemuda itu, pembina menjadi bimbang, bila ia memberitahukan keberadaan si babi, maka pasti babi akan dipotong. Tapi bila dia tidak beritahukan, berarti dia berbohong. Berbohong berarti melanggar salah satu dari 5 pantangan dalam agama Budha. Lalu setelah dipikir2, daripada dia melanggar pantangan, maka akhirnya ditunjukkan keberadaan babi kepada pemilik babi tersebut.
Namun betapa kagetnya pembina itu, karna ketika babi tersebut mau dibawa, matannya melotot ke arah pembina. Namun akhirnya babi tersebut dibawa, dan tentu saja akhirnya dibunuh.
Setelah babi tersebut mati, karna marah akhirnya babi melapor pada Yen Lo Wan (Raja Neraka) “Yen Lo Wang, saya mau menuntut, mengapa seorang pembina malah membiarkan saya dibunuh untuk dimakan. “ mendengar penuturan babi, Yen Lo Wang berpikir, ada benarnya juga yah.. Lalu dipanggilah pembina tersebut.
Pembina tentu saja membela diri. “ Saya hanya menjalankan pantangan koq. Saya kan tidak boleh berbohong.”
Yen Lo Wang tambah bingung, karna ada benarnya juga. Akhirnya Yen Lo Wan berkata” Kalau begitu sebaiknya kau berikan saja jasa pahala mu sebagian untuk si babi. Agar kelak dia dapat terlahir jadi manusia dan membina. Dengan demikian impaslah hutang piutang kalian.”
Pembina berpikir, mengumpulkan pahala sungguh tak gampang, masa mau diberikan pada si babi?
“ Begini saja Yen Lo Wang, bagaimana kalau saya dilahirkan jadi babi saja?” kata pembina
“ Baiklah, ini kamu yang minta yah, kelak jangan salahkan saya.” ujar Yen Lo Wang.
Akhirnya pembina diaturkan untuk lahir sebagai babi. Namun jasa pahalanya tidak hangus. Pemilik babi kemudian melihat babinya begitu bagus dan bersinar, malah disayang – sayang dan diberikan makan yang banyak. Bukannya dipotong malah dijadikan pejantan. Pembina yang telah menjelma jadi babi menjadi risau. Bila tidak dipotong – potong, kapan dia bisa terlahir kembali jadi manusia? Lalu pembina memikirkan satu cara. Karna selama jadi babi kerjanya cuma makan tidur, tumbuh menjadi babi yang gendut dan montok. Dilihatnya ada tembok, niatnya menabrak tembok hingga mati.

Tetapi apa yang terjadi? Kita tahu, makanan ayam adalah cacing, dan binatang kecil lainnya. Hmm...
lagi – lagi pembina diadukan para cacing ke Yen Lo Wang. Dan lagi – lagi pembina enggan melimpahkan jasanya pada para cacing. Malah meminta dilahirkan menjadi cacing. Yen Lo Wang juga tak ada pilihan lain, akhirnya menitiskan pembina tersebut menjadi cacing.. Hidup sebagai cacing tentu memakan mahluk hidup yang lebih kecil, yaitu semut.
Bila sesosok roh dilahirkan menjadi semut, rohnya terbagi menjadi beratus – ratus bagian. Maka bila kita lihat semut, mereka selalu kompak dan berjalan berombongan. Karena pada dasarnya mereka adalah satu kesatuan roh. Menjadi semut susah untuk direinkarnasikan menjadi tubuh manusia lagi. Karna harus menunggu semua pecahan rohnya meninggal dan bersatu.
Namun demikian pembina tersebut masih enggan melepas jasa pahalanya dan rela dititiskan menjadi ratusan semut kecil. Tetapi meskipun beliau telah dilahirkan menjadi semut, tetap beliau membina diri.
Tak lupa setiap hari kumpulan semut ini berkumpul dan membaca parita beramai – ramai sehingga mengeluarkan sekumpulan kecil cahaya yang indah.
Suatu hari Bodhidharma melewati tempat dimana sekumpulan kecil semut tersebut sedang membaca parita. Dilihatnya seberkas sinar keluar dari tubuh semut – semut tersebut. Dengan mata saktinya beliau melihat ada apa sebenarnya. Ternyata diketahui bahwa semut ini dulunya adalah seorang pembina, namun karna kukuh akan pahalanya hingga jatuh ke jalur reinkarnasi semut.
Maka Bodhidharma mendekati semut – semut tersebut dan berkata” Diri mu terlalu kukuh, tidak mau melepaskan sedikit saja jasa pahala mu untuk melunasi hutang karma. Malahan rela dititiskan menjadi mahluk paling kecil. Tahukah kau, bila menjadi semut sangat susah dilahirkan lagi jadi manusia. Begini saja, saya limpahkan sebagian jasa pahala saya agar kamu bisa dilahirkan lagi jadi manusia.”
Terikat pada apa jasa pahala tidak akan menjadikan anda seorang dewa. Melimpahkan sebagian jasa pahala anda juga tidak akan menjerumuskan anda ke jalur reinkarnasi yang lebih buruk.
Selasa, 16 Agustus 2011
Kisah Seekor Rajawali
Seorang lelaki pada suatu hari menemukan sebuah telur burung rajawali dan dia meletakkan telur itu bersama dengan telur-telur ayam di sarang seekor induk ayam peliharaan yang sedang mengeram. Telur itu menetas bersama telur ayam yang lain, dan anak burung itu tumbuh bersama anak-anak ayam diasuh oleh induk ayam itu.
Selama hidupnya burung rajawali itu bertingkah laku sama seperti ayam, dan menganggap dirinya ayam peliharaan. Dia mengais tanah untuk mencari cacing dan serangga. Dia berkotek dan berkokok. Dia akan mengepak-ngepakkan sayapnya dan terbang beberapa meter di udara.
Tahun berlalu dan burung rajawali itu menjadi tua. Suatu hari dia melihat seekor burung yang sangat gagah terbang di angkasa yang tak berawan. Burung itu melayang dengan anggun dan berwibawa dalam hembusan angin yang kuat, dia hanya membentangkan sayapnya dan jarang sekali menggerakkan sayapnya itu.
Rajawali tua itu terpesona memandang ke atas, “Siapakah itu?”, tanyanya.
“Itu adalah burung rajawali, raja dari segala burung”, kata ayam yang ada di dekatnya. “Dia penghuni langit, dan kita penghuni bumi, kita adalah ayam.”
Demikianlah rajawali itu hidup terus dan mati sebagai seekor ayam, karena begitulah anggapannya tentang dirinya.
Anda adalah apa yang anda pikirkan.
Senin, 15 Agustus 2011
Rahasia Umur Sapi , Monyet, Anjing, Manusia
Di awal zaman, Tuhan menciptakan seekor sapi. Tuhan berkata kepada sang sapi. "Hari ini kuciptakan kau sebagai sapi, engkau harus pergi ke padang rumput. Kau harus bekerja dibawah terik matahari sepanjang hari. Kutetapkan umurmu sekitar 50 tahun." Sang Sapi keberatan, kehidupanku akan sangat berat selama 50
tahun pikirnya. "Kiranya 20 tahun cukuplah buatku. Kukembalikan kepadamu yang 30 tahun
" Maka setujulah Tuhan.
Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet. "Hai monyet, hiburlah manusia. Aku berikan kau umur 20 tahun!"
Sang monyet menjawab "What? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa? 10 tahun cukuplah. kukembalikan 10 tahun padamu." Maka setujulah Tuhan.
Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing. "Apa yang harus kau lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu. Setiap orang mendekat kau harus menggongongnya. Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun." Sang anjing menolak : "Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun ? No way.! Kukembalikan 10
tahun padamu". Maka setujulah Tuhan.
Di hari keempat, Tuhan menciptakan manusia. Sabda Tuhan: "Tugasmu adalah makan, tidur, dan bersenang-senang. Inilah kehidupan. Kau akan menikmatinya. Akan kuberikan engkau umur sepanjang 25 tahun!" Sang manusia keberatan, katanya "Menikmati kehidupan selama 25 tahun? Itu terlalu pendek Tuhan. Let's make a deal. Karena sapi mengembalikan 30 tahun usianya, lalu anjing mengembalikan 10 tahun, dan monyet mengembalikan 10 tahun usianya padamu, berikanlah semuanya itu padaku. Semua itu akan menambah masa hidupku menjadi 75 tahun.
Setuju ?" Maka setujulah Tuhan.
AKIBATNYA... ......... ......... .........
Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagai manusia dijalankan kita makan,tidur dan bersenang-senang, 30 tahun berikutnya menjalankan kehidupan layaknya seekor sapi kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga kita
10 tahun kemudian kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa dengan berperan sebagai monyet yang menghibur
Dan 10 tahun berikutnya kita tinggal dirumah, duduk didepan pintu, dan menggonggong kepada orang yang lewat "Uhuk, uhuk (batuk)... Eh, Ntong, mo kemane lo?"
tahun pikirnya. "Kiranya 20 tahun cukuplah buatku. Kukembalikan kepadamu yang 30 tahun
" Maka setujulah Tuhan.
Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet. "Hai monyet, hiburlah manusia. Aku berikan kau umur 20 tahun!"
Sang monyet menjawab "What? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa? 10 tahun cukuplah. kukembalikan 10 tahun padamu." Maka setujulah Tuhan.
Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing. "Apa yang harus kau lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu. Setiap orang mendekat kau harus menggongongnya. Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun." Sang anjing menolak : "Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun ? No way.! Kukembalikan 10
tahun padamu". Maka setujulah Tuhan.

Setuju ?" Maka setujulah Tuhan.
AKIBATNYA... ......... ......... .........
Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagai manusia dijalankan kita makan,tidur dan bersenang-senang, 30 tahun berikutnya menjalankan kehidupan layaknya seekor sapi kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga kita
10 tahun kemudian kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa dengan berperan sebagai monyet yang menghibur
Dan 10 tahun berikutnya kita tinggal dirumah, duduk didepan pintu, dan menggonggong kepada orang yang lewat "Uhuk, uhuk (batuk)... Eh, Ntong, mo kemane lo?"
Jumat, 12 Agustus 2011
Impian Tiga Pohon
Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan.
Pohon pertama berkata, “Kelak aku ingin menjadi peti harta karun. Aku akan diisi emas, perak dan berbagai batu permata dan semua orang akan mengagumi keindahannya” .
Kemudian pohon kedua berkata, “Suatu hari kelak aku akan menjadi sebuah kapal yang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman berada dekat denganku”.
Lalu giliran pohon ketiga yang menyampaikan impiannya, “Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan berpikir, betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan TUHAN. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang-orang akan mengingatku” .
Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul, sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu…
Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat menjadi peti harta karun.
Tetapi… doanya tidak menjadi kenyataan, karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh makanan ternak. Ia hanya diletakkan di kandang dan setiap hari diisi dengan jerami.
Pohon kedua dibawa ke galangan kapal. Ia berpikir bahwa doanya menjadi kenyataan.
Tetapi… ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan yang sangat kecil.
Impiannya menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.
Tetapi… ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan yang sangat kecil.
Impiannya menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.
Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar, dan dibiarkan teronggok dalam gelap.
Tahun demi tahun berganti…, dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya masing-masing.
Tahun demi tahun berganti…, dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya masing-masing.
Kemudian suatu hari…
Sepasang suami istri tiba di kandang. Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di kotak tempat makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama. Orang-orang datang dan menyembah bayi itu.
Akhirnya pohon pertama sadar bahwa di dalamnya telah diletakkan harta terbesar sepanjang masa.
Bertahun-tahun kemudian…
Sekelompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua.
Sekelompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua.
Di tengah danau, badai besar datang dan pohon kedua berfikir, bahwa ia tidak cukup kuat untuk melindungi orang-orang di dalamnya.
Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri dan berkata kepada badai, “Diam!!!” Tenanglah”.
Dan badai itupun berhenti. Ketika itu tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja di atas segala raja.
Dan badai itupun berhenti. Ketika itu tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja di atas segala raja.
Akhirnya… Seseorang datang dan mengambil pohon ketiga.
Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang memikulnya.
Laki-laki itu kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di puncak bukit.
Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang memikulnya.
Laki-laki itu kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di puncak bukit.
Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat dengan TUHAN,
karena YESUSlah yang disalibkan padanya…
karena YESUSlah yang disalibkan padanya…
KETIKA KEADAAN TIDAK SEPERTI YANG ENGKAU INGINKAN,
KETAHUILAH BAHWA TUHAN MEMILIKI RENCANA UNTUKMU.
KETAHUILAH BAHWA TUHAN MEMILIKI RENCANA UNTUKMU.
JIKA ENGKAU PERCAYA PADA-NYA, IA AKAN MEMBERIMU BERKAT-BERKAT BESAR.
KETIGA POHON MENDAPATKAN APA YANG MEREKA INGINKAN,
TETAPI TIDAK DENGANCARA YANG SEPERTI MEREKA BAYANGKAN.
TETAPI TIDAK DENGANCARA YANG SEPERTI MEREKA BAYANGKAN.
BEGITU JUGA DENGAN KITA, KITA TIDAK SELALU TAHU APA
RENCANA TUHAN BAGI KITA.
RENCANA TUHAN BAGI KITA.
KITA HANYA TAHU BAHWA JALAN-NYA BUKANLAH JALAN KITA,
TETAPI JALAN-NYA ADALAH YANG TERBAIK BAGI KITA, SELAMANYA…
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
TETAPI JALAN-NYA ADALAH YANG TERBAIK BAGI KITA, SELAMANYA…
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandarkepada pengertianmu sendiri” (Ams. 3:5)
Rabu, 10 Agustus 2011
Dengan Kebajikan Menghapus Dendam
Alkisah Seorang pedagang memanggil ketiga putranya.
" Hari ini saya ingin menyuruh kalian pergi meninggalkan rumah selama 3 bulan. Masing - masing dari kalian ketika pulang ceritakan pada saya satu hal yang paling membahagiakan diri kalian. Dan saya akan nilai, cerita mana yang patut saya berikan salut."
Kemudian pergilah ketiga anaknya bertualang ke tempat terpisah. Selang tiga bulan, ketiga putra pedagang kembali lagi kerumah. Sang pedagang bertanya pada putra sulung, cerita apa yang paling membahagiakannya ketika 3 bulan keluar rumah
Putra Sulung bercerita " Ketika suatu hari seseorang meminta bantuan saya untuk memikul sekantong permata miliknya, lalu saya pun memikulnya. Kantong itu penuh berisi permata. Andaikan saya mengambil satupun, dia tidak akan tahu. Lalu selesai perjalanan dia menanyakan saya, berapa permata yang saya inginkan? Tapi saya menjawab tidak." Tutur putra sulung.
"Bagus anak ku. itu memang yang seharusnya seorang manusia lakukan. Bila kau mengambil permata itu tanpa sepengetahuan pemiliknya, entah akan jadi manusia seperti apa kamu."
