Senin, 05 Desember 2011

Pintu Gerbang Luo Sheng

Pada suatu masa kegelapan, berserakanlah mayat - mayat di luar pintu gerbang Luo Sheng. Bayangan burung gagak dimana - mana dan tangisannya menambah kelam suasana. Saat malam tiba, tak ada yang berani berkeliaran disana.

Seorang pemuda menahan dingin dan lapar berjalan kaki sambil melamun disekitar gerbang Luo Sheng. Terpikir olehnya kejadian tadi siang . Atasannya memecatnya karna perdagangan yang sedang sulit. Pemuda tersebut kemudian berpikir " Jika terus - terusan seperti ini , saya akan mati kelaparan dan menjadi seperti tulang - tulang itu."

Pemuda tersebut begitu tertekan sehingga timbul didalam pikirannya untuk merampok. Lalu pemuda tersebut mulai membulatkan tekadnya untuk merampok " Untuk hidup, tak ada pilihan lain selain merampok." Lalu diambilnya sebilah pisau dan digenggamnya erat  - erat.

Meskipun ia tidak punya hati kejam, untuk selamat ia membajakan dirinya. Malam itu juga dia naik ke atas
benteng untuk mencari korban.. Dilihatnya seorang nenek - nenek sedang merunduk kearah sesosok mayat, lalu dia pun berpikir " Huh... hanya nenek tua yang sekurus monyet. Tak ada yang perlu kutakutkan kalau begitu."

Ketika dia mendekati nenek tersebut, pemuda tersebut sangat terkejut. karna dilihatnya nenek tersebut sedang mencuri rambut orang mati. serta merta ia memaki nenek itu " Sungguh kejam! berbuat serendah itu!"

Nenek : " Tenang dulu anak muda, saya hanya mengambil rambutnya. "
Pemuda : " Mereka mati cukup nelangsa,
                 mengapa masih mengganggu jasad nya??"
Nenek : " Mengambil rambut dari orang mati mungkin bukan perbuatan baik.
                Tapi mereka yang mati disini juga bukan orang baik - baik.
                Wanita ini misalnya, ia menjual ular seolah - olah menjual
                ikan asin.
                 Saya tidak menganggap apa yang dibuatnya jahat.
                 Bila tidak melakukannya ia akan mati.
                 Ia sungguh tak punya pilihan lain. Seperti ia,
                  jika saya tidak melakukan hal ini,
                saya juga akan kelaparan sampai mati.
                 Saya tak punya pilihan. Mohon ampuni saya."
Pemuda :" Terima kasih atas penjelasan mu. Keraguan ku hilang sudah.
                 Saya juga orang yang jika tidak melakukan ini
                  akan mati kelaparan.
                 Engkau juga tidak akan membenciku kan?
                  Berikan punya mu pada ku."

Serta merta pemuda menarik satu - satunya baju milik sang nenek. Sungguh perih perasaan hati nenek tua tersebut. Menangis meraung - raung ditinggal pemuda tersebut.


Sering kali untuk bisa bertahan hidup, orang melakukan perbuatan rendah. Tetapi lebih banyak lagi yang hanya untuk memuaskan nafsu dan keinginannya melakukan berbagai jenis kejahatan.

Sumber : Buku Zen Membebaskan Pikiran.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar