Tampilkan postingan dengan label jurnal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jurnal. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 September 2011

Sebutir Beras (Hari ke 4 di Bali)

Hari ke empat kami berencana ke Pura Taman Ayun dan Tanah Lot. Kami sudah bersiap membawa sarung, untuk menghormati adat setempat yang mengharuskan pengunjung berpakaian sepantasnya di pura. Jam makan siang kami berpiknik di pinggiran sawah. Beralaskan sendal dan beratapkan langit, kami makan ditemani oleh kicau burung dan suara desiran angin. Sembari menikmati hidangan santap siang, saya mulai merenungkan, kehidupan para petani yang telah menanam setiap butir nasi yang ada di tangan saya. Betapa lelah dan berpeluh mereka harus dengan sabar menanam bibit padi, kemudian menyirami dan menjaga mereka sampai menguning, setelah di panen pun masih harus diolah hingga menjadi beras. Tetapi kerja keras dan jerih payah mereka hanya di hargai berapa ribu saja perkilonya.

Sedangkan orang jaman sekarang, kalau tidak enak langsung dibuang, bahkan dengan sengaja disisakan nasi dipiring agar terlihat tidak rakus. Mungkin orang - orang ini harus sekali - kali bertukar posisi dengan para petani, barulah bisa menghargai kerja keras mereka.

Selanjutnya kami melanjutkan oerjalanan ke Pura Taman Ayun. Pura ini dibangun dijaman masa kepemimpinan Gusti Agung Putu yang kelak menjadi raja Mengwi. Taman Ayun ini dirancang oleh arsitek berdarah Cina Ing Khang Coew, sahabat sang Raja. Pura ini dikelilingi oleh air dan terdapat Barong disana untuk di pertontonkan. Ada pula yang menjual hiasan yang terbuat dari telur. Bangunan disini mengingatkan saya dengan pagoda sembilan tingkat yang konon mengurung siluman ular putih legenda tiongkok yang termasyur itu.

Akhirnya tibalah kami di Tanah Lot. Disini kami menemukan pantai yang berbeda dengan pantai sebelumnya. Terdapat sebuah pura di pinggir pantai yang kalau tidak ada upacara kami dilarang masuk. didepan pura tersebut menghadap ke laut terdapat barisan karang pemecah ombak yang menurut kawan saya, sengaja diletakkan disana untuk menhindari rusaknya bangunan pura akibat gerusan ombak.

Disini kami menemukan bermacam binatang yang unik serta batu karang yang bentuknya besar - besar. Pasir disini hitam, dan halus. Disini anda dapat menemukan kerang bermacam jenis, karang yang glow in the dark, kumpulan kepiting, bulu babi, siput beracun, serta semacam lipan yang tidak jelas mana kepala dan ekornya. Terdapat pula dua ekor ular yang dijaga pawangnya . Anda boleh melihatnya, tentunya harus membayar dulu.

Sembari menunggu matahari terbenam, kami mengumpulkan aneka kulit kerang dan kepiting. Matahari terbenam disini juga tidak kalah indah dengan pantai Dreamland. Namun anda harus berhati - hati bila menginjak karang. Karna karang disini licin dan berlumut. Secara keseluruhan, hari ke 4 kami sangat menarik.




Rabu, 21 September 2011

Pasar Seni Ubud ( Hari Ke 3 di Bali)

Selalu ada paradoks dalam setiap sisi kehidupan. Perjalanan kali ini saya juga menemukan paradoks yang cukup menyakitkan. Bila pada hari pertama perjalanan kami berlimpahan uang, berbelanja lukisan yang bukan main harganya, mampir ke toko toko batik,Dagadu dan aneka asesoris di Yogya, di Bali kami jatuh miskin. Bahkan untuk makan kami harus kencangkan ikat pinggang. Saya bahkan sudah membayangkan kalau akan membuat semacam kecrekan dari tutup botol yang biasa saya lihat di kopaja ibukota tercinta kita, Jakarta. Saya tidak tega membayangkan teman saya yang kurus hitam memegang kecrekan sambil berteriak serak lalu kita akan menyanyikan lagu yang menyayat hati.. sambil memegang bekas bungkusan permen... oh tidak. Sungguh tragis.



Boleh dikatakan kami adalah orang yang beruntung karna kami menemukan orang yang begitu berbaik hati pada kami. Rekan yang semula hanya saya kenal dari situs jejaring sosial tak disangka telah menjadi pahlawan kami di Bali. Setelah mengetahui bahwa keadaan kantong kami telah mengalami masa kritis, dengan baik hatinya menawarkan untuk membawakan makan siang yang ternyata berikut makan malam. Tuhan telah sangat berbaik hati pada kami. Sampai – sampai saya berjanji pada diri sata sendiri akan memperlakukan orang yang membutuhkan saya layaknya saudara sendiri. Dua turis gembel ini seperti pengembara di gurun sahara yang ditawari sumur air minum oleh warga setempat.. senang bukan main.

Perjalanan di hari ke tiga kami diawali dengan Taman Kera yang berada di Ubud. Dalam perjalanan kami melihat sekumpulan orang mengusung semacam keranda yang belakangan saya ketahui itu adalah tradisi 'Ngaben'. Sesuatu yang sangat ingin saya lihat di Bali dan akhirnya saya temukan. Dalam usungan itu terdapat mayat orang yang akan di bakar jasadnya dalam upacara ngaben. Dalam adat orang Bali, kasta masih sangat kental terasa. Bila orang yang meninggal berasal dari kasta yang tinggi, maka bentuk usungannya juga berbeda dengan kasta dibawahnya. Upacara ngaben tidak dilaksanakan kapan saja. Mereka menunggu hari yang baik. Seseorang yang meninggal dalam adat Bali, akan dikuburkan sambil menunggu hari yang baik baru diadakan upacara ngaben. Terkadang sesosok mayat harus menunggu sampai 6 bulan baru diadakan upacara ngaben.

Sebenarnya saya ingin sekali mengikuti keramaian sampai ke tempat upacara, namun dikarenakan waktu tidak mencukupi, akhirnya kami melanjutkan perjalanan kearah Ubud. Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya sampailah kami ke Ubud. Tempat parkir Ubud seperti halnya tempat parkir Dreamland, ramai dipadati pengunjung. Setelah mendapatkan posisi sejuk untuk kendaraan, tempat pertama yang kami masuki adalah Taman Kera. Di depan pintu masuk terpampang pengumuman bagi pengunjung agar tidak membawa makanan didalam tas, tidak memegang kera
karna reaksinya tidak bisa ditebak, tidak melewati batas wilayah yang diperbolehkan untuk berjalan.

Bila dikalangan para politisi, polisi gocap, anak geng, sampai anak preman dijalanan ada seorang yang di tuakan atau disegani seperti kepala dari kelompok mereka, maka para primata ini pun memiliki kepala kelompoknya sendiri. Saya mulai percaya pada teori Darwis, kalau kaum kita sebenarnya adalah cucu buyut dari kaum primata ini. Berdasarkan informasi dari kawan saya, besar kepala kelompok primata ini bisa sebesar semeter. Ukuran yang lumayan untuk ditakuti.

Setelah tiga hari bersama, kami mulai makin mengenal selera dan pribadi satu sama lain. Memenuhi janji saya pada teman di Jakarta, saya mulai memburu bule asing untuk di ajak berfoto. Hm,,, seperti saya katakan, kawan saya ini ternyata menemukan pria asing yang sesuai selera kami. Hahaha... alhasil selain berfoto dengan para kera disana, kami juga mendapatkan foto eksklusif dengan keturunannya.

Rute selanjutnya kami menelusuri sepanjang jalan Ubud yang terkenal dengan citarasa seninya itu. Memang daerah ini adalah kawasan pasar seni. Dikiri kanan jalan anda dapat temui segala macam karya seni adiluhung hasil ciptaan putra pulau dewata Bali. Mulai dari kulit kerang, bebatuan, karang, kayu, hingga kertas koran ditangan para putra seniman ini telah disulap menjadi karya seni yang mengagumkan.

Puas bermain di Ubud kami lanjutkan perjalanan ke sawah bertingkat yang letaknya tidak jauh dari Ubud. Sawah bertingkat disini perairannya digunakan beramai – ramai dari satu atau beberapa mata air yang dialirkan sedemikian rupa sehingga setiap jengkal tanah dibawahnya memiliki air yang cukup untuk sawahnya. Tidak ada sistem aku dan kamu disini, yang ada hanya kami. Sungguh kontras dengan Jakarta ibukota ku tercinta.

Ditengah – tengah sawah yang menjorok kedalam, terdapat sebuah rumah . Saya tidak bisa membayangkan cara mereka orang daerah mencapai ke ujung jalan sawah bertingkat ini. Luar biasa. Seorang nenek – nenek tua memikul keranjang menghampiri kami dengan senyum indah nan menawan. Tak tampak satupun giginya yang dulu pastinya putih dan bersih itu, yang ada hanya jempol yang diacungkan tinggi – tinggi laksana seorang foto model kawakan membintangi bintang iklan sambel cap Jempol.

Saya dan rekan yang orang Jakarta kurang mengerti maksud nenek ini, tak lama fotografer kami langsung menjepret nenek cantik tersebut. Ternyata nenek tersebut minta di foto dengan imbalan uang tentunya. Kreatif sekali.. foto nenek cantik tersebut akhirnya menjadi koleksi indah panorama Bali yang akan saya bawa pulang Jakarta sebagai oleh – oleh. Indahnya sawah bertingkat mengakhiri perjalanan kami hari ini. Namun keindahan seni dan panorama sawah bertingkat ini sungguh memberikan saya pengalaman tak terlupakan






Selasa, 20 September 2011

Keindahan Pantai Bali (Hari ke 2 di Bali)

Setelah melewati malam pertama nan indah di Bali, tentunya hari ke dua kami tak kalah menarik. Hari ke dua kami di Bali telah dijadwalkan rekan kami agar kami berlibur ke pantai Sanur, Tj Benoa, Nusa dua, Mertasari dan pantai Dreamland. Kawan kami akan menjemput pukul 11an. Bangun dipagi hari saya dan rekan sepakat untuk berjalan kaki dulu ke pantai Seminyak, setelah melihat matahari mulai menampakkan diri, kami pun ikut keluar, tapi kaget bukan main karna kami disambut oleh gonggongan anjing di sekitar kosan.



Hampir sepanjang jalan ke pantai seminyak kami di gonggongi anjing. Ketika agak siang dan ramai, anjing mulai tidak tampak lagi. Ternyata definisi kata dekat bagi orang Bali dan orang Jakarta bagaikan bumi dan langit. Hampir 1 jam kami berjalan baru menemukan pantai Seminyak. Segera saja kami bermain air dan mengistirahatkan kaki yang sedari tadi sudah berteriak kelelahan.



Pantai disini agak berbeda dengan pantai lain di Bali. Karna pantai Seminyak ini memang bukan pantai wisata. Anda akan menemukan banyak orang membawa serta anjng mereka untuk bermain air di pantai ini. Beberapa anjing tampak senang bermain dengan ombak di pantai ini yang tergolong besar. Pelajaran pertama bagi saya di Bali, jangan sekali2 mengambil kerang di sekitar permainan anjing, atau anda akan menemukan harta karun berwarna emas nan berkilau tersangkut di kerang anda.



Setelah puas bermain air dipantai ini kami melanjutkan perjalanan pulang yang tak kalah melelahkan dengan perjalanan pergi kami tadi pagi. Pelajaran kedua bagi saya hari ini, jangan pernah bertanya jarak pada orang Bali.Memilukan.



Pantai pertama yang kami kunjungi adalah pantai Mertasari, kami dapat melihat orang memainkan layangan disini. Pantai ini tak banyak dikunjungi wisatawan. Mungkin karna tidak banyak yang mengetahuinya dan biasanya tour guide jarang membawa turis kesini. Kebanyakan orang datang ke sini untuk bermain layangan atau olahraga air. Ada sebuah pura pinggiran pantai. Dikiri kanan pura tersebut terdapat patung monyet yang dihiasai kain, bunga dan sesajen.



Selanjutnya yang tak kalah menarik adalah pantai Nusa Dua , Tanjung Benoa Dan Sanur. Beberapa pantai yang saya sebutkan diatas kebanyakan berombak besar. Dan kami diajak ke sisi pantai yang tidak terlalu ramai. Masi terdapat banyak rumput laut disana. Pemandangan yang tak akan anda temukan di pantai Kuta.



Setelah mengunjungi pantai sesuai urutan keindahannya , kini tibalah kami pada pantai terindah yang pernah saya temui hari ini. Dreamland. Pantai ini terletak di Pecatu, tidak jauh dari Uluwatu. Saya begitu terpesona dengan keindahan pantai Dreamland. Hamparan pasir dengan celah karang yang indah menambah semarak pemandangan sunset yang kami tunggu – tunggu. Pantai ini merupakan pantai teramai yang saya temui hari ini. Pulau Bali seperti biasa, tempat berkumpul turis dari segala bangsa dan kebudayaan. Baru saja kami temui gadis Tiong Hoa berkulit putih, bertubuh ramping dengan topi melebarnya, tak lama kami harus berhadapan dengan keluarga besar India yang aduhai bodynya. Tuhan telah menciptakan beragam perbedaan lalu kemudian menyatukan mereka di Bali. Sungguh perpaduan yang indah.



Perjalanan pulang dari Dreamland adalah hal yang mengerikan. Jangan mengharapkan lapangan parkir yang nyaman di Dreamland. Karna parkiran disini seperti di jurang saja rasanya. Tikungan mautnya membuat blingsatan tiga umat manusia yang bercokol di mobil katana tua. Tak hentinya kami berdoa agar selamat keluar dari lingkungan parkir. Keluar dari sana masih harus berhadapan dengan barisan barikade  bus pariwisata, jeep, minibus, sedan, sepeda dan pejalan kaki. Macet bukan main.