Lanjut putra kedua bercerita " Ketika saya hendak menyeberang jalan, tiba - tiba saya melihat seorang anak kecil hendak ditabrak kendaraan yang melintas. Spontan saya dengan cepat menolongnya. Orang tua anak itu sungguh berterimakasih karna saya telah menolong anak mereka. Lalu mereka memberikan saya oleh - oleh yang begitu banyak. Lantas saya menolaknya."
" Bagus sekali anak ku. Karna sebagai manusia sudah sewajarnya lah kita menolong tanpa mengharap imbalan."Namun tetap pedagang belum mengucapkan salut pada putra keduanya.
Giliran putra bungsu bercerita " Suatu hari saya berjalan di pegunungan, tiba - tiba saya melihat seseorang sedang kesakitan dan hendak jatuh ke jurang. lalu saya coba menghampiri dan melihat siapakah gerangan orang itu, eh ternyata orang itu adalah bocah tengik yang selama ini saya benci. Sudah lama saya ingin mecelakainya. Namun tidak ada kesempatan. Hari itu bila saya ingin membunuhnya sangatlah mudah. Takkan ada orang yang tahu. Namun saya tidak membunuhnya. Saya kemudian memapahnya kembali kerumahnya. "
Kali ini pedagang lalu mengucapkan "salut" pada putra bungsunya kemudian berkata " Tidak mencuri dan tidak mengharapkan imbalan atas perbuatan kita, adalah hal yang sudah semestinya seorang manusia lakukan. Namun menolong orang yang begitu kita benci, tidaklah mudah untuk melakukannya. "
Satu niatan pikiran dapat merubah nasib anda. Dalam suatu ruangan ada secangkir air putih. Orang pertama memasuki ruangan dan kemudian menemukan bahwa air dalam cangkir tinggal setengah, kemudian berpikir, "siapakah yang dengan tidak sopan meminum jatah ku?" lalu masuk orang kedua juga menemukan cangkir yang airnya tinggal setengah, kemudian berpikir "syukurlah masih ada setengah untuk ku minum." Termaksud orang yang manakah anda?
" Hari ini saya ingin menyuruh kalian pergi meninggalkan rumah selama 3 bulan. Masing - masing dari kalian ketika pulang ceritakan pada saya satu hal yang paling membahagiakan diri kalian. Dan saya akan nilai, cerita mana yang patut saya berikan salut."
Kemudian pergilah ketiga anaknya bertualang ke tempat terpisah. Selang tiga bulan, ketiga putra pedagang kembali lagi kerumah. Sang pedagang bertanya pada putra sulung, cerita apa yang paling membahagiakannya ketika 3 bulan keluar rumah
Putra Sulung bercerita " Ketika suatu hari seseorang meminta bantuan saya untuk memikul sekantong permata miliknya, lalu saya pun memikulnya. Kantong itu penuh berisi permata. Andaikan saya mengambil satupun, dia tidak akan tahu. Lalu selesai perjalanan dia menanyakan saya, berapa permata yang saya inginkan? Tapi saya menjawab tidak." Tutur putra sulung.
"Bagus anak ku. itu memang yang seharusnya seorang manusia lakukan. Bila kau mengambil permata itu tanpa sepengetahuan pemiliknya, entah akan jadi manusia seperti apa kamu."
Lanjut putra kedua bercerita " Ketika saya hendak menyeberang jalan, tiba - tiba saya melihat seorang anak kecil hendak ditabrak kendaraan yang melintas. Spontan saya dengan cepat menolongnya. Orang tua anak itu sungguh berterimakasih karna saya telah menolong anak mereka. Lalu mereka memberikan saya oleh - oleh yang begitu banyak. Lantas saya menolaknya."
" Bagus sekali anak ku. Karna sebagai manusia sudah sewajarnya lah kita menolong tanpa mengharap imbalan."Namun tetap pedagang belum mengucapkan salut pada putra keduanya.
Giliran putra bungsu bercerita " Suatu hari saya berjalan di pegunungan, tiba - tiba saya melihat seseorang sedang kesakitan dan hendak jatuh ke jurang. lalu saya coba menghampiri dan melihat siapakah gerangan orang itu, eh ternyata orang itu adalah bocah tengik yang selama ini saya benci. Sudah lama saya ingin mecelakainya. Namun tidak ada kesempatan. Hari itu bila saya ingin membunuhnya sangatlah mudah. Takkan ada orang yang tahu. Namun saya tidak membunuhnya. Saya kemudian memapahnya kembali kerumahnya. "
Kali ini pedagang lalu mengucapkan "salut" pada putra bungsunya kemudian berkata " Tidak mencuri dan tidak mengharapkan imbalan atas perbuatan kita, adalah hal yang sudah semestinya seorang manusia lakukan. Namun menolong orang yang begitu kita benci, tidaklah mudah untuk melakukannya. "
Satu niatan pikiran dapat merubah nasib anda. Dalam suatu ruangan ada secangkir air putih. Orang pertama memasuki ruangan dan kemudian menemukan bahwa air dalam cangkir tinggal setengah, kemudian berpikir, "siapakah yang dengan tidak sopan meminum jatah ku?" lalu masuk orang kedua juga menemukan cangkir yang airnya tinggal setengah, kemudian berpikir "syukurlah masih ada setengah untuk ku minum." Termaksud orang yang manakah anda?
Selasa, 09 Agustus 2011
Arti Cinta Sejati
Pada Suatu hari Aristoteles bertanya pada gurunya : "Apakah Cinta Sejati itu?"
Guru menjawab : "berjalanlah lurus ditaman bunga yang luas, petiklah 1 bunga yang terindah menurutmu dan jangan pernah berbalik kebelakang!"
Kemudian Aristoteles melaksanakan kata gurunya dan kembali dengan tangan kosong.
Gurunya bertanya, "dimana bunganya?"
aristoteles menjawab, "saya tidak bisa mendapatkannya. sebenarnya saya telah menemukannya, tetapi saya berpikir, didepan pasti ada yang LEBIH bagus lagi. ketika saya telah sampai di ujung taman, saya baru sadar bahwa saya temui bunga yang pertama kali, itulah yang terbaik. tapi saya tidak bisa kembali kebelakang."
guru berkata, " seperti itulah cinta sejati, semakin kamu mencari yang terbaik. maka kamu tak'kan pernah menemukannya.
Jangan pernah sia-siakan cinta yang tumbuh dihatimu sekarang. karena waktu "tak akan" pernah kembali."
Guru menjawab : "berjalanlah lurus ditaman bunga yang luas, petiklah 1 bunga yang terindah menurutmu dan jangan pernah berbalik kebelakang!"
Kemudian Aristoteles melaksanakan kata gurunya dan kembali dengan tangan kosong.
Gurunya bertanya, "dimana bunganya?"
aristoteles menjawab, "saya tidak bisa mendapatkannya. sebenarnya saya telah menemukannya, tetapi saya berpikir, didepan pasti ada yang LEBIH bagus lagi. ketika saya telah sampai di ujung taman, saya baru sadar bahwa saya temui bunga yang pertama kali, itulah yang terbaik. tapi saya tidak bisa kembali kebelakang."
guru berkata, " seperti itulah cinta sejati, semakin kamu mencari yang terbaik. maka kamu tak'kan pernah menemukannya.
Jangan pernah sia-siakan cinta yang tumbuh dihatimu sekarang. karena waktu "tak akan" pernah kembali."
Kamis, 04 Agustus 2011
Rahasia Kehidupan
Alkisah, di sebuah dusun yang terpencil, tinggallah seorang pemuda yang ingin pergi mengembara ke negeri orang untuk mengubah nasib. Menjelang keberangkatan, muncul di hatinya perasaan takut, cemas, dan ragu. Untuk memantapkan tekadnya, pergilah si pemuda ini menghadap sesepuh marga atau panitua di dusun untuk meminta petunjuk, memohon restu, sekaligus berpamitan.
Mendengar niat pemuda ini, sang sesepuh dengan gembira berkata: “Anakku, rahasia kehidupan ini hanya terdiri dari enam kata. Dan hari ini aku berikan setengahnya dulu sebagai bekal kepergianmu.” Lalu sang sesepuh menuliskan tiga kata, yaitu “Bu Yao Pa (jangan takut)!”
Waktu terus berjalan.. tidak terasa 30 tahun telah berlalu. Berbagai macam suka dan duka telah dijalani sang pemuda tadi. Dengan modal kata bijak “Jangan takut!”, segala peluang dan tantangan dihadapinya dengan keyakinan dan penuh keberanian. Dengan sikap mental yang luar biasa seperti itu, akhirnya, ia berhasil mengubah nasibnya. Pemuda itu kini telah menjadi seorang yang sukses serta sangat terpandang di negeri itu.
Namun dalam segala keberhasilannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang sempurna dan ia menyesal mengapa tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Ia berusaha keras mencari tahu apa penyebabnya, tetapi pikirannya justru bertambah kacau dan tidak terarah. Saat dalam kegamangan itulah ia teringat dengan sang sesepuh yang telah memberinya tiga kata bijak. “Bukankah beliau masih menyimpan tiga kata bijak lagi yang dijanjikan akan diberikannya kepadaku?” gumannya.
Maka ia pun memutuskan pulang kembali ke desanya dahulu untuk menemui sang sesepuh untuk meminta sisatiga kata yang dijanjikan. Sayangnya, sesampai di desa, sang sesepuh ternyata telah meninggal dunia. Tetapi ada sepucuk surat wasiat yang ditinggalkan untuknya. Rupanya sang sesepuh sudah memperkirakan bahwa kelak suatu hari pemuda itu pasti akan kembali. Secepatnya dibukalah surat wasiat itu, dan di dalamnya berisi pesan tiga kata: “Bu Hou Hui (jangan pernah menyesal)!”
Begitu selesai membaca kata-kata itu, secara spontan perasaan menyesal yang membebaninya selama ini langsung hilang, perasaannya menjadi ringan dan gembira.
