Minggu, 27 Mei 2012

Akibat Terlalu Semangat

Suatu kali dalam kisah hidupnya,, Budha Sakyamoni ingin melintasi satu desa nelayan yang penduduknya rata - rata bertabiat buruk dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Dengan kemampuannya beliau menghitung - hitung bahwa jodoh di desa ini sudah matang, maka harus segera dilintasi.

Sesampainya di desa tersebut Buddha Sakyamoni duduk bersila dibawah pohon, penduduk disana penasaran melihat seorang berkebajikan duduk di bawah pohon, sepertinya hendak membabarkan dharma. Lalu mereka pun berbondong - bondong duduk disana mendengarkan dharma sang Buddha.

Sang Buddha mulai membabarkan dharma, beliau menceritakan tentang lima pantangan dan lain sebagainya. Tapi kelihatannya seluruh penduduk desa ini tidak tertarik dengan dharma yang dibabarkan san Budha. Sang Buddha hanya duduk tenang berdiam.

Tak lama kemudian tiba - tiba dari jauh muncullah seorang pemuda berlari dengan kencangnya menerobos sungai, dari kampung seberang berlari ke arah sang Buddha. Sesampai disana langsung bersujud dengan khusyuknya.

Semua warga desa itu begitu terheran - heran, betapa saktinya anak muda ini. Bagaimana mungkin dia bisa melewati sungai begitu cepat dari desa seberang sampai kesini. Ilmu apa yang dipelajarinya? pastilah desa seberang punya guru sakti.

Ternyata setelah ditanya - tanya, pemuda tersebut dengan entengnya menjawab " Saya tidak punya kesaktian apa pun, sebenarnya tadi saya mendengar orang dipinggir sungai mengatakan bahwa ada Buddha hendak membabarkan dharma di desa seberang, lalu saya bertanya, bagaimana caranya saya sampai kesana? lalu dia mengatakan seberangi saja sungai ini, lari saja kesana. Maka saya pun mengikuti petunjuknya tanpa pikir panjang."

Ternyata pria tersebut begitu polos , saking bersemangatnya sampai - sampai dia lupa bahwa yang ia lalui adalah sebuah sungai. Tapi kekuatan pikirannya yang bersemangat ingin mendengar dharma justru membawa dia sampai kedepan Sang Buddha.

Mendengar kejadian ini,, penduduk desa menjadi terharu , orang dari seberang saja sampai begitu niat dan semangat mendengar dharma Budda. Akhrinya satu desa itu pun terlintasi dan meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan.




Sabtu, 19 Mei 2012

Menegakkan cita - cita dan moral

Jaman dahulu kala, bertemanlah dua orang biksu. Biksu pertama dahulu adalah orang kaya, biksu yang ke dua adalah orang miskin. Kedua biksu ini sama - sama berjanji untuk mengambil kitab suci di Nan Hai.

Biksu miskin : " Kapan kamu akan
                        mulai untuk mencari kitab suci?"
Biksu kaya   : " Nanti, setelah saya selesai
                        melakukan persiapan.
                        Lalu kamu sendiri, kapan
                        akan memulai perjalanan?"
Biksu miskin : " Sekarang juga saya akan berangkat."
Biksu kaya   : " Hah... kamu sudah mau berangkat??
                        memangnya sudah punya persiapan apa?"
Biksu miskin : " Dengan mangkuk tua dan jubah ini,
                        sekarang juga saya akan berangkat."
Biksu kaya   : " Hahahaha..... Hanya dengan bermodalkan jubah
                        dan  mangkuk kamu mau berangkat?
                        Baiklah... hati - hati dijalan ya.. "

Demikianlah mereka berpisah untuk menjalankan kehidupan masing - masing. Biksu miskin menuju Nan Hai untuk mencari kitab suci. Biksu kaya masih melakukan persiapan untuk ke Nan Hai.

Jelang dua tahun kemudian. biksu miskin kembali bertemu dengan biksu kaya. Biksu miskin telah kembali dari Nan Hai dalam perjalanannya mencari kitab suci. Sedangkan biksu kaya masih melakukan persiapannya.


Yen Huei adalah salah satu murid Kong Hu Cu yang paling miskin. Walaupun kehidupannya begitu miskin, namun tidak mengurangi cita - citanya yang luhur. Oleh karna itu beliau sangat terkenal. Suatu hari Ce Lu, murid Kong Hu Cu yang kaya, ingin menguji Yen Huei, pada tengah malam meletakkan sebongkah emas didepan pintu rumah Yen Huei lalu menempelkan secarik kertas diatasnya bertuliskan " Tuhan mengirimkan harta ini untuk orang yang baik."

Pagi hari ketika Yen Huei membuka pintu dan melihatnya kemudian membalas dengan menuliskan secarik kertas " Harta yang tidak jelas asal usulnya tidak akan merubah orang miskin menjadi kaya."
Beliau kemudian meletakkannya kembali ketempatnya. Ce Lu melihat ini akhirnya mengakui Kebajikan Yen Huei.

Manusia hidup di dunia, tidak perduli miskin ataupun kaya, bila dapat menegakkan cita - cita dan moral, melangkah kemanapun akan ada tempat untuk dia bersinggah. Orang yang berhasil adalah orang yang tetap mencoba bahkan ketika dia telah berkali - kali gagal.