Jumat, 15 November 2024

Kisah Han Shan, Shi De dan Bhiksu Feng Gan

 

Pada masa pemerintahan Kaisar Tang Taizong tahun Zhenguan (627-649 Masehi), di Vihara Guo Qing, Gunung Tian Tai, ketua viharanya bernama Bhiksu Feng Gan. Pada suatu hari Bhiksu Feng Gan sedang berkelana menuju ke Gunung Chi Cheng , tiba-tiba mendengar suara tangisan anak kecil. Melihat di daerah sekitar tidak ada orang, Bhiksu Feng Gan segera mencari asal muasal suara tangisan dan menemukan seorang anak kecil yang berusia sekitar 10 tahun. Bhiksu Feng Gan bertanya : “Bodhisattva kecil, siapa yang membawamu keluar? Di mana ayahbundamu? Di mana rumahmu?” Anak itu menjawab : “Saya anak yatim piatu, tidak berayah tidak berbunda, karena keasyikan bermain akhirnya tersesat, tidak tahu jalan pulang kembali”. Bhiksu Feng Gan yang melihat kondisi anak itu menyedihkan, kemudian membawanya pulang ke Vihara Guo Qing dan membesarkannya. Oleh karena anak itu tidak memiliki nama dan lagipula dibawa pulang oleh Bhiksu Feng Gan, maka para Bhiksu lainnya memanggil anak tersebut dengan nama “Shi De”.


Tahun demi tahun berlalu, Shi De tumbuh dari seorang anak yang lemah menjadi seorang pemuda kuat yang mampu melakukan berbagai pekerjaan, Bhiksu Feng Gan menugaskannya membantu di dapur, memilih sayur, memasak, meringankan pekerjaan para anggota Sangha. Shi De amat rajin bekerja, hanya saja dia memiliki sebuah tabiat yakni setiap kali ketika sedang bekerja, dia selalu membungkus sisa nasi dan sisa sayur, kemudian menaruhnya ke dalam keranjang. Semua ini dia persiapkan buat Han Shan. Siapakah Han Shan? Semua anggota Sangha Vihara Guo Qing juga mengenal Han Shan adalah orang aneh yang menyepikan diri di puncak gunung Han Yan.

Han Shan berpakaian aneh, dibilang Bhiksu tidak seperti Bhiksu, juga suka membuat syair-syair, seringkali menulis beberapa kalimat, atau melantunkannya keluar. Namun dia tidak seperti orang lainnya harus membuat persiapan terlebih dahulu, bagi Han Shan, asalkan hobinya muncul, maka dia segera menulisnya di bambu atau mengukirnya di batu. Lama kelamaan bebatuan dan pepohonan di sekitar gunung Han Yan telah dipenuhi oleh karya tulis Han Shan. Shi De sangat mengkagumi bakat Han Shan, ingin sekali mempelajari keahlian Han Shan dalam membuat karya tulis, maka itu setiap harinya dia menyimpan sisa nasi dan sayur yang diperuntukkan bagi anggota Sangha Vihara Guo Qing, untuk dipersembahkan kepada Han Shan. Setiap harinya Han Shan akan turun dari gunung datang ke Vihara Guo Qing, maka Shi De akan memberikan keranjang yang berisi nasi dan sayur, dan selanjutnya dibawa Han Shan kembali ke atas gunung.

Anggota Sangha menitikberatkan maitri karuna dan menyayangi benda, apa yang tidak digunakan diri sendiri harus diberikan kepada orang lain, bagi para Bhiksu ini adalah hal biasa, maka itu mereka tidak mempermasalahkan apa yang dilakukan oleh Shi De. Namun selanjutnya ada satu hal yang membuat para Bhiksu merasa sangat kesal dan tidak mampu menahan kesabaran, yakni Shi De suka berteriak-teriak di tengah malam. Vihara Guo Qing terletak di bawah kaki Gunung Tian Tai, sangat sedikit penduduk yang tinggal disekitarnya, pada malam hari suasananya sangat hening, tiba-tiba Shi De berteriak-teriak, sehingga ibarat permukaan tanah yang rata tiba-tiba disambar petir, sungguh membuat kaget para penghuni vihara. Para Bhiksu tidak dapat menahan kesabaran lagi, dan mengkritiknya. Shi De tidak membalas, hanya tertawa terbahak-bahak dan melesat pergi, sepertinya memang sengaja hendak memecahkan kesunyian malam, mengacaukan ketenangan hati para Bhiksu.


Setelah berkali-kali membuat kekacauan, para Bhiksu melihat Shi De tidak berniat memperbaiki diri, akhirnya mereka melapor kepada Bhiksu Feng Gan, berharap agar beliau menyelesaikan masalah ini. Namun Bhiksu Feng Gan malah memperlakukan Shi De dengan kompak sekali, sama sekali tidak menasehatinya. Bhiksu Feng Gan sendiri juga tak beda jauh dengan Shi De, selalu menyanyi sendirian di malam larut. Mengapa demikian? Ternyata Bhiksu Feng Gan bukanlah manusia biasa, dia mengetahui Shi De juga bukan manusia biasa, demikian pula halnya dengan Han Shan. Siapakah jati diri mereka yang sesungguhnya? Ternyata adalah jelmaan Buddha dan Bodhisattva.

Pada saat itu gubernur Taizhou yang bernama Lu Qiu-yin, ketika baru tiba di Taizhou, saat di perjalanan menderita sakit kepala yang sangat berat. Kebetulan bertemu dengan Bhiksu Feng Gan, Bhiksu Feng Gan meludahi wajah Lu Qiu-yin yang langsung menyembuhkan sakit kepalanya. Lu Qiu-yin bertanya : “Apakah di Gunung Tian Tai ini terdapat orang suci?” Bhiksu Feng Gan menjawab : “Tentu saja ada, hanya saja orang-orang yang berjumpa dengan mereka takkan mengenali jati mereka yang sesungguhnya,sebaliknya yang benar-benar mengenali mereka namun sayangnya tak berjodoh bertemu dengan mereka.

Jika anda ingin bertemu mereka, jangan menilai dari penampilannya. Han Shan adalah jelmaan dari Bodhisattva Manjusri, bersembunyi di Gunung Tian Tai; Shi De adalah jelmaan dari Bodhisattva Samantabhadra, kelihatannya seperti pengemis. Dua orang ini bukan manusia biasa”. Mendengar penuturan Bhiksu Feng Gan, Lu Qiu-yin sudah tidak sabar lagi ingin segera bertemu dengan dua orang suci ini, sehingga lupa bertanya nama Bhiksu penolong yang berada di hadapannya itu, sehingga tidak tahu bahwa dia adalah Bhiksu yang begitu terkenal dengan nama Bhiksu Feng Gan.

Setibanya di Vihara Guo Qing, Lu Qiu-yin menuruti aturan tata krama yang berlaku yakni beramah tamah terlebih dahulu dengan ketua vihara yakni Bhiksu Feng Gan. Namun karena Bhiksu Feng Gan belum pulang ke vihara, maka Lu Qiu-yin minta bertemu dengan Han Shan dan Shi De, para anggota Sangha membawanya ke tempat penyepian diri Han Shan, yakni di Gunung Han Yan, tampak dua orang sedang duduk di hadapan api unggun, kemudian terdengar suara tawa.


Lu Qiu-yin segera melakukan namaskara, kemudian menjelaskan maksud kedatangannya. Han Shan dan Shi De berseru : “Feng Gan sungguh banyak mulut, mengapa membongkar jati diri kami! Anda ini juga sungguh ceroboh, sudah bertemu dengan Buddha Amitabha, buat apa masih datang mencari kami?” Selesai berkata, kedua orang ini tertawa terbahak-bahak, bergandengan tangan berjalan menuju ke perdalaman hutan. Sejak itu tidak tampak lagi bayangan Han Shan dan Shi De serta Bhiksu Feng Gan. Lu Qiu-yin mengutus orang yang menyalin semua syair-syair yang diukir Han Shan di kayu-kayu dan bebatuan, seluruhnya ada lebih dari 300 syair, yang beredar hingga saat kini.

