Kamis, 24 November 2011

Orang Paling Pandai DiDunia

Siapakah orang yang terpandai yang pernah hidup? Jika pertanyaan ini dilontarkan, pikiran yang terlintas di kepala kebanyakan orang adalah Albert Eisntein, Leonardo Da Vinci, Thomas Alfa Edison, John Stuart Mills, Isaac Newton, Mozart, atau sederetan nama terkenal lainnya.

Tapi jawabannya bukan mereka. Orang yang paling pandai yang pernah hidup bernama William James Sidis. Seorang Jahudi Rusia yang beremigrasi ke Amerika. Jika orang normal memiliki IQ 90-110, Albert Eistein sebagai prototype jenius memiliki IQ 160, Sidis memiliki IQ yang ‘out of scale’. Diperkirakan IQ-nya berkisar 250-300. Mengapa namanya tenggelam dan kurang dikenal walau angka IQnya mencapai kisaran 250 – 300?

Menurut ibunya, Sidis mulai berbicara pada usia 4 bulan dan membaca Koran pada usia 18 bulan. Pada usia 8 tahun ia mengajari dirinya sendiri bahasa Latin, Yunani,, Rusia, Prancis, Jerman, Ibrani, Armenia dan Turki. Ia akhirnya dapat menguasai 40 bahasa dan kabarnya ia bisa belajar bahasa dalam satu hari. Pada usia tiga tahun sudah bisa mengetik Menulis empat buku diantara usia empat dan delapan tahun, dua diantaranya mengenai antomi dan astronomy. Ia menyelesaikan SD dalam 7 bulan, Sekolah Menengah 6 minggu dan lulus Kedokteran Harvard dan MIT pada waktu berusia 11 tahun. Semuanya dengan Cumlaude. Dia juga kuliah di Fakultas Hukum Harvard.
Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok pada usia 8 bulan. Pada usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu namanya menjadi langganan headline surat kabar : menulis beberapa buku sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomy dan astronomy. Pada usia 11 tahun Sidis diterima di Univ. Harvard sebagai murid termuda. Harvardpun kemudian terpesona dengan kejeniusannya ketika Sidis memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para professor matematika.

Lebih dasyat lagi : Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan bisa menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan dalam sehari !!!! Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang seorang Psikolog handal berdarah Yahudi. Boris sendiri juga seorang lulusan Harvard, murid psikolog ternama William James (Demikian ia kemudian memberi nama pada anaknya) Boris memang menjadikan anaknya sebagai contoh untuk sebuah model pendidikan baru sekaligus menyerang sistem pendidikan konvensional yang dituduhnya telah menjadi biang keladi kejahatan, kriminalitas dan penyakit. Siapa yang sangka William Sidis kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, 46 tahun – sebuah saat dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya. Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Ironis.

Orang kemudian menilai bahwa kehidupan Sidis tidaklah bahagia. Popularitas dan kehebatannya pada bidang matematika membuatnya tersiksa. Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Sidis memang sempat mengatakan kepada pers bahwa ia membenci matematika – sesuatu yang selama ini telah melambungkan namanya. Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya sedikit memiliki teman. Bahkan ia juga sering diasingkan oleh rekan sekampus. Tidak juga pernah memiliki seorang pacar ataupun istri. Gelar sarjananya tidak pernah selesai, ditinggal begitu saja. Ia kemudian memutuskan hubungan dengan keluarganya, mengembara dalam kerahasiaan, bekerja dengan gaji seadanya, mengasingkan diri.

Ia berlari jauh dari kejayaan masa kecilnya yang sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya bahwa hidupnya adalah hasil pemolaan orang lain. Namun, kesadaran memang sering datang terlambat. Mengharukan memang usaha Sidis. Ada keinginan kuat untuk lari dari pengaruh sang Ayah, untuk menjadi diri sendiri. Walau untuk itu Sidis tidak kuasa.

Pers dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah berita. Kemanapun Sidis bersembunyi, pers pasti bisa mencium. Sidis tidak bisa melepaskan pengaruh sang ayah begitu saja. Sudah terlanjur tertanam sebagai sebuah bom waktu, yang kemudian meledakkan dirinya sendiri.



Sayangnya William Sidis meninggal pada usia 46 tahun karena stroke dan sejarah hampir tidak mencatat apa-apa tentang dia. Ia tidak punya peninggalan seperti jenius lainnya. Ia tidak memiliki apa-apa yang bisa disumbangkan bagi peradaban manusia padahal ia lahir di abad ke 20. Hidup dan potensinya sia-sia karena tidak ada keinginan untuk menyumbangkan sesuatu bagi kepentingan dunia.
Kepandaian tidak menentukan kontribusi dan pengaruh yang kita berikan bagi sesama. Dampak bagi umat manusia hanya datang dari keinginan atau desire untuk melakukan dan mengembangkan dan potensi yang kita miliki. Itulah yang menentukan tingginya puncak hidup seseorang.
·          Kebanyakan kita tidak dilahirkan sebagai orang jenius, namun kita adalah makhluk yang diciptakan sesuai dengan image Tuhan. Kepada kita telah diberikan kemampuan yang unik oleh Sang Pencipta. Tujuan Tuhan agar manusia bisa memuliakanNya dan menjadi penguasa atas ciptaanNya yang lain. Jangan sia-siakan potensi yang Tuhan sudah investasikan dalam hidup kita. Temukan dan kembangkan.


SOURCEhttp://en.wikipedia.org/wiki/William_James_Sidis
http://www.sidis.net/Sperling.htm
http://www.sidis.net/BioWilliamJamesSidis.htm
http://www.astrotheme.com/celestar/p...8W8Rs7p&info=1

Selasa, 22 November 2011

Menemukan Diri Sendiri

Terdapatlah seorang tabib perang yang ikut bersama prajurit ke medan perang. Ia bertugas mengobati dan merawat prajurit yang terluka. Setiap kali prajurit – prajurit itu  sembuh dari luka, mereka kembali ke medan tempur. Akibatnya mereka terluka lagi atau mati.
Setelah melihat scenario itu lagi dan lagi, ia akhirnya jatuh mental. “ Jika mereka ditakdirkan untuk mati, mengapa saya mesti merawat mereka? Jika obat saya bermanfaat, mengapa ia mesti pergi berperang dan mati?”
Ia tidak mengerti adakah manfaat baginya menjadi tabib perang. Dan ia begitu tertekan hingga ia tak mau mengobati orang lagi. Lalu ia pergi ke gunung untuk mencari guru Zen. Setelah tinggal beberapa bulan dengan sang guru, akhirnya ia mengerti masalah yang ia hadapi. Ia turun gunung dan menjadi tabib perang lagi. Ia bilang “ Itu karena saya seorang tabib.”

Renungan : Tidak mengidentifikasikan diri sendiri dengan sesuatu, atau menghubungkan sesuatu dengan ‘saya’, dan mengerti bahwa pendapat yang mengatakan ada suatu ‘saya’ yang berbeda dari benda lain adalah noda. Itulah kebijaksanaan sejati.

Sumber : buku Zen Membebaskan Pikiran







Minggu, 20 November 2011

Sakit Telinga

Seorang suami mengeluhkan kepada dokter, bahwa pendengaran istrinya kurang jelas.. Setelah dicek sang dokter menyatakan kalau telinga istrinya tidak bermasalah.. Dokter kemudian mengajarkan suatu cara agar suaminya bisa mengetes sendiri perihal telinga istrinya.

Setelah sampai dirumah, dilihatnya sang istri sedang memasak dan tidak memperhatikan suaminya dibelakan dia. Dari jarak 6 meter suaminya memanggil istrinya " Istri ku.. masak apa hari ini?"
Di tunggu lama sang istri tidak menyahut.. lalu sang suami mendekat hingga 5 meter. " Istri ku... masak apa hari ini?" Namun sang istri masih tetap diam.

Akhirnya si suami maju lagi sampai 4 meter dan kembali bertanya " Istriku... hari ini masak apa?" namun sang istri tetap tidak menoleh. Sang suami maju lagi  1 meter.. dan menanyakan hal yang sama. Tiba2  si istri membalikkan wajahnya dan berkata lantang " Kamu tuli ya?? Saya sudah jawab 3 kali, hari ini masak kambing guling !!!"

Sabtu, 19 November 2011

Apa Itu Kecerdasan ?

Menurut ceritanya, dulu harimau adalah mahluk yang hitam dan garang. Semua penghuni hutan lainnya takut padanya, termaksud manusia yang berdiam disekitarnya. Pada suatu hari setelah selesai memakan musang, harimau melihat ke sawah, dilihatnya ada seekor sapi yang sedang diduduki oleh petani untuk membajak sawah.


Harimau   : " Hai sapi, mengapa kau bodoh sekali mau saja diduduki oleh petani?"
Sapi         : " Mau bagaimana lagi, saya kan tidak punya kecerdasan."


Harimau menjadi bingung dan bertanya kepada petani,

Harimau   : " Petani, Apa itu kecerdasan?"
Petani       : " Wah... saya tidak membawa barang itu, saya tinggalkan dirumah."
Harimau   : " Kalau begitu  cepatlah kau pulang dan bawakan kecerdasan itu padaku!"

Petani      : " Tapi saya tidak percaya kepada mu, bagaimana saya tahu kalau kau tidak akan memakan sapi saya saat saya pulang nanti?

Harimau  : " Tidak akan."

Sebagai tanda bukti, petani kemudian mengikat harimau disebuah batang pohon dan petani pun berpaling pulang. Tak lama kemudian petani kembali lagi dengan kayu bakar dan segera meletakkannya di sekitar pohon tempat harimau diikat.  Segera saja petani menyalakan api dan membakar harimau. Harimau menjadi panik dan ketakutan lalu berhasil meloloskan diri dan berlari kedalam hutan. Namun akibatnya badannya menjadi belang. Sejak saat itulah badan harimau menjadi belang.

Petani     : " Saya tidak bisa menjelaskan apa itu kecerdasan, tapi saya dapat menunjukkannya. "

Kamis, 03 November 2011

Nelayan Yang Puas

Usahawan kaya dari kota terkejut menjumpai nelayan di pantai sedang berbaring bermalas-malasan di samping perahunya, sambil mengisap rokok.

"Mengapa engkau tidak pergi menangkap ikan?" tanya usahawan itu.

"Karena ikan yang kutangkap telah menghasilkan cukup uang untuk makan hari ini," jawab nelayan.

"Mengapa tidak kau tangkap lebih banyak lagi daripada yang kau perlukan?" tanya usahawan.

"Untuk apa?" nelayan balas beitanya.

"Engkau dapat mengumpulkan uang lebih banyak," jawabnya.

"Dengan uang itu engkau dapat membeli motor tempel, sehingga engkau dapat melaut lebih jauh dan menangkap ikan lebih banyak. Kemudian engkau mempunyai cukup banyak uang untuk membeli pukat nilon. Itu akan menghasilkan ikan lebih banyak lagi, jadi juga uang lebih banyak lagi. Nah, segera uangmu cukup untuk membeli dua kapal ... bahkan mungkin sejumlah kapal. Lalu kau pun akan menjadi kaya seperti aku."

"Selanjutnya aku mesti berbuat apa?" tanya si nelayan.

"Selanjutnya kau bisa beristirahat dan menikmati hidup," kata si usahawan

"Menurut pendapatmu, sekarang Ini aku sedang berbuat apa?" kata si nelayan puas.

Lebih bijaksana menjaga kemampuan untuk menikmati hidup seutuhnya daripada memupuk uang.

sumber : (Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)

Rabu, 02 November 2011

Rumah Sakit Jiwa

Ada seorang pasien rumah sakit jiwa. Suatu hari telah tiba masanya untuk keluar dari rumah sakit. Di dampingi perawatnya, dia di uji didepan puluhan dokter di rumah sakit tersebut. Salah satu dokter memintanya menceritakan kisah yang ia ketahui. Pasien tersebut kemudian bercerita..


" Ada sebuah rumah sakit jiwa. Pasiennya banyak sekali. Saking banyaknya, rumah sakit kekurangan tenaga perawat. Lalu dirundingkan sebuah rencana agar pasien tersebut ada yang memperhatikan. Maka disimpulkan satu keputusan. Mereka akan memilih satu pasien dari setiap lantai rumah sakit untuk menjadi kepala pasien yang kemudian akan membantu merawat pasien lainnya."

"Diadakanlah kompetisi pemilihan pasien terwaras disana. Ketika para dokter sampai ke lantai satu, salah satu dari mereka mengeluarkan buah apel, dan bertanya kepada seluruh pasien, " Adakah diantara kalian yang tahu,, benda apakah ini" salah satu pasien menjawab : saya tahu.. itu adalah apel. dokter kemudian berkata : benar ini adalah apel. Lalu bagaimana menggunakannya? pasien dengan polos menjawab.. ya dimakan dong. akhirnya dipilih lah dia menjadi ketua pasien lantai 1."

" Selanjutnya mereka pergi kelantai 2 dan mengeluarkan pisang, kejadian kembali berulang, seorang pasien mejawab itu adalah pisang, bagaimana memakannya? dikupas dulu kulitnya,, maka dipilihlah dia menjadi ketua lantai 2..."

Pasien ini melanjutkan ceritanya " Selanjutnya mereka ke lantai tiga.. dokter mengeluarkan sebuah alat musik.. entah apa namanya... cara mainnya ditiup dan di pegang dengan tangang.. tp saya lupa namanya.." Seorang dokter dengan lantang menjawab" Suling!"

Pasien tersebut bertepuk tangan... " Bagus.. kalau begitu kau jadi ketua lantai 3 ya... "