Netter yang Luar Biasa!
Sungguh berbobot enam kata bijak tadi. Jangan takut, danjangan pernah menyesal. Tidak terkecuali, Anda, saya dan kita semua juga membutuhkan enam kata bijak tadi. Jika ingin menciptakan kehidupan yang lebih baik, mau mengubah harapan menjadi nyata, pasti, kita membutuhkan tiga kata bijak pertama: “jangan takut”. Kata bijak ini mengandung motivasi yang dapat melahirkan kekuatan keberanian untuk bertindak. Jangan takut menentukan cita-cita yang tinggi! Jangan takut mencoba dan memulai! Jangan takut menerima tantangan! Jangan takut memeras keringat! Jangan takut mengemban tanggung jawab yang lebih besar!
Namun ada kalanya, hasil perjuangan tidak sesuai dengan harapan. Hambatan demi hambatan seolah memang diciptakan untuk menghadang kita. Perjuangan pun bisa gagal total. Ini bisa membuat kita merasa diliputi ketidak puasan, kecewa, penyesalan.Pada titik seperti ini, tiga kata bijak berikutnya: “jangan pernah menyesal”, bisa menjadikunci kebangkitan kita. Buang jauh-jauh pikiran negatif. Penyesalan tidak akan dapat mengubah apapun, malah hanya membebani dan menghambat langkah kita ke depan.
Mampu menerima hasil perjuangan apa adanya adalah bijaksana, tetapi mau tetap bangkit dengan apa adanya kita hari ini adalah luar biasa!!! Selama kita telah berjuang memberikan yang terbaik dari yang kita miliki, apa pun hasilnya, sukses atau gagal, yang pasti semangat perjuangan itu telah memiliki nilai kesuksesan tersendiri…
Jangan takut ! Jangan pernah menyesal!
Mendengar niat pemuda ini, sang sesepuh dengan gembira berkata: “Anakku, rahasia kehidupan ini hanya terdiri dari enam kata. Dan hari ini aku berikan setengahnya dulu sebagai bekal kepergianmu.” Lalu sang sesepuh menuliskan tiga kata, yaitu “Bu Yao Pa (jangan takut)!”
Waktu terus berjalan.. tidak terasa 30 tahun telah berlalu. Berbagai macam suka dan duka telah dijalani sang pemuda tadi. Dengan modal kata bijak “Jangan takut!”, segala peluang dan tantangan dihadapinya dengan keyakinan dan penuh keberanian. Dengan sikap mental yang luar biasa seperti itu, akhirnya, ia berhasil mengubah nasibnya. Pemuda itu kini telah menjadi seorang yang sukses serta sangat terpandang di negeri itu.
Namun dalam segala keberhasilannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang sempurna dan ia menyesal mengapa tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Ia berusaha keras mencari tahu apa penyebabnya, tetapi pikirannya justru bertambah kacau dan tidak terarah. Saat dalam kegamangan itulah ia teringat dengan sang sesepuh yang telah memberinya tiga kata bijak. “Bukankah beliau masih menyimpan tiga kata bijak lagi yang dijanjikan akan diberikannya kepadaku?” gumannya.
Maka ia pun memutuskan pulang kembali ke desanya dahulu untuk menemui sang sesepuh untuk meminta sisatiga kata yang dijanjikan. Sayangnya, sesampai di desa, sang sesepuh ternyata telah meninggal dunia. Tetapi ada sepucuk surat wasiat yang ditinggalkan untuknya. Rupanya sang sesepuh sudah memperkirakan bahwa kelak suatu hari pemuda itu pasti akan kembali. Secepatnya dibukalah surat wasiat itu, dan di dalamnya berisi pesan tiga kata: “Bu Hou Hui (jangan pernah menyesal)!”
Begitu selesai membaca kata-kata itu, secara spontan perasaan menyesal yang membebaninya selama ini langsung hilang, perasaannya menjadi ringan dan gembira.
Netter yang Luar Biasa!
Sungguh berbobot enam kata bijak tadi. Jangan takut, danjangan pernah menyesal. Tidak terkecuali, Anda, saya dan kita semua juga membutuhkan enam kata bijak tadi. Jika ingin menciptakan kehidupan yang lebih baik, mau mengubah harapan menjadi nyata, pasti, kita membutuhkan tiga kata bijak pertama: “jangan takut”. Kata bijak ini mengandung motivasi yang dapat melahirkan kekuatan keberanian untuk bertindak. Jangan takut menentukan cita-cita yang tinggi! Jangan takut mencoba dan memulai! Jangan takut menerima tantangan! Jangan takut memeras keringat! Jangan takut mengemban tanggung jawab yang lebih besar!
Namun ada kalanya, hasil perjuangan tidak sesuai dengan harapan. Hambatan demi hambatan seolah memang diciptakan untuk menghadang kita. Perjuangan pun bisa gagal total. Ini bisa membuat kita merasa diliputi ketidak puasan, kecewa, penyesalan.Pada titik seperti ini, tiga kata bijak berikutnya: “jangan pernah menyesal”, bisa menjadikunci kebangkitan kita. Buang jauh-jauh pikiran negatif. Penyesalan tidak akan dapat mengubah apapun, malah hanya membebani dan menghambat langkah kita ke depan.
Mampu menerima hasil perjuangan apa adanya adalah bijaksana, tetapi mau tetap bangkit dengan apa adanya kita hari ini adalah luar biasa!!! Selama kita telah berjuang memberikan yang terbaik dari yang kita miliki, apa pun hasilnya, sukses atau gagal, yang pasti semangat perjuangan itu telah memiliki nilai kesuksesan tersendiri…
Jangan takut ! Jangan pernah menyesal!
Senin, 01 Agustus 2011
Nenek Berwajah Muram
Alkisah ada seorang nenek - nenek berjualan di pasar. Beliau terkenal sebagai Nenek Berwajah Muram. Karna setiap hari wajahnya begitu muram dan sedih. Baik cuaca dingin ataupun panas, nenek ini akan menangis. Tak perduli dagangan ramai atau sepi, nenek ini juga akan menangis.
Suatu hari seorang pemuda yang sangat penasaran kemudian bertanya pada nenek tersebut " Nenek, setiap hari saya melihat anda selalu menangis dan bersedih. Apakah ada anggota keluarga nenek sedang sakit?" Nenek menggelengkan kepala dan kembali muram. Anak muda ini tak pantang menyerah, kemudian bertanya lah " Bila keluarga sehat - sehat, usaha lancar, mengapa pula nenek menangis?"
Nenek kemudian menjawab dengan muram, " Anak muda, saya punya dua orang anak, yang pertama menjual payung, anak kedua saya menjual es krim, saya sangat bersedih, bila turun hujan, tentu dagangan anak kedua saya tidak laku. Bila panas terik, justru dagangan anak pertama saya tidak laku, huhuhu.... "
Mendengar penuturan nenek tersebut, pemuda lalu tertawa dan berkata " Nenek, janganlah kau bersedih lagi. Bila hujan turun justru kau harus senang, karna tentu dagangan anak pertama mu laku. Sebaliknya bila cuaca panas terik, lebih kau harus berbahagia, karna dagangan es krim anak kedua mu, tentu akan laku."
Mendengar penuturan pemuda tersebut, nenek tersebut kemudian berterima kasih. Semenjak saat itu, tak perduli hujan deras ataukah panas terik, nenek tersebut akan tersenyum dan mengucap syukur. Akhirnya orang - orang mulai memanggilnya Nenek Berwajah Senyum.
Suatu hari seorang pemuda yang sangat penasaran kemudian bertanya pada nenek tersebut " Nenek, setiap hari saya melihat anda selalu menangis dan bersedih. Apakah ada anggota keluarga nenek sedang sakit?" Nenek menggelengkan kepala dan kembali muram. Anak muda ini tak pantang menyerah, kemudian bertanya lah " Bila keluarga sehat - sehat, usaha lancar, mengapa pula nenek menangis?"
Nenek kemudian menjawab dengan muram, " Anak muda, saya punya dua orang anak, yang pertama menjual payung, anak kedua saya menjual es krim, saya sangat bersedih, bila turun hujan, tentu dagangan anak kedua saya tidak laku. Bila panas terik, justru dagangan anak pertama saya tidak laku, huhuhu.... "
Mendengar penuturan nenek tersebut, pemuda lalu tertawa dan berkata " Nenek, janganlah kau bersedih lagi. Bila hujan turun justru kau harus senang, karna tentu dagangan anak pertama mu laku. Sebaliknya bila cuaca panas terik, lebih kau harus berbahagia, karna dagangan es krim anak kedua mu, tentu akan laku."
Mendengar penuturan pemuda tersebut, nenek tersebut kemudian berterima kasih. Semenjak saat itu, tak perduli hujan deras ataukah panas terik, nenek tersebut akan tersenyum dan mengucap syukur. Akhirnya orang - orang mulai memanggilnya Nenek Berwajah Senyum.
Selasa, 19 Juli 2011
Siapa Yang Tidak Berbicara?
Siapa Yang Tidak Berbicara ?
Suatu hari empat orang biksu muda mengadakan perlombaan kecil. Siapa diantara mereka yang paling lama tahan tidak berbicara. Dinyalakan 1 buah lilin, lalu duduklah mereka berempat mengelilingi lilin tersebut. Mulailah mereka bermeditasi. Tak lama kemudian ada angin kencang meniup lilin tersebut.
Biksu 1 : "Hei lihat, lilinnya mati."
Biksu 2 : "Sst.. Kita kan tidak diperbolehkan bicara..."
Biksu 3 : "Wah... Kalian berdua telah berbicara...."
Biksu 4 : "Hahaha.... Hanya aku yang tidak berbicara."
Terkadang kita mudah sekali mengatakan orang lain bersalah, tapi kita lupa melihat kedalam diri kita.