Layang - layang


Parasailing






Kamis, 15 September 2011

Menggapai Matahari(Malam Pertama di Bali)

Semua orang pasti mempunyai mimpi. Namun bila anda tidak melawan ketakutan anda sendiri, anda tidak akan mencapai apapun dalam hidup anda, termaksud mimpi anda. Sebagai anak rumahan sejak dulu saya senang sekali berpetualang namun belum menemukan rekan yang cocok untuk melaksanakan niat saya. Kali ini bertemu dengan rekan yang cocok tidak saya lewatkan kesempatan ini. Setelah perjalanan saya dan rekan ke Yogyakarta, hari berikutnya kami melanjutkan ke Bali. Dari hotel kami langsung naik becak ke Stasiun Lempuyangan Rp. 20.000,- mungkin bisa lebih murah bila anda pandai menawar harga. 

Kami naik kereta Sritanjung, kereta ekonomi tujuan Banyuwangi dengan tarif Rp.35.000,-. Berdasarkan peta, rute yang kami tempuh mengelilingi pulau jawa dari Jakarta sampai Banyuwangi. Waktu yang kami habiskan dikereta selama +/- 18 jam. Sesampainya di Banyuwangi, kami lanjutkan ke Pelabuhan Ketapang yang jaraknya tidak jauh dari stasiun. Dari sana kami naik Fery yang menyebrang ke Pelabuhan Gilimanuk – Bali. Harga fery Rp. 6.000,- saja. Jarak yang ditempuh berkisar 45 menit – 1 jam. Selanjutnya kami naik Bus ke Terminal Ubung Rp. 25.000,- Jarak dari Gilimanuk ke Terminal Ubung ternyata cukup jauh dan berkelok.

Bila anda melewatinya ditengah malam seperti kami, anda dapat melihat pemandangan seperti di hutan. Dikiri kanan anda hanya akan melihat pepohonan besar yang dahannya pada akhirnya menutupi atas jalan seperti kanopi. Tak lama saya dan kawan mencium wangi dupa. Ternyata kenek bus kami yang menyalakan dupa, mobil kemudian berhenti untuk menyembahyangi stupa yang saya kurang jelas melihatnya. Ditengah jalan mobil berhenti lagi disebuah tulisan “Tanah Suci” untuk sembahyang dan mempersembahkan dupa. Ya,, saya juga ikut berdoa dalam hati menurut keyakinan saya, semoga aman dalam perjalanan. Kenek juga memakai bunga di kiri kanan daun telinganya. Menambah khidmad malam kami. Dibali, anda dapat menemui banyak pohon besar yang ditutupi kain. Lalu kemudian disembahyangi dan diberikan sesajen. Sebuah pemandangan yang tidak akan anda saksikan di Jakarta.

Sesampai di Terminal Ubung, sembari menunggu teman yang akan menjemput kami, kami terlebih dahulu memesan tiket bus Pahala Kencana untuk pulang ke jakarta. Karna musim liburan, harga tiket melonjak dua kali lipat, tak ingin terdesak dalam jalur pulang mudik lebaran, kamipun akhirnya harus merogoh kocek lebih dalam, Rp. 550.000,- Tapi semua itu terbayarkan dengan pengalaman menarik kami di Bali.

Anda tentu tahu Jessica Smith, foto bayinya menghiasi matahari dalam film Teletubbies. Semalaman diliputi perasaan cemas sekaligus gembira, melihat matahari perlahan naik mengingatkan saya akan wajah bayinya dengan senyum merekah.. Ah.. sungguh menghangatkan jiwa yang lelah. Inilah sunrise pertama saya di Bali. Setelah sekian lama menunggu teman kami, akhirnya yang di tunggu – tunggu muncul juga. Dengan badan yang letih dan kusut kami segera mengikuti teman kami yang notabene adalah orang Bali asli. Uang tersisa dikantong saya adalah Rp.1.100.000,- dengan uang yang minim ini saya harus pandai – pandai berhemat.di Bali.

Sebelum saya melakukan perjalanan saya slalu membiasakan diri mengecek rute, hotel, waktu perjalanan dan biaya perjalanan. Perjalanan ke Bali kali ini saya sebelumnya sudah merencanakan untuk menginap di kostan saja. Sebelum berangkat saya telah membooking 2 buah kosan dan 1 buah hotel di Bali. Namun pada kenyataannya ketika kami hampiri, hanya satu yang berkenan dihati. Biaya kost di Bali kami seharga Rp. 25.000,- permalam saja. Murah bukan? Kami hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp. 175.000,- untuk menginap 7 malam di Bali. Bayangkan dengan biaya bila anda menginap di hotel atau homestay biasa yang biaya permalamnya paling minim Rp. 150.000,- permalam dengan fasilitas yang kurang lebih hampir sama. Yang membedakan hotel dengan kosan kami hanyalah breakfastnya saja. Tapi tak mengapa, karna kami bawa persediaan makanan sendiri.

Terkadang dengan semakin majunya teknologi, semakin membawa anak bangsa kearah keterpurukan moral yang kian mendalam. Beberapa bahkan tertipu dalam jejaring sosial hingga harus kehilangan nyawanya. Namun kadang kemajuan teknologi juga membawa efek yang baik dalam kehidupan manusia. Seperti contohnya saya, dengan adanya komunikasi yang tidak disengaja di jejaring sosial, pada akhirnya memberikan keberuntungan tersendiri ketika kami berada di Bali. Dengan bantuan kenalan yang secara tidak sengaja saya kenal dari jejaring sosial, ternyata beliau adalah seorang mantan duta pariwisata yang baik hati. Dengan sukarela bersedia menjemput kami dari terminal Ubung lalu kemudian mengantarkan kami sampai menemukan tempat kost yang nyaman dan murah.

Tour guide kami ini orang yang sangat unik dan tulus. Setelah mengantarkan kami ke kostan, sorenya kami dijemput lagi untuk melihat sunset di pantai Kuta. Pantai yang sudah sejak lama ingin saya kunjungi. Setelah mengetahui bahwa beliau ternyata juga adalah seorang fotographer, maka saya dengan tak segan - segan lagi segera menyerahkan kotak pusaka berwarna merah marun bersarung hitam ditangan saya, kamera digital pocket. Segera saja kami bermain air laksana anak kecil yang diberikan mainan yang telah lama diidam - idamkan  oleh ayahnya.. Wuihh... Kuta... akhirnya kami datang pada mu. Pantai khas Bali. Saya yakin bila kita bertanya pada turis disana, apakah mereka tahu bahwa Bali itu bagian dari Indonesia, kebanyakan dari mereka akan menjawab tidak tahu, Kenyataan yang membuat miris hati.

Kuta adalah pantai yang landai. Dimana tidak terdapat banyak ombak dan pasirnya juga halus. Kebanyakan orang bermain di Kuta untuk menikmati suasana sunset dan ketenangannya pantainya. Tahukah anda, bahkan dipantai, kami juga menemukan sesajen. Tentu saja bagian pemotretan saya serahkan pada ahlinya. Akhirnya kami bermain air hingga malam lalu berjalan kaki menelusuri pantai Kuta. Sambil berbincang kami menikmati suasana malam di Kuta. Walau sudah sepi dan gelap, namun bercengkrama ditemani suara deburan ombak dan angin malam sungguh sangat menenangkan hati. Lelah badan kami selama perjalanan seolah tertelan ombak dan dibawa jauh ketengah lautan luas. Malam itu saya merasa telah mencapai sesuatu yang dulu saya takutkan, berjalan jauh tanpa keluarga.  Sesungguhnya saya merasa telah menggapai matahari. Sungguh malam pertama yang mengasyikkan di Bali.



Senin, 12 September 2011

Journey To Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan Propinsi tertua kedua di Indonesia setelah Jawa Timur. Daerah ini memiliki kewenangan khusus untuk mengatur wilayahnya sendiri.

Kali ini kota tujuan saya adalah Yogyakarta yang akan saya lanjutkan ke Bali. Dikarenakan rencana yang mendadak, kami tidak dapat tiket pesawat murah. Akhirnya  kami putuskan naik bus saja ketimbang naik kereta mengingat tanggal kepergian kami mendekati puncaknya arus mudik. Situasi macet mewarnai perjalanan kami, namun kami tak patah semangat. Karna pengalaman yang akan kami dapatkan juga sebanding dengan pegalnya badan kami.

Kami sampai di Yogya ketika malam lalu menyewa becak untuk mencari hotel. Tukang becak disana rata - rata berwajah ramah dan bersedia mengantarkan anda sampai hotel yang anda inginkan. bila anda kesatu hotel dan belum cocok, dia kemudian akan mengantarkan anda hingga sesuai keinginan anda dengan biaya hanya Rp. 5.000,- saja. Murah bukan? Kemudian sampailah kami ke hotel Pentu Dewo di wilayah Malioboro. Tarif menginap semalam di sini berkisar Rp. 120.000,- dengan fasilitas fan. Kami putuskan untuk menginap 2 malam saja.

Malam pertama di Yogya kami habiskan dengan berkeliling malioboro hingga alun - alun kota Yogyakarta. Tarif becak berkisar Rp. 5.000,- . Lalu kami lanjutkan dengan berkeliling sekitar Malioboro yang sepanjang jalan dipenuhi orang yang berjualan. Rata - rata mereka menawarkan barang - barang bermotif batik, baju dagadu dan kayu2 ukiran.

Diseberangnya anda dapat temui puluhan rumah makan pinggiran yang menyediakan menu khas Yogya. Hal yang paling khas ketika saya berwisata malam di Yogya adalah saya dapat melihat delman dimalam hari. Mengingatkan saya akan lagu ketika saya masih duduk di sekolah dasar.