Di Provinsi Jiangsu dan Zhejiang, masyarakat mempercayai legenda tentang Han Shan, Shi De dan Bhiksu Feng Gan ini, setiap insan mengetahui kisah mereka ini. Semua orang percaya bahwa mereka adalah jelmaan Buddha dan para Bodhisattva.

 sumber : https://www.lingyinsi.com/ 

Minggu, 08 September 2024

PENGAJARAN BUDDHA SAKYAMONI KEPADA ANAKNYA, RAHULA

 


【釋迦牟尼佛,對兒子羅睺羅的一段精彩教誨!】
Buddha Sakyamuni, Memberi Sepintas Pengajaran yang Luar Biasa Kepada Anaknya, Rahula !

佛陀的兒子羅睺羅,十幾歲時隨佛陀出家,很調皮,常喜歡說謊作弄別人,但因他的身份很特殊,因此僧團中無人敢加以糾正,以致日久漸。
Anak dari Sang Buddha, Rahula. Umur 10 tahun telah menjadi Bhiksu mengikuti jejak Sang Buddha.
Tapi dia sangat nakal, sangat suka berbohong mempermainkan orang, tetapi karena status dia yang sangat spesial, maka diperkumpulan Sangha tidak ada yang berani protes dia untuk perbaiki sifatnya dan kelamaan makin menjadi.

有一天佛命羅睺羅端大盆水洗佛的雙足,洗後就問他說:「這些水可以喝嗎?」「不,不能喝。」
Ada suatu hari Sang Buddha memerintahkan Rahula mengambil sebaskom air untuk mencuci sepasang kaki Sang Buddha (Rahulu mencuci kaki Sang Buddha), setelah habis mencuci, Sang Buddha bertanya pada dia : 「air ini boleh diminum? 」
Lalu Rahula jawab : 「tidak, tentu tidak boleh」

佛說:「這盆水一旦變髒後就不再受人珍惜,而至被人丟棄;同樣的道理,一個人如果常常說謊,以後也就不再被人信任,你知道嗎?」羅睺羅聽後立刻覺得慚愧。
Sang Buddha berkata : 「air dibaskom ini sudah kotor maka tidak akan dihargai orang lagi, malah akan dibuang orang. Sebuah Ajaran Kebenaran yang Sama, Seseorang jika sering berbohong, maka kelak tidak akan ada yang mempercayai, apakah kamu sudah tahu? 」
Rahula setelah habis mendengarkan, langsung merasa penyesalan.

佛命他將水倒掉,再問他:「這個盆叫什麼盆?」兒答:「這是洗足盆。」佛問他:「這個盆可以用來盛水洗米洗菜嗎?」「沒有人會用它洗米洗菜了。」
Sang Buddha memerintah dia membuang air tersebut, lalu tanya dia lagi : 「baskom ini disebut baskom apa? 」
Anak jawab : 「baskom cuci kaki」
Sang Buddha bertanya : 「Bisakah baskom ini digunakan untuk mencuci beras dan mencuci sayuran? 」
Rahula jawab : 「tidak ada orang akan gunakan baskom ini untuk mencuci beras dan mencuci sayuran」

佛說:「對。一個人如果心不清淨,言而無信,則永遠不會受人敬重。自甘作賤的人,只能被人踩在腳下成為低賤的用具,永遠不能被人所重視,你如果不改錯誤的言行,就如同這盆。」
Sang Buddha berkata : 「Benar, Jika seseorang hati tidak tenang bersih, setiap perkataan tidak ada kepercayaan, maka selamanya tidak akan pernah menerima dihormati orang lain, semua perbuatan hanya mengikuti kepuasan diri sendiri, tipe orang demikian hanya bisa diinjak-injak di bawah kaki orang untuk diperalat saja, tidak pernah bisa dihargai oleh orang. Jika kamu tidak merubah kesalahan kamu atas perkataan dan tindakan maka kamu akan bagaikan baskom ini」

佛陀說後又用腳將該盆踢到遠處,問羅睺羅:「我現在踢掉這個盆,你覺得可惜不可惜?」「不大可惜,因為它只是一個粗盆。」
Setelah Sang Buddha habis berkata lalu menggunakan kaki menendang baskom sampai jauh, lalu bertanya Rahula : 「Saya sekarang menendang baskom ini, kamu merasa sayang sekali atau tidak? 」
Rahula menjawab : 「tidak seberapa patut disayangkan, karena itu sebuah baskom yang kasar」

佛陀說:「對。同樣的道理,一個人如不學好,自居下流,令人失望,別人也就不會刻意去愛惜他。」
Sang Buddha berkata : 「Benar, dan ini adalah Sebuah Penyataan yang Sama Kebenarannya, jika seseorang tidak belajar dengan baik, perbuatan diri yang rendah/jahat, membuat orang kecewa, orang lain tidak akan dengan sengaja menghargainya 」

佛指著被踢翻而覆蓋著的盆子對羅睺羅說:「現在覆蓋的盆子能裝下水嗎?」「不行。」
Sang Buddha lalu menunjukkan ke baskom yang terbalik dan tertutup berkata pada rahula : 「sekarang baskom yang tertutup bisa tuang isi air? 」
Rahula jawab : 「tidak bisa」

佛陀說:「你現在正如這個盆,心口均不清淨,屢說妄語,顛倒是非,指空為有,指有為空,一如此盆,不值人疼愛。」
Sang Buddha berkata : 「kamu sekarang bagai baskom ini, hati dan mulut tidak bersih, selalu berkali-kali berkata bohong, membalikkan yang benar dan salah, yang kosong dikatakan menjadi ada, yang ada dibilang kosong, bagaikan baskom itu, tidak pantas disayangi dan dihargai」

羅睺羅受到佛陀一連串的教訓後,異常羞愧,隨即向佛陀表示衷心的懺悔,今後決心痛改前非。
Setelah Rahula menerima serangkaian pelajaran berharga dari Sang Buddha,
Akhirnya dia selalu merasa malu dan bersalah, lalu dengan segera mengungkapkan penyesalan hati tulus kepada Sang Buddha, di masa depan bertekad untuk mengubah masa lalunya.

後來佛陀讚歎羅睺羅乃「密行無礙第一。」
Lalu Sang Buddha memuji rahula bahwa「SETIAP HENDAK BERTINDAK HARUS WASPADA SEBAGAI PERSYARATAN AWAL KARENA BERASAL DARI LUBUK HATI/ORANG YANG SANGAT BERHATI-HATI DALAM PRILAKU」


sumber : https://wejangansuci.wordpress.com/

Selasa, 03 November 2020

Ayo semua, buruan gabung di poin-web sekarang juga! * Apa itu poin-web ? poin-web adalah situs dimana kamu bisa kumpulin poin gratis dengan menyenangkan dan konten yang menarik. Tukar poin yang terkumpul dengan hadiah gratis ! * Cara dapetin poin ? Gampang kok! Kamu bisa dapet poin hanya dengan melakukan berbagai aktivitas seperti main game, lihat iklan, ikutan kuisioner, ikutan promo, dan masih banyak lagi!! * Poin nya untuk apa ? Tukar poin kamu dengan gratis voucher belanja, makanan, game online, tiket nonton bioskop dan masih banyak lagi! * Voucher apa aja ? Voucher belanja di : Carrefour, zara, sogo, adidas dan lainnya Voucher makanan : KFC, Starbucks, BurgerKing, Domino Pizza, dan lainnya Voucher game online : Indomog, Gudang voucher, dan lainnya Pulsa gratis : Telkomsel, Xl, Axis, Indosat dan lainnya dan masih banyak lagiii!!! * Gimana cara daftarnya ? Cukup klik button dibawah ini dan dapatkan bonus 2.500 poin jika kamu melengkapi pendaftarannya. Tunggu apa lagi, daftar sekarang juga dan jangan lupa ajak teman - teman kamu yaa~

Minggu, 17 April 2016

Sun Pu Erl Mendapatkan Tao part 1

Sun Pu Erl adalah salah satu dari 7 orang sejati pada jamannya. Nama aslinya adalah Sun Yen Cen yang lahir pada tahun 1119 di sebuah kota kecil di Nin Hai, propinsi San Tong. Sun Pu Erl memiliki wajah yang cantik dan rupawan. Konon ceritanya sebelum hamil, ibunya mimpi 7 ekor burung phoenix yang masuk ke dalam tubuhnya. Burung tersebut diyakini adalah lambang keabadian. Sejak itu ibunya meyakini bahwa beliau akan melahirkan seorang suci.