Satu Pesan Dua Makna
Seorang pedagang ketika hendak menghembuskan nafasnya yang terakhir memberikan sebuah pesan kepada kedua putranya, " Anak - anak ku, kelak setelah saya meninggal, silahkan membagi dua harta saya untuk kalian. Masing - masing dari kalian mulai lah membuka usaha sendiri. Ingatlah kiat sukses ini: Jangan sering terkena sinar matahari dan jangan menagih uang pinjaman pada orang yang telah berhutang pada mu."
Demikian setelah sang pedagang selesai berpesan, beliaupun meninggalkan dunia ini. Lalu mulailah kedua putranya membuka usaha sendiri sesuai bidang masing - masing. beberapa tahun berselang, mereka kemudian berkumpul lagi dirumahnya. Putra pertama berhasil menjadi orang yang sukses dan memiliki kekayaan. Tapi putra kedua malah menderita miskin dan kekurangan. Melihat hal ini sang ibu pun bertanya " Putra ku, mengapa engkau malah menjadi begini? tidakkah kau mengikuti amanat ayah mu dalam menjalankan usaha?" putra kedua kemudian menjawab " Saya sudah mengikuti semua perintah ayah. Ayah berkata, jangan terkena sinar matahari, maka saya pergi bekerja setelah agak sore. Lalu beliau juga berkata agar jangan menagih kepada yang berhutang pada saya, akibatnya saya tidak punya modal usaha dan bangkrut."
Sang ibu menjadi sedih lalu kemudian bertanya pada putra pertamanya, "lalu bagaimana dengan kamu ?" Putra kedua kemudian menjawab " Ibunda tercinta, saya juga telah menjalankan semua amanat ayah. Karna ayah berkata untuk tidak sering2 terkena matahari, maka saya buka toko sebelum matahari terbit lalu menutup toko setelah matahari terbenam. Dengan demikian toko saya selalu buka paling awal, sehingga pelanggan menjadi senang berbelanja dengan saya. Ayah juga berpesan agar tidak menagih hutang, maka saya tidak meminjamkan uang kepada orang, juga tidak membiarkan pembeli berhutang."
Satu amanat yang sama, jika dimaknai berbeda memiliki hasil yang berbeda pula.
Suatu hari empat orang biksu muda mengadakan perlombaan kecil. Siapa diantara mereka yang paling lama tahan tidak berbicara. Dinyalakan 1 buah lilin, lalu duduklah mereka berempat mengelilingi lilin tersebut. Mulailah mereka bermeditasi. Tak lama kemudian ada angin kencang meniup lilin tersebut.
Biksu 1 : "Hei lihat, lilinnya mati."
Biksu 2 : "Sst.. Kita kan tidak diperbolehkan bicara..."
Biksu 3 : "Wah... Kalian berdua telah berbicara...."
Biksu 4 : "Hahaha.... Hanya aku yang tidak berbicara."
Terkadang kita mudah sekali mengatakan orang lain bersalah, tapi kita lupa melihat kedalam diri kita.
Satu Pesan Dua Makna
Seorang pedagang ketika hendak menghembuskan nafasnya yang terakhir memberikan sebuah pesan kepada kedua putranya, " Anak - anak ku, kelak setelah saya meninggal, silahkan membagi dua harta saya untuk kalian. Masing - masing dari kalian mulai lah membuka usaha sendiri. Ingatlah kiat sukses ini: Jangan sering terkena sinar matahari dan jangan menagih uang pinjaman pada orang yang telah berhutang pada mu."
Demikian setelah sang pedagang selesai berpesan, beliaupun meninggalkan dunia ini. Lalu mulailah kedua putranya membuka usaha sendiri sesuai bidang masing - masing. beberapa tahun berselang, mereka kemudian berkumpul lagi dirumahnya. Putra pertama berhasil menjadi orang yang sukses dan memiliki kekayaan. Tapi putra kedua malah menderita miskin dan kekurangan. Melihat hal ini sang ibu pun bertanya " Putra ku, mengapa engkau malah menjadi begini? tidakkah kau mengikuti amanat ayah mu dalam menjalankan usaha?" putra kedua kemudian menjawab " Saya sudah mengikuti semua perintah ayah. Ayah berkata, jangan terkena sinar matahari, maka saya pergi bekerja setelah agak sore. Lalu beliau juga berkata agar jangan menagih kepada yang berhutang pada saya, akibatnya saya tidak punya modal usaha dan bangkrut."
Sang ibu menjadi sedih lalu kemudian bertanya pada putra pertamanya, "lalu bagaimana dengan kamu ?" Putra kedua kemudian menjawab " Ibunda tercinta, saya juga telah menjalankan semua amanat ayah. Karna ayah berkata untuk tidak sering2 terkena matahari, maka saya buka toko sebelum matahari terbit lalu menutup toko setelah matahari terbenam. Dengan demikian toko saya selalu buka paling awal, sehingga pelanggan menjadi senang berbelanja dengan saya. Ayah juga berpesan agar tidak menagih hutang, maka saya tidak meminjamkan uang kepada orang, juga tidak membiarkan pembeli berhutang."
Satu amanat yang sama, jika dimaknai berbeda memiliki hasil yang berbeda pula.
Langganan:
Postingan (Atom)