Pak kusir disini memakai blankon. Mereka layaknya para penarik becak, berbaris berjejer di sepanjang jalan Malioboro sambil menunggu penumpang. Berwisata kuliner disini anda disajikan duduk lesehan dan makan menggunakan tangan. Menu yang disajikan juga kebanyakan makanan khas daerah. Tapi menu saya malam ini jauh lebih nikmat dari hidangan manapun. Sekali anda mencium baunya, seluruh kru drum band di perut anda pasti akan menabuh genderang. Makanan tradisional indonesia dengan menu sederhana dan rasa yang aduhai.. Indomie.

Berhubung jiwa petualangan kami sudah membuncah, pukul 7.30 kami sudah memutuskan jalan - jalan keliling kota Yogya, akibatnya.. banyak tempat wisata belum buka. Rute pertama kami dihari kedua adalah museum Benteng Vredeburg. Benteng ini dulunya dibangun oleh VOC tahun 1765 masehi. Benteng ini dulunya digunakan sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda pada masa itu.

Benteng ini berbentuk persegi dan mempunyai empat menara pantau dikeempat sudutnya.  Asal tahu saja, kami memasuki museum ini gratis. Mungkin karena kami tiba kepagian, sehingga ada beberapa bangunan yang masih ditutup gerbangnya. Kami juga hanya menemukan satu pengunjung yang sepertinya juga kepagian seperti kami. Seorang bapak dengan anaknya yang masih kecil. Dan tentu saja, kami juga ditemani patung - patung disana yang senantiasa memelototi kami.

Selanjutnya kami berpaling ke Museum Sonobudoyo dengan tarif masuk Rp.3.000,- saja. Museum ini didirikan oleh Java Intituut yang memiliki tujuan melestarikan kebudayaan nasional. Anda dapat menemui berbagai keterangan tentang manusia jaman megalithikum dan paleolithikum. Terdapat pula sebuah alquran yang ditulis tangan dengan ukuran yang besar. Ada pula sebuah ruangan yang disebut Ruang Bali. Di museum ini kami menemui banyak sekali benda peninggalan purba dan aneka seni budaya Yogya. Anda dapat menemukan juga alat seni tradisional Yogyakarta disini. Anda bahkan dapat melihat tengkorak utuh peninggalan purbakala. Beragam corak batik dan karya seni juga dipamerkan disini. 

Selanjutnya kami bertolak ke tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono yang telah dibangun sejak 1756 masehi. Bangunan ini tak lain adalah Kraton Yogyakarta. Awalnya bangunan ini ditempati oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati. Bangunan kraton Yogya terdiri dari tujuh bangsal. Masing - masing bangsal dibatasi oleh Regol atau pintu masuk. Biaya masuk kraton Rp. 5.000,- dan untuk kamera Rp. 1.000,- dan anda diharuskan melepaskan topi atau atribut yang tidak sopan lainnya. Di sini anda dapat melihat hasil karya putra putri kraton Yogya. Berbagai cenderamata dan lukisan dapat anda temui di pagelaran seni putra kraton. Kami juga mengunjungi komplek perumahan kraton. Disana terdapat rumah seorang pendopo kraton yang pandai melukis. Bahkan ada lukisan yang dibuat dengan berpuasa terlebih dahulu. Sungguh sebuah karya seni yang agung.

Ketika matahari terasa semakin menyengat, kami putuskan melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan. Anda tidak perlu takut susah kendaraan bila ingin berekreasi sendiri di Yogya. Karna Yogya juga memiliki Bus Trans Yogya yang menghubungkan berbagai lokasi wisata. Anda dapat naik Bus Trans Yogya menuju ke Candi Prambanan. Ongkos masuk Candi Prambanan ketika liburan Rp. 28.000,- Kesan pertama memasuki candi ini seperti habis di bombardir oleh sekutu lalu disusun ulang oleh pemiliknya. banyak sekali reruntuhan batu disekitar candi besarnya. Konon reruntuhan kecil ini adalah candi - candi kecil yang belum selesai pengerjaannya.

Konon ketika terjadi pertempuran antara Balai Putra Dewa melawan Rakai Pikatan, Balai Putra Dewa kalah dan melarikan diri ke Sumatra. Konsolidasi keluarga Rakai Pikatan kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang perlu diresmikan dengan pembangunan gugusan sebuah candi besar. Disisi luar candi anda dapat menemui taman rusa. Rusa didalamnya akan mendekat ketika anda hampiri. Mungkin sudah biasa menerima makanan dari pengunjung.


Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke candi Borobudur. Bila anda naik bus trans Yogya, anda harus turun di terminal Jombor kemudian melanjutkan dengan bus kota arah Muntilan dengan tarif Rp. 10.000,- karna Candi Borobudur terletak di Muntilan, bukan di Yogyakarta. Jarak tempuh berkisar 1 jam. Bagi anda yang memutuskan untuk naik bus sebaiknya datang lebih awal karna bus hanya beroperasi hingga jam 5.30 sore saja.

Candi Borobudur merupakan tiruan dari alam semesta yang terbagi menjadi tiga bagian besar didalamnya.
1. Kamadhatu : sama dengan alam bawah atau dunia hasrat. Dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat, bahkan dikuasai oleh hasrat kemauan dan hasrat nafsu . Relief dibagian ini menggambarkan adegan Karmawibangga yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu : sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam dunia manusia telah meninggalkan segala urusan duniawi dan hasrat serta kemauan.
3. Arupadhatu : sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa, yaitu tempat para dewa.

Nama Borobudur sendiri diambil dari bahasa sansekerta Boro bermakna Vihara sedangkan budur dari bahasa bali "bedudur" yang artinya diatas, Sehingga bisa diartikan Candi Borobudur adalah Vihara/candi  yang berada diatas bukit.

Demikian perjalanan kami di Yogyakarta berakhir sampai disini. Karna waktu yang kami miliki hanya satu hari, masih banyak lokasi wisata di Yogyakarta yang belum kami kunjungi. Semoga pengalaman saya dapat memberikan kontribusi bagi para pembaca yang juga hendak berwisata ke Yogyakarta.


Candi Prambanan
Kraton Yogya

Candi Borobudur
Candi Mendut
   

Selasa, 05 Juli 2011

Museum @ Jakarta

Museum Wayang

     Museum ini mulanya adalah gereja tua yang didirikan VOC tahun 1640 dengan nama "  de oude hollandsche kerk ". Pada tahun 1733 gereja ini mengalami perbaikan dan berganti nama menjadi " de nieuwe hollandsche kerk " sampai tahun 1808. Sekarang halaman gereja ini menjadi ruangan taman terbuka museum wayang. Didalamnya terdapat 9 buah prasasti yang bertuliskan nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan dihalaman gereja tersebut.
     Konon karena gempa gedung asl tersebut telah rusak dan dibangun kembali hingga menjadi seperti bangunan sekarang. Bangunan ini berfungsi sebagai gudang perusahaan Geo Wehry & Co. Tahun 1936 bangunan ini secara resmi diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk dijadikan monumen.


Museum Prasati


     Awalnya Museum Prasasti adalah sebuah pemakaman yang dibangun 1975 untuk menggantikan kuburan lain di gereja Nieuw Hollandsche Krek yang sekarang adalah Museum Wayang. Makam ini menyimpan koleksi nisan yang sebagian besar dipindahkan dari Nieuw Hollandsche Krek pada abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan huruf HK.
   
Tahun 1977 museum yang awalnya pemakaman Kebun Jahe ini resmi dijadikan Museum. Bila anda mencari dengan seksama, prasasti So Hok Gie pun ada disini.

Beberapa prasasti serta makam tokoh Belanda pun berada disini. Namun sayang, karna perkembangan kota, museum ini pun menyusut hingga tinggal 1,3 ha saja.

Sangat disayangkan, ketika saya berkunjung, museum ini sepi pengunjung. Sepertinya generasi muda jaman sekarang sudah melupakan sejarah bangsa.

Padahal sejarah merupakan hal terpenting dalam terciptanya sebuah negara.

My Favourite Cartoon ^_^

SAILORMOON

maaf ku tak pernah berterus terang
bukan ku tak mempercayai mu
namun sebelum ku berganti rupa
ingin aku menemui mu

ku kan bermandikan cahaya bulan
yang cemerlang dimalam yang cerah
memang telah lama kurasakan
ingin menolong yang lemah

tiba tiba keajaiban terjadi
kekuatan muncul didiri



untuk melawan semua kejahatan
kekuatan ku harus digunakan
menegakkan segala kebenaran
ini keajaiban alam
aku mempercayainya



NINJA HOTARU

mendaki gunung lewati lembah
sungai mengalir indah kesamudra
bersama teman bertualang

tempat yang baru belum pernah terjamah
suasana yang ramai di tengah kota
slalu waspadalah kalau berjalan
siap menolong orang dimana saja

gozaru gozaru itulah asalnya
pembela kebenaran dan keadilan
hai ninja gozaru

didahan pohon ia mulai beraksi
menjaga anak anak bermain ditaman
bunga bunga indah  terbang ke awan
membawa hati kita menjadi gembira

 DORAEMON

aku ingin begini, aku ingin begitu
ingin ini, ingin itu banyak sekali
semua semua semua dapat dikabulkan
dapat dikabulkan dengan kantong ajaib
aku ingin terbang bebas, diangkasa
hei.. baling baling bambu
la la la.. aku sayang sekali.. doraemon

Sabtu, 02 Juli 2011

Manusia dan Hantu Memiliki Jodoh

    Semenjak saya kecil, saya sering bertanya - tanya. Mengapa saya dilahirkan dengan rupa begini? Bagaimana bisa Tuhan menciptakan setiap manusia bisa berbeda rupa? lalu timbul pertanyaan selanjutnya, Tuhan tentu sangat kreatif, karna Beliau menciptakan kisah hidup setiap manusia itu berbeda - beda. Pertanyaan saya selanjutnya, yang saya yakin sering kita alami. Mengapa kita harus dipertemukan dengan orang yang demikian menyebalkan, atau demikian menyenangkan, atau keadaan yang demikian menyedihkan, dan keadaan yang demikian menggembirakan. Sekarang saya mulai berfikir, ini semua karna jodoh. Tanpa adanya kejadian menarik dalam hidup kita, tentu hidup akan terasa tawar bukan?
  
    Berikut cerita ini saya kisahkan berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh teman saya. Untuk menghargai privasi beliau, saya akan menyebutnya Angel dalam cerita saya. Saya juga tidak akan menceritakan apakah beliau seorang wanita, atau kah seorang pria. Mengapa saya menamai beliau Angel, mungkin anda bisa menilai sendiri dari kisah ini.

     Disuatu senja yang indah, sekelompok pelajar iseng bermain jelangkung. Sepulang sekolah, ketika anak - anak lain sudah pulang kerumah masing - masing, berkumpulah beberapa pelajar ini. Mereka pun mulai mengeluarkan papan jelangkung buatan mereka. Mulailah mereka memainkannya. Tidak lama bermain, tangan pemegang koin pun mulai bergerak. dimulailah dialog antara manusia dan mahluk halus. Seperti layaknya pemain profesional, mereka mulai bertanya - tanya jati diri mahluk halus yang singgah tersebut. Ternyata seorang wanita dan seorang lagi pria. lama bercakap - cakap, pelajar ini pun hendak mengakhiri permainan. Namun tak disangka - sangka, kedua arwah tersebut enggan meninggalkan permainan. Mereka bahkan hendak mengambil mengajak pemegang koin untuk ikut bersama mereka. Hm.. pastinya anda mengerti apa yang akan terjadi bila roh pemegang koin ikut bersama arwah tersebut.

     Dimulai lah dialog yang alot antara pelajar dan arwah penasaran tersebut. Setelah memakan waktu lama, akhirnya arwah pria meninggalkan permainan. Namun arwah wanita tetap bersikukuh mengajak pemegang koin ikut dengannya. Dapat anda bayangkan, untuk anak seusia itu, tentulah sangat ketakutan. Didera rasa lapar dan lelah, mereka terus memohon agar arwah wanita tersebut mau melepaskan pemegang koin. Arwah wanita ini sangat galak dan keji, no mercy.

    Tak lama lewat lah seorang lagi arwah yang kita sebut saja Acek. Acek ini kebetulan melewati sekolahan dan mendengar teriakan beberapa anak minta tolong. Acek pun pergi melihat. Ternyata seorang arwah wanita telah mengganggu beberapa anak ini. Hm.. Acek pun memikirkan cara agar dapat berkomunikasi dengan arwah wanita tersebut. Meminjam raga Angel untuk bercakap dengan arwah wanita tersebut. Dalam kondisi seperti ini saya merasa patut mengatakan teman saya sungguh berhati mulia. Anda bisa bayangkan, bila sesosok arwah masuk kebadan kita dan tidak ingin keluar lagi akan jadi apa kita? Angel sungguh berhati mulia, beliau mengijinkan arwah Acek merasuki raganya untuk menolong temannya, sungguh bukan hal yang mudah dilakukan orang pada usianya.

     Akhirnya disepakati bahwa hantu tersebut akan melepaskan anak - anak ini dengan syarat Angel akan mendoakan arwah wanita tersebut di sebuah klenteng. Akhirnya disetujuilah keinginan arwah wanita tersebut. Barulah arwah tersebut bisa meninggalkan anak - anak tersebut. Sejak saat itu, terjadilah pertemanan yang unik antara Acek dan Angel.

    Semoga dari cerita ini pembaca dapat mengambil hikmah, bahwasanya kita sebagai manusia hendaknya bisa menghargai setiap detik kehidupan kita, serta menghormati kehidupan mahluk lain. Bahwa manusia mungkin mahluk termulia ciptaan Tuhan, namun sesuatu yang tidak kelihatan juga memiliki kegaiban.

    Semoga setiap dari kita tidak bermain jelangkung serta mengajak family dan kerabat untuk mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa, sehingga terhindar dari malapetaka.