SOKRATES DI PASAR Sokrates, seorang filsuf sejati, yakin bahwa orang yang
bijaksana dengan sendirinya akan hidup sederhana. Ia sendiri
tidak memakai sepatu; namun ia terus-menerus tertarik oleh
keramaian pasar dan sering pergi ke sana untuk melihat
segala macam barang yang dipertontonkan. Ketika salah seorang kawannya bertanya mengapa demikian,
Sokrates berkata, "Saya senang pergi ke sana untuk
mengetahui berapa banyak barang yang meskipun tidak
memilikinya, saya tetap gembira." Hidup batin adalah tidak mengetahui apa yang engkau
kehendaki tetapi memahami yang tidak engkau butuhkan.
MENCONTOH RAJA Ketika "Messiah" karangan Handel untuk pertama kalinya
dipertunjukkan di London, raja hadir. Ia begitu terbuai oleh
perasaan religius ketika paduan suara menyanyikan bagian
Alleluia, sehingga di luar kebiasaan ia berdiri hening penuh
hormat terhadap karya besar yang sedang ia nikmati. Ketika melihat ini, para bangsawan yang hadir di sana
mengikuti raja dan berdiri juga. Itu menjadi tanda bagi para
hadirin yang lain untuk berdiri. Sejak saat itu, dianggap suatu keharusan untuk berdiri
setiap kali Alleluia dinyanyikan, tanpa peduli seperti
apakah sikap batin orang yang mendengarkan atau mutu
pembawaannya.
ASAL-USUL SEPATU Seorang maharaja yang bodoh mengeluh karena jalan yang kasar
membuat kakinya sakit. Maka ia memerintahkan agar seluruh
negeri diberi alas kulit sapi. Pegawai istana tertawa ketika raja menyampaikan perintah itu
kepadanya. "Yang Mulia, itu adalah suatu gagasan yang gila,"
serunya. "Mengapa harus mengeluarkan biaya yang sama sekali
tidak perlu? Potong saja dua alas kecil kulit sapi untuk
melindungi kaki Yang Mulia!" Itulah yang dikerjakan oleh maharaja. Dan demikianlah lahir
gagasan mengenai sepatu. Orang yang sudah mengalami penerangan batin tahu bahwa untuk
membuat dunia tempat yang bahagia. engkau perlu mengubah
hatimu - dan bukan dunia.
(DOA SANG KATAK 2, Anthony de Mello SJ, Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar