Suatu kali dalam kisah hidupnya,, Budha Sakyamoni ingin melintasi satu desa nelayan yang penduduknya rata - rata bertabiat buruk dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Dengan kemampuannya beliau menghitung - hitung bahwa jodoh di desa ini sudah matang, maka harus segera dilintasi.
Sesampainya di desa tersebut Buddha Sakyamoni duduk bersila dibawah pohon, penduduk disana penasaran melihat seorang berkebajikan duduk di bawah pohon, sepertinya hendak membabarkan dharma. Lalu mereka pun berbondong - bondong duduk disana mendengarkan dharma sang Buddha.
Sang Buddha mulai membabarkan dharma, beliau menceritakan tentang lima pantangan dan lain sebagainya. Tapi kelihatannya seluruh penduduk desa ini tidak tertarik dengan dharma yang dibabarkan san Budha. Sang Buddha hanya duduk tenang berdiam.
Tak lama kemudian tiba - tiba dari jauh muncullah seorang pemuda berlari dengan kencangnya menerobos sungai, dari kampung seberang berlari ke arah sang Buddha. Sesampai disana langsung bersujud dengan khusyuknya.
Semua warga desa itu begitu terheran - heran, betapa saktinya anak muda ini. Bagaimana mungkin dia bisa melewati sungai begitu cepat dari desa seberang sampai kesini. Ilmu apa yang dipelajarinya? pastilah desa seberang punya guru sakti.
Ternyata setelah ditanya - tanya, pemuda tersebut dengan entengnya menjawab " Saya tidak punya kesaktian apa pun, sebenarnya tadi saya mendengar orang dipinggir sungai mengatakan bahwa ada Buddha hendak membabarkan dharma di desa seberang, lalu saya bertanya, bagaimana caranya saya sampai kesana? lalu dia mengatakan seberangi saja sungai ini, lari saja kesana. Maka saya pun mengikuti petunjuknya tanpa pikir panjang."
Ternyata pria tersebut begitu polos , saking bersemangatnya sampai - sampai dia lupa bahwa yang ia lalui adalah sebuah sungai. Tapi kekuatan pikirannya yang bersemangat ingin mendengar dharma justru membawa dia sampai kedepan Sang Buddha.
Mendengar kejadian ini,, penduduk desa menjadi terharu , orang dari seberang saja sampai begitu niat dan semangat mendengar dharma Budda. Akhrinya satu desa itu pun terlintasi dan meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar