Hari ke empat kami berencana ke Pura Taman Ayun dan Tanah Lot. Kami sudah bersiap membawa sarung, untuk menghormati adat setempat yang mengharuskan pengunjung berpakaian sepantasnya di pura. Jam makan siang kami berpiknik di pinggiran sawah. Beralaskan sendal dan beratapkan langit, kami makan ditemani oleh kicau burung dan suara desiran angin. Sembari menikmati hidangan santap siang, saya mulai merenungkan, kehidupan para petani yang telah menanam setiap butir nasi yang ada di tangan saya. Betapa lelah dan berpeluh mereka harus dengan sabar menanam bibit padi, kemudian menyirami dan menjaga mereka sampai menguning, setelah di panen pun masih harus diolah hingga menjadi beras. Tetapi kerja keras dan jerih payah mereka hanya di hargai berapa ribu saja perkilonya.
Sedangkan orang jaman sekarang, kalau tidak enak langsung dibuang, bahkan dengan sengaja disisakan nasi dipiring agar terlihat tidak rakus. Mungkin orang - orang ini harus sekali - kali bertukar posisi dengan para petani, barulah bisa menghargai kerja keras mereka.
Selanjutnya kami melanjutkan oerjalanan ke Pura Taman Ayun. Pura ini dibangun dijaman masa kepemimpinan Gusti Agung Putu yang kelak menjadi raja Mengwi. Taman Ayun ini dirancang oleh arsitek berdarah Cina Ing Khang Coew, sahabat sang Raja. Pura ini dikelilingi oleh air dan terdapat Barong disana untuk di pertontonkan. Ada pula yang menjual hiasan yang terbuat dari telur. Bangunan disini mengingatkan saya dengan pagoda sembilan tingkat yang konon mengurung siluman ular putih legenda tiongkok yang termasyur itu.
Akhirnya tibalah kami di Tanah Lot. Disini kami menemukan pantai yang berbeda dengan pantai sebelumnya. Terdapat sebuah pura di pinggir pantai yang kalau tidak ada upacara kami dilarang masuk. didepan pura tersebut menghadap ke laut terdapat barisan karang pemecah ombak yang menurut kawan saya, sengaja diletakkan disana untuk menhindari rusaknya bangunan pura akibat gerusan ombak.
Disini kami menemukan bermacam binatang yang unik serta batu karang yang bentuknya besar - besar. Pasir disini hitam, dan halus. Disini anda dapat menemukan kerang bermacam jenis, karang yang glow in the dark, kumpulan kepiting, bulu babi, siput beracun, serta semacam lipan yang tidak jelas mana kepala dan ekornya. Terdapat pula dua ekor ular yang dijaga pawangnya . Anda boleh melihatnya, tentunya harus membayar dulu.
Sembari menunggu matahari terbenam, kami mengumpulkan aneka kulit kerang dan kepiting. Matahari terbenam disini juga tidak kalah indah dengan pantai Dreamland. Namun anda harus berhati - hati bila menginjak karang. Karna karang disini licin dan berlumut. Secara keseluruhan, hari ke 4 kami sangat menarik.
hehehe,,,ingat,ingat jangan sia-siakan sebutir nasi yang kita makan tiap hari. {^_^} pantasan puranya miring pagoda,,itu yang bt arsitek berdarah china,,,wah,indah,,,nini itu apa yang putih2 itu dibatu karang.
BalasHapusitu ga tau apaan. kayanya sih karang itu. hehe.. ato mahluk luar angkasa? hahaha....
BalasHapus