Nama Sun Pu Erl sendiri memiliki makna "Sun tiada duanya". Artinya beliau membina diri dengan tekad yang teguh, tiada berpaling. Beliau sangat cerdas dan berkebajikan. Beliau belajar sastra pada ayahnya yang bernama Sun Zhong Jing. Sun Pu Erl meskipun terlahir sebagai wanita, namun beliau tidak pandai menyulam atau kerajinan tangan, beliau senang membaca buku dan terhadap sejarah sangat mengerti.

Pada usia remaja beliau menikah dengan seorang pemuda bernama Ma Tan Yang dan memiliki tiga orang anak. Ma Tan Yang adalah seorang yang kaya raya. Beliau memiliki tanah yang luas. Karena beliau ada mempelajari sejarah, beliau menyadari, kalau kedudukan yang di perebutkan manusia, harta dan nama, semuanya pada akhirnya adalah kosong. Seseorang dengan susah payah memperebutkannya, ketika meninggal bahkan tidak ada yang membicarakan atau mengingat mereka.

Sun Pu Erl  suatu hari berkata pada suaminya, bagaimana kalau mereka menjual saja hartanya lalu mencari guru penerang. Pada jaman itu sangat sulit mencari seorang guru penerang. Pada awalnya Ma Tan Yang kurang senang dengan ide istrinya. Namun lama kelamaan akhirnya beliau setuju juga.

Di Tempat lain, Wang Chong Yang yang adalah seorang pembina sejati dan telah mencapai pencerahan, mendapat perintah dari dari gurunya untuk menemukan tujuh orang master Tao sejati untuk dilintasi. Salah satunya adalah Sun Pu Erl. Sun Pu Erl adalah orang yang pertama kali dilintasi oleh Wang ChongYang dan sekaligus membuka jalan untuk enam pembina selanjutnya.

Wang Chong Yang demi mencari tujuh orang sejati, menyamar menjadi seorang pengemis tua. Suatu hari beliau bertemu dengan suami istri Ma Tan Yang dan Sun Pu Erl. Sun Pu Erl memiliki kearifan yang tinggi, begitu melihat pengemis itu langsung menyadari bahwa beliau memiliki wajah seorang suci dan bijak. Beliau berkata pada pelayannya, bilamana bertemu lagi dengan pengemis ini agar mempersilahkan beliau masuk kerumah.

Sampailah pengemis tersebut ke rumah Sun Pu Erl. Ma Tan Yang berkata pada pengemis tersebut. " Anda hidup sebatang kara tanpa sanak saudara, bagaimana kalau anda tinggal disini saja bersama kami. Biarkan kami yang merawat anda."

Pengemis tersebut malahan merasa tersinggung. Ma Tan Yang kemudian berdiskusi dengan istrinya, mengapa orang tua ini kita berbaik hati malah dia marah - marah? Istrinya begitu arif mengatakan " Orang yang memiliki Tao dalam dirinya, tidak memperdulikan sandang dan papan, mereka hanya memperdulikan Tao,  sebaliknya orang kerdil, hanya memperdulikan sandang dan papan tanpa memperdulikan pembinaan dirinya."

Sun Pu Erl kemudian bersujud di depan pengemis tersebut dan berkata " Anda sepertinya orang yang memiliki rejeki dan kearifan yang besar." Pengemis berkata " Tahu dari mana anda kalau saya memiliki rejeki yang besar ?"  Sun Pu Erl kemudian menjawab " Anda tidak memiliki kerisauan, tidak seperti kami "
sang pengemis berkata bahwa beliau kalau mau tidak punya kerisauan juga bisa, caranya adalah datang memohon Tao padanya. Akhirnya jadilah Sun Pu Erl berguru pada Wang Chong Yang.

Namun sang guru berkata pada Sun Pu Erl untuk menjual hartanya untuk membina diri. Setelah berdiskusi dengan Ma Tan Yang akhirnya mereka sepakat menjual harta. Namun bukan hal yang mudah juga, karena harus minta persetujuan saudara lainnya. Akhirnya mereka memberikan sejumlah uang pada saudara sebagai pengganti harta yang dijual. Setelah dijual uang hasil penjualan seluruhnya diberikan pada gurunya.

Oleh gurunya uang tersebut digunakan untuk fakir miskin, dll. Beliau melakukan itu dengan maksud agar suami istri ini dapat membina diri dengan tenang tanpa kerisauan. Sang guru juga berpesan agar mereka memantapkan hati agar niat tidak bergejolak.

sumber: buku kisah 7 pembina sejati



Liu Chang Sen(1 dr 7 pembina sejati)

Dikisahkan seorang bernama Liu Chang Sen, yang merupakan 1 dari 7 pembina sejati pada jamannya. Setelah melewati beberapa tahapan pembinaan. Beliau akhirnya mencapai kesempurnaan dan diundang oleh ratu khayangan untuk mengunjungi khayangan.

Ketika memasuki khayangan. Beliau melihat banyak sekali dewi dewi. Dalam hati terlintas sebuah pikiran "Betapa cantiknya dewi2" . Suara hati beliau terdengar oleh ratu khayangan.

"Kamu masih belum dapat menghilangkan keakuan dan kemelekatan pada nafsu. Walau berhasil dalam pembinaan, tetapi tidak banyak berbeda dengan umat awam. Tidak dapat memasuki tingkatan para suci. Kamu harus turun lagi kedunia untuk membina diri lebih lanjut".

Selesai berkata, ibu suri meminta pengawal langit untuk mengawal Liu Chang Sen sampai ke pintu selatan surga.

ketika ingin turun kembali dengan menaiki awan, tiba tiba ia telah didorong oleh pengawal sehingga langsung jatuh kedunia. Ia terbangun dan sadar bahwa itu adalah mimpi. Setelah dipikir kembali, memang benar 1 pikiran menghancurkan semuanya.

Akhirnya atas nasihat dan saran saudara seperguruannya, Liu Chang Sen memutuskan untuk membina diri dengan memandang tetapi tidak melihat. Ada suara tetapi tidak mendengar. Dengan sendirinya hati akan kosong.


Kabarnya  Su Zhou dan Hang Zhou adalah surganya wanita cantik. Maka pergilah ia kesana. Dengan kesaktiannya mengubah beberapa potong batu menjadi emas. Mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa. Lalu berjalan memasuki rumah bordir.

Mengaku sebagai pedagang permata dan minta dilayani oleh wanita paling cantik. Wanita tersebut bernama Si Yi yang sangat ahli dalam bermain kecapi, menyanyi dan menari. Si Yi melihat wajah Chang Sen yang tampan, pribadinya lembut dan tidak kaku juga tidak kikir maka dengan senang hati menemaninya.

Chang Sen mengingat ajaran gurunya yaitu walau gunung roboh juga tidak terkejut. Bukan tidak terkejut tapi dianggap tidak roboh. Berdasarkan ajaran gurunya wanita cantik depan mata pun dianggap tidak ada didepan mata. Berdasarkan ajaran itu Chang Sen dapat mengosongkan hatinya. Sama sekali tidak tergerak.

Sia2 wanita itu menggodanya. Hati adalah majikan diri kita. Jika hati tidak bergerak maka badan akan tenang. Niat dikendalikan oleh hati. Ibarat anak kecil yang tidak mengerti akan asmara. Walau tidur seranjang juga tidak merasakan apa apa.

Maka ditempat itulah Liu Chang Sen akhirnya mencapai sempurna. Sebuah syair mengatakan "
Melihat wanita cantik, hati tidak lagi tergoda,
ketabahannya luar biasa.
ada orang yang belajar mencapai dharma kekosongan,
Sejak dahulu hingga kini namanya akan dikenang.


Kisah Arahat Edukana

Dhammapada 259

Kisah Arahat Ekudana

Bhikkhu dalam cerita ini hidup di sebuah hutan kecil di dekat Savatthi. Ia dikenal dengan nama Ekudana, sebab ia hanya hafal satu bait saja dari Kitab Udana. Tetapi Thera tersebut mengerti sepenuhnya makna Dhamma yang terkandung dalam bait tersebut. Pada setiap hari uposatha, dia mendesak orang lain untuk mendengarkan Dhamma, dan dia sendiri akan mengucapkan satu-satunya syair yang dihafalnya itu. Setiap kali ia selesai mengucapkan bait itu, para dewa dalam hutan itu memujinya dan menyambutnya dengan tepuk tangan yang meriah.

Pada suatu hari uposatha, dua thera yang terpelajar, yang benar-benar menguasai semua pelajaran Dhamma, diiringi oleh lima ratus bhikkhu datang ke tempat itu. Ekudana meminta kedua thera tersebut untuk memberikan khotbah Dhamma. Mereka bertanya apakah banyak yang ingin mendengarkan Dhamma di tempat yang terpencil itu. Ekudana membenarkan dan juga menceritakan kepada mereka bahwa bahkan para dewa dalam hutan itu biasanya datang, dan mereka selalu memuji dan bertepuk tangan pada akhir khotbah.

Maka, kedua thera terpelajar itu bergiliran memberikan khotbah Dhamma, tetapi ketika khotbah mereka berakhir, tidak ada tepuk tangan dari para dewa dalam hutan itu. Kedua thera tersebut menjadi bingung dan bahkan meragukan kata-kata Ekudana. Tetapi Ekudana bersikeras bahwa para dewa biasanya datang dan selalu bertepuk tangan pada akhir setiap khotbah.

Kedua thera itu kemudian mendesak Ekudana untuk berkhotbah. Ekudana memegang kipas dihadapannya dan mengucapkan bait yang biasa diucapkannya. Setelah selesai mengucapkan bait itu, para dewa bertepuk tangan seperti biasa. Para bhikku yang mengiringi kedua thera terpelajar itu menuduh bahwa para dewa yang berdiam dalam hutan itu sangat berat sebelah.

Mereka melaporkan masalah itu kepada Sang Buddha pada kunjungannya di Vihara Jetavana. Kepada mereka, Sang Buddha berkata "Para bhikkhu! Aku tidak mengatakan bahwa seorang bhikkhu yang telah belajar banyak dan berbicara banyak tentang Dhamma adalah seseorang yang mengetahui Dhamma (Dhammadhara). Seseorang yang belajar sangat sedikit dan hanya mengetahui satu bait dari Dhamma, tetapi memahami sepenuhnya Empat Kesunyataan Mulia dan selalu sadar, adalah orang yang sesungguhnya mengetahui Dhamma.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

Seseorang bukan `pendukung Dhamma` hanya karena ia banyak bicara.
Namun seseorang yang walaupun hanya belajar sedikit
tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya,
maka sesungguhnya ia adalah seorang `pendukung Dhamma`
_______________________________________
"Sabbadanam Dhammadanam Jinati"

Dari segala pemberian, pemberian melalui Dhamma adalah yang tertinggi menggungguli semua pemberian lainnya.

Yang ingin berbagi Dhamma silahkan dishare, semoga semua makhluk berbahagia.

Dapatkan Dhamma Harian, Info Acara, Donasi di melalui Whatsapp di :
087883434039 Awi
081808771968 Ayang

kisah 6 bikkhu

Dhammapada 258

Kisah Enam Bhikkhu

Suatu ketika, terdapat kelompok enam bhikkhu yang selalu membuat keributan di tempat makan, baik di vihara maupun di desa. Suatu hari, ketika beberapa samanera sedang makan dana makanan setelah berpindapatta, kelompok enam bhikkhu itu datang dan membual kepada para samanera, "Lihat! Hanya kamilah orang yang bijaksana." Kemudian mereka melempar-lemparkan benda-benda ke sekeliling, meninggalkan tempat makan dalam keadaan kacau.

Ketika Sang Buddha mendengar hal ini, Beliau berkata, " Para bhikkhu! Aku tidak menyebut orang yang banyak bicara, mencaci dan menggertak orang lain sebagai seorang bijaksana. Hanya mereka yang bebas dari kebencian dan tidak merugikan orang lainlah yang merupakan orang bijaksana."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

Seseorang tidak dapat dikatakan bijaksana
hanya karena ia banyak bicara.
tetapi orang yang damai, tanpa rasa benci dan rasa takut
dapat disebut orang bijaksana. 
_______________________________________
"Sabbadanam Dhammadanam Jinati"

Dari segala pemberian, pemberian melalui Dhamma adalah yang tertinggi menggungguli semua pemberian lainnya.

Yang ingin berbagi Dhamma silahkan dishare, semoga semua makhluk berbahagia.

sumber: pesan wa teman sedharma